Bank Sentral Waspadai Kenaikan Suku Bunga AS
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan akan terus waspada dan mencermati pernyataan The Fed untuk membahas mengenai kebijakan moneter, khususnya kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (Fed Fund Rate).
Pasalnya, perkembangan ekonomi AS saat ini masih dibayangi oleh ketidakpastian lantaran Fed masih terlihat ragu untuk menaikkan suku bunga acuan secara bertahap pada tahun ini.
"Kita harus mencerna secara hati-hati nanti ke depannya akan seperti apa. Kondisi ini juga dicermati oleh BI dengan sikap hati-hati," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Juda Agung dalam siaran pers yang diterima Sindonews, Senin (29/8/2016).
Meski demikian, BI meyakini Fed akan kembali menaikkan suku bunga setidaknya sekali lagi dalam tahun ini. Dia juga memperkirakan, ekonomi AS pada kuartal II 2016 akan tumbuh di bawah perkiraan seiring dengan investasi yang masih melambat.
"Sepertinya pada 2016 diperkirakan akan dilakukan hanya satu kali dalam 2016 yakni di bulan September hingga Desember," ungkapnya. Kedepan, pemerintah perlu tetap mengantisipasi resiko gejolak ekonomi global yang dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi nasional. Gejolak tersebut berasal dari kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga acuan dan ekonomi China yang tengah mengalami perlambatan.
Pemerintah juga perlu mengoptimalkan investasi melalui belanja pemerintah dan eksekusi paket kebijakan demi meningkatkan iklim investasi di Tanah Air. Selain itu, BI dan Pemerintah juga harus menjaga inflasi pada level yang rendah guna menjaga daya beli masyarakat.
"BI akan terus mencermati kondisi ekonomi domestik dalam jangka pendek ke depan serta perkembangan perekonomian global, terutama kemungkinan kenaikan suku bunga," paparnya.
Dia melanjutkan, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan melalui percepatan implementasi reformasi struktural.
Pasalnya, perkembangan ekonomi AS saat ini masih dibayangi oleh ketidakpastian lantaran Fed masih terlihat ragu untuk menaikkan suku bunga acuan secara bertahap pada tahun ini.
"Kita harus mencerna secara hati-hati nanti ke depannya akan seperti apa. Kondisi ini juga dicermati oleh BI dengan sikap hati-hati," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Juda Agung dalam siaran pers yang diterima Sindonews, Senin (29/8/2016).
Meski demikian, BI meyakini Fed akan kembali menaikkan suku bunga setidaknya sekali lagi dalam tahun ini. Dia juga memperkirakan, ekonomi AS pada kuartal II 2016 akan tumbuh di bawah perkiraan seiring dengan investasi yang masih melambat.
"Sepertinya pada 2016 diperkirakan akan dilakukan hanya satu kali dalam 2016 yakni di bulan September hingga Desember," ungkapnya. Kedepan, pemerintah perlu tetap mengantisipasi resiko gejolak ekonomi global yang dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi nasional. Gejolak tersebut berasal dari kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga acuan dan ekonomi China yang tengah mengalami perlambatan.
Pemerintah juga perlu mengoptimalkan investasi melalui belanja pemerintah dan eksekusi paket kebijakan demi meningkatkan iklim investasi di Tanah Air. Selain itu, BI dan Pemerintah juga harus menjaga inflasi pada level yang rendah guna menjaga daya beli masyarakat.
"BI akan terus mencermati kondisi ekonomi domestik dalam jangka pendek ke depan serta perkembangan perekonomian global, terutama kemungkinan kenaikan suku bunga," paparnya.
Dia melanjutkan, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan melalui percepatan implementasi reformasi struktural.
(ven)