BPR Syariah Bidik Pesantren
A
A
A
YOGYAKARTA - Nasib Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) di Yogyakarta masih berada di bawah bayang-bayang BPR Konvensional. Jumlah BPRS dinilai masih sedikit dibanding potensi pasar di Yogyakarta. Dan untuk menyelenggarakan kegiatan, saat ini masih harus bergabung dengan Provinsi Jawa Tengah.
Direktur Utama BPRS Barokah Dana Sejahtera yang juga Ketua Asosiasi BPR Syariah Indonesia (Abisindo) Yogyakarta, Edi Sunarto mengatakan, saat ini BPR Syariah memang belum begitu banyak beroperasi di Yogyakarta. Jumlahnya baru 25% dari BPR yang tersebar di Yogyakarta atau hanya sekitar 12 unit.
Menurut dia, kendati industri perbankan syariah terus berkembang, hanya saja BPR Syariah belum sebesar yang diharapkan. Pasalnya BPR Syariah berdiri dari unit syariah pada bank-bank konvensional. Sehingga, terkadang pertumbuhan BPR Syariah hasil dari unit syariah dikesampingkan. "Yang diutamakan adalah BPR Konvensional yang menjadi induknya," ungkapnya, Kamis (18/8/2016)
Jumlah BPR Syariah yang masih sedikit di Yogyakarta ini terkadang menjadi kendala ketika asosiasi akan menyelenggarakan pelatihan dan peningkatan kapasitas dari sisi manajemen ataupun sumber daya manusia. Karena untuk melaksanakan pelatihan tersebut harus bergabung dengan Solo dan Jawa Tengah.
"Kalau bergabung dengan Solo jumlahnya menjadi 35 buah. Jadi ideal untuk sebuah pelatihan," tuturnya.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Fauzi Nugroho mengatakan, meskipun jumlahnya belum ideal seharusnya ketika melakukan pelatihan manajemen dan SDM bisa dilaksanakan sendiri oleh Abisindo di Yogyakarta. Sebab, habit atau lingkungan dari masing-masing BPR berbeda satu sama lainnya sehingga kondisinya juga berbeda.
Nah, untuk mengembangkan potensi pasar di Yogyakarta yang masih terbuka ini, BPR Syariah membidik pada pesantren dan sekolah-sekolah Islam. Edi menyebutkan, lembaga-lembaga sosial berbasis syariah harus terintegrasi dengan baik, mengingat sektor dana yang selama ini mereka garap cukup besar.
Terlebih potensi dari sekolah-sekolah berbasis pendidikan Islam, dimana banyak pesantren tersebar di Yogyakarta serta perguruan tinggi yang memiliki potensi dana cukup besar. Sektor inilah yang akan dimaksimalkan, minimal sebagai sumber dana yang murah. Karena selama ini kalangan BPR memang kesulitan untuk mendapatkan dana murah.
Dan lanjut Edi, habit untuk perkembangan bank syariah sudah cukup baik karena di Yogyakarta tren pendidikan sudah mengarah berbasis agama. Banyak warga Yogyakarta yang mulai memasukkan anak mereka di sekolah Islam, mulai dari TK hingga ke perguruan tinggi. Sehingga untuk penetrasi pasar saat ini bisa lebih mudah dibanding sebelumnya.
Direktur Utama BPRS Barokah Dana Sejahtera yang juga Ketua Asosiasi BPR Syariah Indonesia (Abisindo) Yogyakarta, Edi Sunarto mengatakan, saat ini BPR Syariah memang belum begitu banyak beroperasi di Yogyakarta. Jumlahnya baru 25% dari BPR yang tersebar di Yogyakarta atau hanya sekitar 12 unit.
Menurut dia, kendati industri perbankan syariah terus berkembang, hanya saja BPR Syariah belum sebesar yang diharapkan. Pasalnya BPR Syariah berdiri dari unit syariah pada bank-bank konvensional. Sehingga, terkadang pertumbuhan BPR Syariah hasil dari unit syariah dikesampingkan. "Yang diutamakan adalah BPR Konvensional yang menjadi induknya," ungkapnya, Kamis (18/8/2016)
Jumlah BPR Syariah yang masih sedikit di Yogyakarta ini terkadang menjadi kendala ketika asosiasi akan menyelenggarakan pelatihan dan peningkatan kapasitas dari sisi manajemen ataupun sumber daya manusia. Karena untuk melaksanakan pelatihan tersebut harus bergabung dengan Solo dan Jawa Tengah.
"Kalau bergabung dengan Solo jumlahnya menjadi 35 buah. Jadi ideal untuk sebuah pelatihan," tuturnya.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Fauzi Nugroho mengatakan, meskipun jumlahnya belum ideal seharusnya ketika melakukan pelatihan manajemen dan SDM bisa dilaksanakan sendiri oleh Abisindo di Yogyakarta. Sebab, habit atau lingkungan dari masing-masing BPR berbeda satu sama lainnya sehingga kondisinya juga berbeda.
Nah, untuk mengembangkan potensi pasar di Yogyakarta yang masih terbuka ini, BPR Syariah membidik pada pesantren dan sekolah-sekolah Islam. Edi menyebutkan, lembaga-lembaga sosial berbasis syariah harus terintegrasi dengan baik, mengingat sektor dana yang selama ini mereka garap cukup besar.
Terlebih potensi dari sekolah-sekolah berbasis pendidikan Islam, dimana banyak pesantren tersebar di Yogyakarta serta perguruan tinggi yang memiliki potensi dana cukup besar. Sektor inilah yang akan dimaksimalkan, minimal sebagai sumber dana yang murah. Karena selama ini kalangan BPR memang kesulitan untuk mendapatkan dana murah.
Dan lanjut Edi, habit untuk perkembangan bank syariah sudah cukup baik karena di Yogyakarta tren pendidikan sudah mengarah berbasis agama. Banyak warga Yogyakarta yang mulai memasukkan anak mereka di sekolah Islam, mulai dari TK hingga ke perguruan tinggi. Sehingga untuk penetrasi pasar saat ini bisa lebih mudah dibanding sebelumnya.
(ven)