Bank Indonesia Diramal Tahan Suku Bunga di Level 3,5%
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih akan menahan suku bunganya di level 3,50% pada bulan ini. Adapun pertimbangannya adalah nilai tukar rupiah yang stabil serta inflasi yang tetap terkendali.
“BI diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga acuannya sepanjang ekspektasi inflasi terkendali meskipun Fed sudah memberikan sinyal bahwa akan mulai menaikkan suku bunga FFR pada FOMC bulan Maret 2022 setelah proses tapering selesai pada bulan tersebut," kata ekonom Josua Pardede saat dihubungi MNC Portal Indonesia (MPI), Kamis (20/1/2022).
Menurut dia, stance kebijakan moneter tahun 2022 akan ditujukan untuk menjaga stabilitas perekonomian di tengah normalisasi kebijakan moneter negara maju.
"BI akan melakukan tapering pada kebijakan quantitative easing Bank Indonesia dengan mengurangi secara bertahap penambahan likuiditas perbankan," tuturnya.
Lebih lanjut, ketika tekanan inflasi cenderung meningkat maka BI diperkirakan akan mempertimbangkan suku bunga acuan. Josua menambahkan, meskipun Bank Sentral AS (The Fed) diperkirakan akan lebih awal menaikkan suku bunga acuannya dalam rangka merespon tekanan inflasi AS yang tertinggi dalam 40 tahun terakhir, dampaknya tidak akan terlalu berat.
“Dampaknya pada pasar keuangan negara berkembang termasuk pasar keuangan domestik diperkirakan tidak lebih berat dibandingkan normalisasi kebijakan moneter pada tahun 2013 lalu yang ditandai dengan taper tantrum,” urainya.
Sebagai informasi, Bank Indonesia pada siang ini akan mengumumkan data perekonomian, salah satunya terkait tingkat suku bunga acuan.
“BI diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga acuannya sepanjang ekspektasi inflasi terkendali meskipun Fed sudah memberikan sinyal bahwa akan mulai menaikkan suku bunga FFR pada FOMC bulan Maret 2022 setelah proses tapering selesai pada bulan tersebut," kata ekonom Josua Pardede saat dihubungi MNC Portal Indonesia (MPI), Kamis (20/1/2022).
Menurut dia, stance kebijakan moneter tahun 2022 akan ditujukan untuk menjaga stabilitas perekonomian di tengah normalisasi kebijakan moneter negara maju.
"BI akan melakukan tapering pada kebijakan quantitative easing Bank Indonesia dengan mengurangi secara bertahap penambahan likuiditas perbankan," tuturnya.
Lebih lanjut, ketika tekanan inflasi cenderung meningkat maka BI diperkirakan akan mempertimbangkan suku bunga acuan. Josua menambahkan, meskipun Bank Sentral AS (The Fed) diperkirakan akan lebih awal menaikkan suku bunga acuannya dalam rangka merespon tekanan inflasi AS yang tertinggi dalam 40 tahun terakhir, dampaknya tidak akan terlalu berat.
“Dampaknya pada pasar keuangan negara berkembang termasuk pasar keuangan domestik diperkirakan tidak lebih berat dibandingkan normalisasi kebijakan moneter pada tahun 2013 lalu yang ditandai dengan taper tantrum,” urainya.
Sebagai informasi, Bank Indonesia pada siang ini akan mengumumkan data perekonomian, salah satunya terkait tingkat suku bunga acuan.
(ind)