The Fed Umumkan Tapering di Akhir Bulan, Analis: Angin Segar Buat Investor
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve ( The Fed ) mengumumkan akan memulai pengurangan program pembelian obligasi atau tapering pada akhir bulan November 2021. Head of Research Henan Putihrai Sekuritas, Robertus Yanuar Hardy mengapresiasi keputusan The Fed.
Pasalnya, selama ini market terus dirundung ketidakpastian, sehingga dengan adanya pengumuman The Fed semalam menjadi angin segar untuk para investor .
"Keputusan The Fed ini sangat diapresiasi oleh market, termasuk saya sendiri, karena masih sesuai dengan estimasi dan juga ini kita melihatnya sebagai peningkatan dari yang namanya kepastian. Karena kan selama ini kita dihantui ketidakpastian," katanya saat diskusi di IDX Channel, Kamis (4/11/2021).
Sehingga dengan adanya pengumuman bahwa akan dilakukan tapering di akhir bulan ini hingga akhir tahun ini, Robertus bilang akan meningkatkan kepastian dan akan membawa kepercayaan diri para pelaku pasar atau investor baik itu global maupun domestik.
"Kita melihat ini masih sesuai dengan estimasi awal dan sudah di sounding sebelumnya sejak bulan Februari, sehingga kita bisa melihat dampaknya mungkin over night dan semalam di bursa global mengalami penguatan yang cukup optimis sehingga kita bisa harapkan sesuatu yang sama juga akan menular ke regional maupun domestik," jelasnya.
Seperti diketahui bersama, pada 2013 yang lalu kebijakan tapering juga dikeluarkan oleh The Fed, di mana pada saat itu dampaknya kepada pasar saham cukup signifikan mengalami koreksi cukup dalam dan ini juga menjadi momok bagi para investor pada saat itu. Sementara di tahun ini direspon positif oleh pasar.
Menurut Robertus, pada 2013-2014 silam, tapering dilakukan tanpa adanya pengumuman sebelumnya, sehingga market mengalami tantrum atau disrupsi volatilitas yang naik cukup tinggi sehingga ini menandakan ketidaksiapan dari pasar itu sendiri.
Sementara pada tahun ini ia melihat bahwa komunikasi dari The Fed sudah jelas dan terukur, terbukti dari pengumuman yang dilakukan sebelum dilakukannya tapering.
"Kami melihat ada dua periode yang jauh berbeda dari pada sekarang. Karena pada 2013-2014 itu tapering dilakukan tanpa ada pengumuman sebelumnya sehingga disebutnya dengan tantrum. Pada saat itu market mengalami disrupsi volatilitas yang naik cukup tinggi. Sementara di 2021 ini mereka sudah sounding duluan sebelum dilakukannya tapering yang diimplementasikan secara nyata," urainya.
Lebih lanjut, dari sesi persiapan, Robertus menilai para pelaku pasar dan investor jauh lebih siap di tahun ini dibandingkan pada tahun sebelumnya. Itu tercermin dari adanya rangkaian upaya dari para pelaku penentu kebijakan ekonomi maupun moneter.
"Misalnya Bank Indonesia (BI) yang sudah meningkatkan cadangan devisanya dan juga neraca perdagangan yang masih surplus trennya, ini juga boleh dibilang menyiapkan peluru untuk para penentu kebijakan moneter dan fiskal kalau seandainya terjadi dampak yang paling buruk sekalipun seperti misalnya adanya capital outflow. Jadi di tahun 2013-2014 kita memang belum siap, tapi di 2021 ini sekarang sepertinya sudah jauh lebih siap," tandasnya.
Pasalnya, selama ini market terus dirundung ketidakpastian, sehingga dengan adanya pengumuman The Fed semalam menjadi angin segar untuk para investor .
"Keputusan The Fed ini sangat diapresiasi oleh market, termasuk saya sendiri, karena masih sesuai dengan estimasi dan juga ini kita melihatnya sebagai peningkatan dari yang namanya kepastian. Karena kan selama ini kita dihantui ketidakpastian," katanya saat diskusi di IDX Channel, Kamis (4/11/2021).
Sehingga dengan adanya pengumuman bahwa akan dilakukan tapering di akhir bulan ini hingga akhir tahun ini, Robertus bilang akan meningkatkan kepastian dan akan membawa kepercayaan diri para pelaku pasar atau investor baik itu global maupun domestik.
"Kita melihat ini masih sesuai dengan estimasi awal dan sudah di sounding sebelumnya sejak bulan Februari, sehingga kita bisa melihat dampaknya mungkin over night dan semalam di bursa global mengalami penguatan yang cukup optimis sehingga kita bisa harapkan sesuatu yang sama juga akan menular ke regional maupun domestik," jelasnya.
Seperti diketahui bersama, pada 2013 yang lalu kebijakan tapering juga dikeluarkan oleh The Fed, di mana pada saat itu dampaknya kepada pasar saham cukup signifikan mengalami koreksi cukup dalam dan ini juga menjadi momok bagi para investor pada saat itu. Sementara di tahun ini direspon positif oleh pasar.
Menurut Robertus, pada 2013-2014 silam, tapering dilakukan tanpa adanya pengumuman sebelumnya, sehingga market mengalami tantrum atau disrupsi volatilitas yang naik cukup tinggi sehingga ini menandakan ketidaksiapan dari pasar itu sendiri.
Sementara pada tahun ini ia melihat bahwa komunikasi dari The Fed sudah jelas dan terukur, terbukti dari pengumuman yang dilakukan sebelum dilakukannya tapering.
"Kami melihat ada dua periode yang jauh berbeda dari pada sekarang. Karena pada 2013-2014 itu tapering dilakukan tanpa ada pengumuman sebelumnya sehingga disebutnya dengan tantrum. Pada saat itu market mengalami disrupsi volatilitas yang naik cukup tinggi. Sementara di 2021 ini mereka sudah sounding duluan sebelum dilakukannya tapering yang diimplementasikan secara nyata," urainya.
Lebih lanjut, dari sesi persiapan, Robertus menilai para pelaku pasar dan investor jauh lebih siap di tahun ini dibandingkan pada tahun sebelumnya. Itu tercermin dari adanya rangkaian upaya dari para pelaku penentu kebijakan ekonomi maupun moneter.
"Misalnya Bank Indonesia (BI) yang sudah meningkatkan cadangan devisanya dan juga neraca perdagangan yang masih surplus trennya, ini juga boleh dibilang menyiapkan peluru untuk para penentu kebijakan moneter dan fiskal kalau seandainya terjadi dampak yang paling buruk sekalipun seperti misalnya adanya capital outflow. Jadi di tahun 2013-2014 kita memang belum siap, tapi di 2021 ini sekarang sepertinya sudah jauh lebih siap," tandasnya.
(akr)