REI Minta Pemerintah Bantu Hunian Vertikal
A
A
A
SEMARANG - Keterbatasan lahan membuat pemerintah pusat telah menetapkan lima daerah untuk mengurangi pembangunan landed house alias rumah tapak. Lantas menggantinya dengan hunian vertikal seperti rumah susun (rusun). Salah satu dari lima daerah itu Kota Semarang.
Ketua Bidang Lingkungan DPD Realestat Indonesia (REI) Jawa Tengah, Nur Widi Wijatmiko mengatakan daerah yang ditetapkan selain Kota Semarang adalah DKI Jakarta, Surabaya, Medan, dan Makassar.
Dengan penetapan itu, pemerintah daerah (Pemda) juga diminta turut mensosialisasikan hunian vertikal, termasuk mendukung program satu juta rumah.
“Penetapan ini dilakukan supaya lahan perkotaan tidak habis, maka itu dibutuhkan hunian vertikal,” katanya di sela-sela penutupan pameran REI Expo di Semarang, Senin (9/5/2016).
Untuk merealisasikan pembangunan hunian vertikal di Kota Semarang memang tidaklah mudah. Pasalnya, saat ini masyarakat belum familiar tinggal di rumah vertikal dan lebih tertarik untuk tinggal di perumahan biasa. Sehingga sosialisasi secara intensif dan berkesinambungan. “Untuk sosialisasi itu dibutuhkan campur tangan pemerintah,” imbuhnya.
Diakuinya, untuk harga rumah tapak melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perbankan (FLPP) memang lebih murah dibandingkan rusun. Saat ini untuk rumah FLPP per unit harga yang ditetapkan pemerintah untuk wilayah Jawa Tengah Rp116 juta per unitnya, sementara untuk rusun adalah Rp254 juta per unit.
Dia menambahkan, saat ini untuk Kota Semarang sudah sangat sulit untuk mendapatkan tanah yang harganya sesuai dengan patokan harga jual perumahan FLPP.
“Harga tanah di Kota Semarang sudah sangat mahal sehingga sudah tidak memungkinkan dibangun perumahan FLPP,” imbuhnya.
Pria yang juga Direktur PT Hamparan Cipta Griya ini mengaku, mendukung rencana pemerintah Kota Semarang yang akan membangun beberapa rusun, seperti di Kudu, Genuk, Mangkang, dan wilayah Semarang atas."Jika pembangunan tersebut terealisasi, diharapkan masyarakat bisa lebih memilih untuk tinggal di rusun," ucapnya.
Sementara itu terkait dengan pameran REI Expo yang digelar di Mal Paragon Semarang, sejak 27 April-8 Mei mendapatkan hasil penjualan yang cukup baik.
Panitia Pameran Juremi mengatakan selama pameran yang diikuti 13 pengembang perumahan kelas menengah tersebut berhasil menjual 67 unit. “Target kami pada pameran kemarin 70 unit dan mampu terjual 67 unit. Meski belum sesuai target tapi sudah sangat baik,” ujarnya.
Ketua Bidang Lingkungan DPD Realestat Indonesia (REI) Jawa Tengah, Nur Widi Wijatmiko mengatakan daerah yang ditetapkan selain Kota Semarang adalah DKI Jakarta, Surabaya, Medan, dan Makassar.
Dengan penetapan itu, pemerintah daerah (Pemda) juga diminta turut mensosialisasikan hunian vertikal, termasuk mendukung program satu juta rumah.
“Penetapan ini dilakukan supaya lahan perkotaan tidak habis, maka itu dibutuhkan hunian vertikal,” katanya di sela-sela penutupan pameran REI Expo di Semarang, Senin (9/5/2016).
Untuk merealisasikan pembangunan hunian vertikal di Kota Semarang memang tidaklah mudah. Pasalnya, saat ini masyarakat belum familiar tinggal di rumah vertikal dan lebih tertarik untuk tinggal di perumahan biasa. Sehingga sosialisasi secara intensif dan berkesinambungan. “Untuk sosialisasi itu dibutuhkan campur tangan pemerintah,” imbuhnya.
Diakuinya, untuk harga rumah tapak melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perbankan (FLPP) memang lebih murah dibandingkan rusun. Saat ini untuk rumah FLPP per unit harga yang ditetapkan pemerintah untuk wilayah Jawa Tengah Rp116 juta per unitnya, sementara untuk rusun adalah Rp254 juta per unit.
Dia menambahkan, saat ini untuk Kota Semarang sudah sangat sulit untuk mendapatkan tanah yang harganya sesuai dengan patokan harga jual perumahan FLPP.
“Harga tanah di Kota Semarang sudah sangat mahal sehingga sudah tidak memungkinkan dibangun perumahan FLPP,” imbuhnya.
Pria yang juga Direktur PT Hamparan Cipta Griya ini mengaku, mendukung rencana pemerintah Kota Semarang yang akan membangun beberapa rusun, seperti di Kudu, Genuk, Mangkang, dan wilayah Semarang atas."Jika pembangunan tersebut terealisasi, diharapkan masyarakat bisa lebih memilih untuk tinggal di rusun," ucapnya.
Sementara itu terkait dengan pameran REI Expo yang digelar di Mal Paragon Semarang, sejak 27 April-8 Mei mendapatkan hasil penjualan yang cukup baik.
Panitia Pameran Juremi mengatakan selama pameran yang diikuti 13 pengembang perumahan kelas menengah tersebut berhasil menjual 67 unit. “Target kami pada pameran kemarin 70 unit dan mampu terjual 67 unit. Meski belum sesuai target tapi sudah sangat baik,” ujarnya.
(ven)