Sri Sultan Ingin BPD Yogyakarta Jadi Regional Champion Bank
A
A
A
YOGYAKARTA - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X menginginkan Bank Pembangunan Daerah (BPD) Yogyakarta menjadi Regional Champion Bank. Sultan berharap BPD segera melakukan peningkatan kemampuan bisnis dan kelembagaan, peningkatan ketahanan kelembagaan, dan peran serta terhadap pembangunan.
Melalui lima strategi yang harus selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMM), BPD Yogyakarta diharapkan menjadi driver force dan prime force. "Jadi saya ingin BPD Yogyakarta menjadi regional champions bank," ujarnya, Kamis (15/9/2016).
Untuk mencapainya, Sultan berpesan BPD Yogyakarta harus berkembang secara akseleratif agar mencapai regional champions bank. Selain melakukan strategi juga harus mengevaluasi rencana sepanjang 2010-2015 lalu, mana yang belum tercapai. Bila belum, diperlukan strategi baru untuk merampungkannya.
Sultan lantas menambahkan tiga hal yang harus dilakukan BPD Yogyakarta: wholesales transaction bagi debitur besar, karena menuju rencana bank devisa harus dapat melayani ekspor-impor. BPD Yogyakarta juga harus mencermati transaksi ritel dengan melakukan perluasan layanan mulai Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
Di samping itu, BPD Yogyakarta adalah retail assembling, di antaranya terkait Kredit Perumahan Rakyat (KPR), kartu kredit, Kredit Usaha Rakyat (KUR), juga segmen ritel lainnya. Dan secara berkala dilakukan monitoring dan dievaluasi. Andai tercapai maka nilai aplikasi dan pasar bisa meningkat tajam. "Ketika tidak tercapai karena mungkin ada yang belum tercantum di rencana," tuturnya.
Tidak hanya itu, Sultan juga mewanti-wanti soal tiga syarat utama menjadi regional champion bank. Yaitu ketahanan modal yang kuat. Memiliki kemampuan bertumbuh dan berkembang dalam rangka mendukung pertumbuhan 15-20% yang dapat diperoleh dari portofolio kredit produktif minimal di atas 40%. Selain itu, BPD Yogyakarta harus memiliki kemampuan pelayanan optimal. Layanan BPD DIY harus sampai tingkat kecamatan, SDM yang mumpuni dan punya produk unggulan.
Sultan menandaskan, hal yang perlu didorong pertumbuhan kredit yang memacu pertumbuhan minimal 15-20%. Transformasi BPD Yogyakarta sudah dimulai kinerja positif sehingga menjadi modal utama untuk meningkatkan kinerja dan perannya lagi kepada pembangunan. Ia berharap agar unggul penguasaan di lokal dan unggul di kredit produktif. Semuanya bermuara peningkatan daya saing BPD DIY. "Road map BPD DIY agar segera disusun," tuturnya.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan Yogyakarta, Fauzi Nugroho menandaskan, transformasi adalah proses dan tidak bisa lepas dengan dukungan dari pemerintah. Implementasi modal BUKU 2 bisa mengembangkan bisnis di bank BUKU 1.
Bisnis proses, internet governance dan peningkatan daya saing. Perlu ada penguatan visi dan misi sehingga nanti bisa berubah menjadi Bank Daerah Istimewa Yogyakarta. "Internet banking dan juga mobile banking harus dipercepat untuk mengikuti perkembangan zaman," tuturnya.
Sementara itu, Direktur BPD Yogyakarta, Bambang Setiyawan mengatakan siap menindaktindaklanjuti program transformasi BPD se-Indonesia yang dicanangkan Presiden Jokowi pada Mei 2016 lalu. Pihaknya melakukan beberapa kebijakan. Inisiatif strategis untuk meningkatkan daya saing serta meningkatkan peran serta terhadap pembangunan nasional.
Tiga strategi yang dilakukan oleh Bank BPD di antaranya peningkatan kemampuan bisnis, penguatan ketahanan kelembagaan serta peningkatan kontribusi untuk pembangunan daerah. "Enam transformasi BPD di antaranya strategi group, IT hingga workstream syariah sedang kami lakukan," tuturnya.
Melalui transformasi yang sedang dilakukan tersebut pihaknya mampu memberikan kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) paling tinggi di antara Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Tahun lalu, BPD Yogyakarta memberikan PAD Rp131 miliar atau 72% dari laba bersih setelah pajak. Saat ini tingkat likuiditas mencapai 22%, angka tersebut di atas rata-rata nasional.
Dengan dukungan berbagai pihak hingga Desember 2015 lalu, modal inti mencapai Rp1,1 triliun. Sementara modal disetor sampai Agustus 2016 mencapai Rp888,5 miliar sehingga total modal Rp1,2 triliun. Sementara komposisi kredit sudah ia anggap bagus karena kredit konsumtif 49% dan kredit produktif 51% dari total kredit mencapai Rp5,593 triliun.
