OJK Dorong Sumbar Jadi Tujuan Wisata Syariah
A
A
A
PADANG - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong provinsi Sumatera Barat (Sumbar) sebagai tujuan wisata syariah dunia. Sistem industri jasa keuangan syariah dibutuhkan sebagai pendukung wisata religius.
Selama ini, kendala inovasi produk syariah masih belum sesuai dengan pengembangan wisata religius.
Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad mengatakan, potensi ekonomi wisata syariah sangat besar untuk dikembangkan di daerah tersebut.
Sektor wisata syariah diyakini akan menggerakkan rantai ekonomi lainnya, seperti sektor transportasi, kuliner, hingga kerajinan tangan. Sektor wisata akan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah hingga 8%. Saat ini, baru Nusa Tenggara Barat (NTB) yang unggul dalam ekonomi syariah.
"Saat ini turis negara muslim lebih memilih untuk berwisata ke Asia karena lebih nyaman. Persaingan negara negara Asia dalam pelayanan sangat tinggi, seperti Thailand yang membangun rumah sakit syariah, ataupun Korea dan Jepang yang memperbanyak pelayanan syariah. Kita juga harus mempersiapkan layanan wisata syariah untuk menggaet potensi ekonomi," ujar Muliaman dalam diskusi di Kabupaten Padang Pariaman, Padang, Sumbar, Kamis (9/6/2016).
Dia menjelaskan, salah satu faktor penting untuk mendukung wisata syariah adalah industri jasa keuangan syariah. Penetrasi lembaga keuangan syariah terhadap pembiayaan wisata syariah masih rendah, karena sumber daya manusia di dalamnya belum memahami potensi besar di sektor tersebut.
"Kami ingin sektor keuangan syariah menjadi perekat ekosistem industri syariah. Dengan ekosistem yang baik nantinya perbankan tidak akan ragu lagi untuk membiayai," katanya.
Namun, tingkat literasi masyarakat dan industri wisata syariah kecil dan menegah terhadap adanya sumber-sumber pembiayaan sistem jasa keuangan (SJK) syariah saat ini masih belum memadai, sehingga pembiayaan berbasis syariah belum banyak dikenal kalangan masyarakat.
"Contohnya ketika orang berwisata berbasis syariah diperlukan pembiayaan yang bersifat syariah termasuk dari lembaga pembiayaan dan jaminan asuransi yang berbasis syariah," ujarnya.
Dia menambahkan, diperlukan adanya koordinasi dan sinergi dari seluruh pemangku kepentingan di industri wisata syariah termasuk SJK syariah untuk melakukan pendekatan terintergrasi dan terpadu dalam pengembangan wisata syariah di tanah air.
Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor prioritas untuk dikembangkan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing dan mengoptimalisasi seluruh potensi sektor prioritas domestik.
Pengembangan pariwisata dapat diperluas tidak hanya dengan menggunakan konsep wisata konvensional, namun juga memasukkan aspek religius di dalamnya. Pengembangan kepariwisataan religius memiliki potensi cukup besar.
Tercatat kepariwisataan muslim dunia mampu menyumbang nilai USD121 miliar dan jumlah wisatawan muslim sebanyak 116 juta orang atau menguasai 10,2% dari total wisatawan dunia dan diperkirakan wisatawan muslim akan tumbuh 180 juta di 2020.
Potensi pengembangan wisata berbasis syariah akan semakin meningkat ke depannya. Indonesia sebagai salah satu negara penduduk muslim terbesar dunia menjadi salah satu destinasi wisata bagi penduduk muslim dunia.
Pada 2015, dalam World Hotel Travel Award 2015 di UEA, Indonesia meraih tiga nominasi yakni World’s Best Halal Tourism Destination, World’s Best Halal Honeymoon Destination dan World’s Best family Friendly Hotel. Karena itu, pengembangan wisata religius menjadi keharusan dan menyimpan potensi sangat besar.
