Bisnis Keluarga, antara Harapan dan Ancaman

Kamis, 18 Agustus 2016 - 18:00 WIB
Bisnis Keluarga, antara Harapan dan Ancaman
Bisnis Keluarga, antara Harapan dan Ancaman
A A A
ADA mitos dalam sebuah perusahaan keluarga bahwa generasi pertama yang membangun, generasi kedua yang menikmati. Namun Direktur Martha Tilaar Group, Samuel Pranata ketika menerima tongkat estafet kepemimpinan, menolak sekadar menikmati bisnis.

Dalam melanjutkan estafet kepemilikan, ia mengakui berada di antara harapan dan ancaman. Dan sebagai generasi kedua, tentu saja ia tidak ingin sekadar menikmati namun ingin membangun sebuah kesinambungan alias melanjutkan karya pendiri perusahaan.

"Tantangan saya menerimanya estafet dari generasi pertama, ada mitos generasi pertama membangun, kedua menikmati. Kadang kita perlu ada kesinambungan, kita perlu lanjutkan karya pendiri perusahaan," ujarnya di Auditorium Gedung Sindo, Jakarta, Kamis (18/8/2016).

Samuel menjelaskan, mitos itu harus diputarbalikan. Caranya dengan meningkatkan kinerja perusahaan dan menjaga keberlangsungan usaha tersebut.

"Oleh sebab itu di generasi kedua kuncinya bagaimana andalkan usaha lebih besar lagi. Jangan sampai generasi berikutnya mengkacaukan," kata dia.

Selain itu, lanjut Samuel, ancaman lain adalah perbedaan pendapat antarkeluarga yang harus bisa diselesaikan secara internal. Ya, sebuah perbedaan pendapat adalah keniscayaan namun harus dapat diselesaikan dari dalam, jangan sampai keluar dan merusak citra perusahaan. Termasuk kecemburuan antarpihak keluarga dan profesional di dalam perusahaan, harus dapat diatasi dengan menjaga keseimbangan.

"Konflik pasti ada, tinggal bagaimana wasit kita, CEO mengatasinya. Pimpinan bisa balance keluarga dengan profesional. Ketika ada protes terkait perusahaan keluarga, keluarga menjamin dan ketika ada kerugian akan ditanggung sepenuhnya oleh keluarga," pungkasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4135 seconds (0.1#10.140)