Sementara untuk terus meningkatkan daya saing, BPD DIY tengah menyiapkan program digitalisasi banking. Beberapa program yang akan dilakukan mobile internet banking, cash management banking, dan laku pandai. Sehingga nanti layanan BPD Yogyakarta mampu menjangkau ke seluruh daerah.
Melalui lima strategi yang harus selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMM), BPD Yogyakarta diharapkan menjadi driver force dan prime force. "Jadi saya ingin BPD Yogyakarta menjadi regional champions bank," ujarnya, Kamis (15/9/2016).
Untuk mencapainya, Sultan berpesan BPD Yogyakarta harus berkembang secara akseleratif agar mencapai regional champions bank. Selain melakukan strategi juga harus mengevaluasi rencana sepanjang 2010-2015 lalu, mana yang belum tercapai. Bila belum, diperlukan strategi baru untuk merampungkannya.
Sultan lantas menambahkan tiga hal yang harus dilakukan BPD Yogyakarta: wholesales transaction bagi debitur besar, karena menuju rencana bank devisa harus dapat melayani ekspor-impor. BPD Yogyakarta juga harus mencermati transaksi ritel dengan melakukan perluasan layanan mulai Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
Di samping itu, BPD Yogyakarta adalah retail assembling, di antaranya terkait Kredit Perumahan Rakyat (KPR), kartu kredit, Kredit Usaha Rakyat (KUR), juga segmen ritel lainnya. Dan secara berkala dilakukan monitoring dan dievaluasi. Andai tercapai maka nilai aplikasi dan pasar bisa meningkat tajam. "Ketika tidak tercapai karena mungkin ada yang belum tercantum di rencana," tuturnya.
Tidak hanya itu, Sultan juga mewanti-wanti soal tiga syarat utama menjadi regional champion bank. Yaitu ketahanan modal yang kuat. Memiliki kemampuan bertumbuh dan berkembang dalam rangka mendukung pertumbuhan 15-20% yang dapat diperoleh dari portofolio kredit produktif minimal di atas 40%. Selain itu, BPD Yogyakarta harus memiliki kemampuan pelayanan optimal. Layanan BPD DIY harus sampai tingkat kecamatan, SDM yang mumpuni dan punya produk unggulan.
Sultan menandaskan, hal yang perlu didorong pertumbuhan kredit yang memacu pertumbuhan minimal 15-20%. Transformasi BPD Yogyakarta sudah dimulai kinerja positif sehingga menjadi modal utama untuk meningkatkan kinerja dan perannya lagi kepada pembangunan. Ia berharap agar unggul penguasaan di lokal dan unggul di kredit produktif. Semuanya bermuara peningkatan daya saing BPD DIY. "Road map BPD DIY agar segera disusun," tuturnya.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan Yogyakarta, Fauzi Nugroho menandaskan, transformasi adalah proses dan tidak bisa lepas dengan dukungan dari pemerintah. Implementasi modal BUKU 2 bisa mengembangkan bisnis di bank BUKU 1.
Bisnis proses, internet governance dan peningkatan daya saing. Perlu ada penguatan visi dan misi sehingga nanti bisa berubah menjadi Bank Daerah Istimewa Yogyakarta. "Internet banking dan juga mobile banking harus dipercepat untuk mengikuti perkembangan zaman," tuturnya.
Sementara itu, Direktur BPD Yogyakarta, Bambang Setiyawan mengatakan siap menindaktindaklanjuti program transformasi BPD se-Indonesia yang dicanangkan Presiden Jokowi pada Mei 2016 lalu. Pihaknya melakukan beberapa kebijakan. Inisiatif strategis untuk meningkatkan daya saing serta meningkatkan peran serta terhadap pembangunan nasional.
Tiga strategi yang dilakukan oleh Bank BPD di antaranya peningkatan kemampuan bisnis, penguatan ketahanan kelembagaan serta peningkatan kontribusi untuk pembangunan daerah. "Enam transformasi BPD di antaranya strategi group, IT hingga workstream syariah sedang kami lakukan," tuturnya.
Melalui transformasi yang sedang dilakukan tersebut pihaknya mampu memberikan kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) paling tinggi di antara Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Tahun lalu, BPD Yogyakarta memberikan PAD Rp131 miliar atau 72% dari laba bersih setelah pajak. Saat ini tingkat likuiditas mencapai 22%, angka tersebut di atas rata-rata nasional.
Dengan dukungan berbagai pihak hingga Desember 2015 lalu, modal inti mencapai Rp1,1 triliun. Sementara modal disetor sampai Agustus 2016 mencapai Rp888,5 miliar sehingga total modal Rp1,2 triliun. Sementara komposisi kredit sudah ia anggap bagus karena kredit konsumtif 49% dan kredit produktif 51% dari total kredit mencapai Rp5,593 triliun.
Sementara untuk terus meningkatkan daya saing, BPD DIY tengah menyiapkan program digitalisasi banking. Beberapa program yang akan dilakukan mobile internet banking, cash management banking, dan laku pandai. Sehingga nanti layanan BPD Yogyakarta mampu menjangkau ke seluruh daerah.
(ven)