"Dalam pengembangan wisata religius tentunya membutuhkan dukungan pembiayaan. Karena itu, industri keuangan syariah memegang peranan penting dalam menyediakan sumber-sumber pembiayaan untuk menjaga aspek syariah dari hulu hingga ke hilir," tandasnya.
Selama ini, kendala inovasi produk syariah masih belum sesuai dengan pengembangan wisata religius.
Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad mengatakan, potensi ekonomi wisata syariah sangat besar untuk dikembangkan di daerah tersebut.
Sektor wisata syariah diyakini akan menggerakkan rantai ekonomi lainnya, seperti sektor transportasi, kuliner, hingga kerajinan tangan. Sektor wisata akan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah hingga 8%. Saat ini, baru Nusa Tenggara Barat (NTB) yang unggul dalam ekonomi syariah.
"Saat ini turis negara muslim lebih memilih untuk berwisata ke Asia karena lebih nyaman. Persaingan negara negara Asia dalam pelayanan sangat tinggi, seperti Thailand yang membangun rumah sakit syariah, ataupun Korea dan Jepang yang memperbanyak pelayanan syariah. Kita juga harus mempersiapkan layanan wisata syariah untuk menggaet potensi ekonomi," ujar Muliaman dalam diskusi di Kabupaten Padang Pariaman, Padang, Sumbar, Kamis (9/6/2016).
Dia menjelaskan, salah satu faktor penting untuk mendukung wisata syariah adalah industri jasa keuangan syariah. Penetrasi lembaga keuangan syariah terhadap pembiayaan wisata syariah masih rendah, karena sumber daya manusia di dalamnya belum memahami potensi besar di sektor tersebut.
"Kami ingin sektor keuangan syariah menjadi perekat ekosistem industri syariah. Dengan ekosistem yang baik nantinya perbankan tidak akan ragu lagi untuk membiayai," katanya.
Namun, tingkat literasi masyarakat dan industri wisata syariah kecil dan menegah terhadap adanya sumber-sumber pembiayaan sistem jasa keuangan (SJK) syariah saat ini masih belum memadai, sehingga pembiayaan berbasis syariah belum banyak dikenal kalangan masyarakat.
"Contohnya ketika orang berwisata berbasis syariah diperlukan pembiayaan yang bersifat syariah termasuk dari lembaga pembiayaan dan jaminan asuransi yang berbasis syariah," ujarnya.
Dia menambahkan, diperlukan adanya koordinasi dan sinergi dari seluruh pemangku kepentingan di industri wisata syariah termasuk SJK syariah untuk melakukan pendekatan terintergrasi dan terpadu dalam pengembangan wisata syariah di tanah air.
Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor prioritas untuk dikembangkan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing dan mengoptimalisasi seluruh potensi sektor prioritas domestik.
Pengembangan pariwisata dapat diperluas tidak hanya dengan menggunakan konsep wisata konvensional, namun juga memasukkan aspek religius di dalamnya. Pengembangan kepariwisataan religius memiliki potensi cukup besar.
Tercatat kepariwisataan muslim dunia mampu menyumbang nilai USD121 miliar dan jumlah wisatawan muslim sebanyak 116 juta orang atau menguasai 10,2% dari total wisatawan dunia dan diperkirakan wisatawan muslim akan tumbuh 180 juta di 2020.
Potensi pengembangan wisata berbasis syariah akan semakin meningkat ke depannya. Indonesia sebagai salah satu negara penduduk muslim terbesar dunia menjadi salah satu destinasi wisata bagi penduduk muslim dunia.
Pada 2015, dalam World Hotel Travel Award 2015 di UEA, Indonesia meraih tiga nominasi yakni World’s Best Halal Tourism Destination, World’s Best Halal Honeymoon Destination dan World’s Best family Friendly Hotel. Karena itu, pengembangan wisata religius menjadi keharusan dan menyimpan potensi sangat besar.
"Dalam pengembangan wisata religius tentunya membutuhkan dukungan pembiayaan. Karena itu, industri keuangan syariah memegang peranan penting dalam menyediakan sumber-sumber pembiayaan untuk menjaga aspek syariah dari hulu hingga ke hilir," tandasnya.
(izz)