Tom Lembong Pusing Jadi Kepala BKPM
A
A
A
JAKARTA - Setelah resmi diangkat menjadi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong mengaku pusing. Sebab, perdagangan Indonesia dengan China dalam kondisi defisit USD15 miliar/tahun.
Lembong menjelaskan, harus ada jalan keluar untuk kembali bisa menyeimbangkan perdagangan dengan Negeri Tirai Bambu. Sehingga, keseimbangan ekonomi antar dua negara tercapai.
"Saya masih bias, saya pusing defisit dengan Tiongkok USD15 miliar per tahun. Ada beberapa cara cari keseimbangan ekonomi, tapi enggak harus defisit menciut," ujarnya di Jakarta, Jumat (29/7/2016).
Maksudnya tidak harus defisit menurun, kata dia, yakni ketika uang dari Indonesia masuk ke negara tersebut bisa langsung kembali ke dalam negeri dalam bentuk wisatawan China. Tidak harus berbentuk investasi.
"Umpama uang ke sana dalam bentuk defisit, langsung kembali dalam investasi atau wisatawan. Bisa bantu seimbangkan hubungan ekonomi yang timpang," katanya.
(Baca: Realisasi Investasi Kuartal II Naik 12,3% Jadi Rp151,6 Triliun)
Menurut Lembong, defisit perdagangan yang besar dengan suatu negara merupakan hal bahaya. Indonesia harus 'menyerang' balik jika ada ketimpamgan tersebut. "Karena sangat bahaya, kita harus serang dari sektor wisata investasi, dan perdagangan," pungkasnya.
Lembong menjelaskan, harus ada jalan keluar untuk kembali bisa menyeimbangkan perdagangan dengan Negeri Tirai Bambu. Sehingga, keseimbangan ekonomi antar dua negara tercapai.
"Saya masih bias, saya pusing defisit dengan Tiongkok USD15 miliar per tahun. Ada beberapa cara cari keseimbangan ekonomi, tapi enggak harus defisit menciut," ujarnya di Jakarta, Jumat (29/7/2016).
Maksudnya tidak harus defisit menurun, kata dia, yakni ketika uang dari Indonesia masuk ke negara tersebut bisa langsung kembali ke dalam negeri dalam bentuk wisatawan China. Tidak harus berbentuk investasi.
"Umpama uang ke sana dalam bentuk defisit, langsung kembali dalam investasi atau wisatawan. Bisa bantu seimbangkan hubungan ekonomi yang timpang," katanya.
(Baca: Realisasi Investasi Kuartal II Naik 12,3% Jadi Rp151,6 Triliun)
Menurut Lembong, defisit perdagangan yang besar dengan suatu negara merupakan hal bahaya. Indonesia harus 'menyerang' balik jika ada ketimpamgan tersebut. "Karena sangat bahaya, kita harus serang dari sektor wisata investasi, dan perdagangan," pungkasnya.
(izz)