Investor Jepang Minati Sektor Garam di Nusa Tenggara Timur
A
A
A
JAKARTA - Salah satu perusahaan asal Jepang berminat membangun pabrik garam industri dan garam rumah tangga di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengindentifikasi adanya nilai investasi sebesar Rp200 miliar pada tahap awal. Saat ini perusahaan memasuki tahap research dan berencana menjadikan NTT sebagai lokasi pabrik.
Kepala BKPM, Franky Sibarani mengatakan pihaknya akan terus membantu agar minat investasi ini segera terealisasi, karena pembangunan pabrik garam dapat menimbulkan multiplier effect. Selain masuknya investasi, diharapkan dapat mengurangi jumlah impor garam.
”Jadi pembangunan pabrik ini, investasinya sebesar Rp200 miliar untuk satu pabrik. Perusahaan sangat tertarik karena selain jumlah penduduk Indonesia banyak, kita juga masih impor garam. Jadi pasar mereka masih sangat luas di Indonesia," ujar dia dalam siaran pers, Jumat (3/6/2016).
Pejabat Promosi Investasi kantor perwakilan BKPM (IIPC) Tokyo, Saribua Siahaan menyatakan kesiapannya untuk memfasilitasi proses perizinan dan mengawal proyek ini.
“Kami sampaikan pada perusahaan bahwa saat ini mengurus perizinan investasi di Indonesia jauh lebih mudah sejak adanya PTSP dan sistem perizinan online. Kantor kami di Tokyo siap memfasilitasi setiap minat investor Jepang yang mau berinvestasi di Indonesia,” ujarnya.
Saribua menambahkan bahwa faktor cuaca di NTT dan adanya 40% jumlah penduduk dari ASEAN Economy Community menambah keyakinan perusahaan untuk membangun pabrik di Indonesia.
“Kami juga informasikan bahwa jumlah kadar air laut di NTT cukup baik untuk memproduksi garam. Selain itu, lokasinya jauh dari keramaian dan memiliki lahan yang cukup luas untuk pembangunan proyek pabrik garam di NTT,” lanjut Saribua.
Berdasarkan data BKPM, pertumbuhan komitmen investasi Jepang masuk dalam 10 negara prioritas pemasaran, dimana pada 2015 naik 40%, diatas pertumbuhan komitmen investasi PMA yang hanya 29%.
Posisi Jepang berada di peringkat ketiga dengan pertumbuhan 95% mencapai USD8,1 miliar. Di atas Jepang terdapat China sebesar USD22,2 miliar atau naik 42% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, kemudian Singapura naik 69% menjadi USD 16,3 miliar.
Setelah Jepang, Korea Selatan juga mencatatkan kenaikan komitmen investasi 86% menjadi USD4,8 miliar. Sedangkan realisasi investasi Jepang di Indonesia pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 6% dibandingkan periode 2014.
Realisasi investasi Jepang tercatat sebesar USD2,87 miliar dengan total proyek 2.030 proyek serta menyerap 115.400 tenaga kerja. Kontribusi utama investasi Jepang masih didominasi sektor manufaktur, khususnya otomotif, elektronika dan permesinan, serta sektor kimia dan farmasi.
Di tahun 2016 BKPM menargetkan capaian realisasi investasi bisa tumbuh 14,4% dari target tahun 2015 atau mencapai Rp594,8 triliun.
Realisasi ini dikontribusi dari PMA sebesar Rp386,4 triliun atau naik 12,6% dari target PMA tahun lalu, serta dari PMDN sebesar Rp208,4 triliun naik 18,4% dari target PMDN tahun lalu. Sedangkan dari sisi penyerapan tenaga kerja di tahun 2016, BKPM menargetkan penyerapan 2 juta tenaga kerja.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengindentifikasi adanya nilai investasi sebesar Rp200 miliar pada tahap awal. Saat ini perusahaan memasuki tahap research dan berencana menjadikan NTT sebagai lokasi pabrik.
Kepala BKPM, Franky Sibarani mengatakan pihaknya akan terus membantu agar minat investasi ini segera terealisasi, karena pembangunan pabrik garam dapat menimbulkan multiplier effect. Selain masuknya investasi, diharapkan dapat mengurangi jumlah impor garam.
”Jadi pembangunan pabrik ini, investasinya sebesar Rp200 miliar untuk satu pabrik. Perusahaan sangat tertarik karena selain jumlah penduduk Indonesia banyak, kita juga masih impor garam. Jadi pasar mereka masih sangat luas di Indonesia," ujar dia dalam siaran pers, Jumat (3/6/2016).
Pejabat Promosi Investasi kantor perwakilan BKPM (IIPC) Tokyo, Saribua Siahaan menyatakan kesiapannya untuk memfasilitasi proses perizinan dan mengawal proyek ini.
“Kami sampaikan pada perusahaan bahwa saat ini mengurus perizinan investasi di Indonesia jauh lebih mudah sejak adanya PTSP dan sistem perizinan online. Kantor kami di Tokyo siap memfasilitasi setiap minat investor Jepang yang mau berinvestasi di Indonesia,” ujarnya.
Saribua menambahkan bahwa faktor cuaca di NTT dan adanya 40% jumlah penduduk dari ASEAN Economy Community menambah keyakinan perusahaan untuk membangun pabrik di Indonesia.
“Kami juga informasikan bahwa jumlah kadar air laut di NTT cukup baik untuk memproduksi garam. Selain itu, lokasinya jauh dari keramaian dan memiliki lahan yang cukup luas untuk pembangunan proyek pabrik garam di NTT,” lanjut Saribua.
Berdasarkan data BKPM, pertumbuhan komitmen investasi Jepang masuk dalam 10 negara prioritas pemasaran, dimana pada 2015 naik 40%, diatas pertumbuhan komitmen investasi PMA yang hanya 29%.
Posisi Jepang berada di peringkat ketiga dengan pertumbuhan 95% mencapai USD8,1 miliar. Di atas Jepang terdapat China sebesar USD22,2 miliar atau naik 42% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, kemudian Singapura naik 69% menjadi USD 16,3 miliar.
Setelah Jepang, Korea Selatan juga mencatatkan kenaikan komitmen investasi 86% menjadi USD4,8 miliar. Sedangkan realisasi investasi Jepang di Indonesia pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 6% dibandingkan periode 2014.
Realisasi investasi Jepang tercatat sebesar USD2,87 miliar dengan total proyek 2.030 proyek serta menyerap 115.400 tenaga kerja. Kontribusi utama investasi Jepang masih didominasi sektor manufaktur, khususnya otomotif, elektronika dan permesinan, serta sektor kimia dan farmasi.
Di tahun 2016 BKPM menargetkan capaian realisasi investasi bisa tumbuh 14,4% dari target tahun 2015 atau mencapai Rp594,8 triliun.
Realisasi ini dikontribusi dari PMA sebesar Rp386,4 triliun atau naik 12,6% dari target PMA tahun lalu, serta dari PMDN sebesar Rp208,4 triliun naik 18,4% dari target PMDN tahun lalu. Sedangkan dari sisi penyerapan tenaga kerja di tahun 2016, BKPM menargetkan penyerapan 2 juta tenaga kerja.
(ven)