Lima Daftar Negara Investasi Terbesar ke RI
A
A
A
JAKARTA - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengungkapkan, China akhirnya masuk ke dalam lima negara dengan investasi terbesar ke Indonesia pada kuartal I 2016 ditemani Singapura, Jepang, Hong Kong dan Belanda. Kepala BKPM Franky Sibarani mengatakan, negara terbesar pertama yakni Singapura dengan nilai investasi USD2,5 miliar.
Hal itu meningkat 141,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. "Pertama adalah Singapura, naik 141,6% dibandingkan kuartal I/2015. Kemudian Jepang, nilainya USD1,6 miliar, naik 33,3% dibandingkan tahun sebelumnya," ujarnya di Jakarta, Senin (25/4/2016).
(Baca Juga: Realisasi Investasi Kuartal I Naik 17,6% Jadi Rp146,5 Triliun)
Ketiga, kata dia, ada Hong Kong dengan jumlah investasi sebanyak USD500 juta atau naik 400%. Selanjutnya China senilai USD500 juta, meningkat 400%. "Kemudian Hong-Kong nilainya USD500 juta atau naik 400%. Kemudian China nilainya sama USD500 juta, naik 400%," katanya.
Dia menambahkan, negara kelima dengan investasi terbesar yaitu Belanda sebesar USD300 juta. Angka tersebut melesat sebanyak 25,5%. "Ini merupakan satu indikasi relaksasi komitmen investasi China cenderung terus meningkat. Sementara secara keseluruhan realisasi investasi negata Uni Eropa belum terlalu membaik," pungkasnya.
Hal itu meningkat 141,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. "Pertama adalah Singapura, naik 141,6% dibandingkan kuartal I/2015. Kemudian Jepang, nilainya USD1,6 miliar, naik 33,3% dibandingkan tahun sebelumnya," ujarnya di Jakarta, Senin (25/4/2016).
(Baca Juga: Realisasi Investasi Kuartal I Naik 17,6% Jadi Rp146,5 Triliun)
Ketiga, kata dia, ada Hong Kong dengan jumlah investasi sebanyak USD500 juta atau naik 400%. Selanjutnya China senilai USD500 juta, meningkat 400%. "Kemudian Hong-Kong nilainya USD500 juta atau naik 400%. Kemudian China nilainya sama USD500 juta, naik 400%," katanya.
Dia menambahkan, negara kelima dengan investasi terbesar yaitu Belanda sebesar USD300 juta. Angka tersebut melesat sebanyak 25,5%. "Ini merupakan satu indikasi relaksasi komitmen investasi China cenderung terus meningkat. Sementara secara keseluruhan realisasi investasi negata Uni Eropa belum terlalu membaik," pungkasnya.
(akr)