BI Dorong Pasar Modal Kembangkan Pendalaman Pasar Keuangan
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menilai, pendalaman pasar keuangan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Pembangunan ekonomi suatu negara berkorelasi positif dengan tingkat perkembangan keuangan, lebih tinggi pangsa sektor keuangan dalam pembiayaan perekonomian, maka semakin tinggi GDP per kapita negara.
"Dengan demikian, pangsa sektor keuangan lebih besar dalam perekonomian berarti kesempatan lebih besar juga untuk penghematan yang disalurkan untuk kegiatan ekonomi produktif serta untuk tujuan investasi, membuat pembiayaan menjadi lebih efisien," kata Gubernur BI Agus DW Martowardojo di Jakarta, Senin (19/9/2016).
Saat ini, sudah banyak negara yang telah memperoleh manfaat dari efisiensi ini, seperti kasus negara maju di seluruh dunia yakni Amerika Serikat, Inggris, Australia dan lainnya.
Menurut dia, ukuran aset keuangan Indonesia terhadap PDB (sebagai ukuran pembiayaan ekonomi) relatif rendah dibanding negara lain. Di pasar modal, pasar ekuitas kurang dari 50% dari PDB dan account pasar obligasi untuk 15% dari PDB.
Di sisi lain, sumber pembiayaan ekonomi dari kredit perbankan juga relatif lebih tinggi. Dalam hal ini, BI berkoordinasi dengan otoritas terkait lainnya, mendorong pasar modal untuk memainkan peran lebih besar dalam memberikan pembiayaan kepada ekonomi tanpa mengorbankan keuangan stabilitas.
"Karena itu, BI mendorong pasar modal untuk memainkan peranan yang lebih besar dalam upaya pendalaman pasar keuangan," ungkap Agus.
Pasar modal memberikan alternatif pendanaan selain pinjaman dari sektor perbankan dan pengeluaran investasi dari pemerintah. Bahkan, peran pasar modal memiliki signifikan meningkat di banyak negara berkembang, terutama di Asia. "Saya yakin Indonesia akan beable untuk mengembangkan pasar keuangan," ucapnya.
Untuk memberikan dukungan untuk pendalaman pasar keuangan, beberapa langkah untuk mengembangkan pasar uang dan pasar valuta asing telah diambil. Berkenaan dengan pasar uang, kerangka baru moneter operasi yang menggunakan BI 7 hari tarif reverse repo sebagai kebijakan baru rate.
Sementara, mengenai acuan suku bunga pasar uang Indonesia, yang dikenal sebagai JIBOR, Bank Indonesia telah membuat beberapa perbaikan pada terkait regulasi pada semester pertama tahun ini untuk lebih meningkatkan kredibilitas dari JIBOR.
Sedangkan berkenaan dengan pasar repo, BI telah membuat inisiatif untuk memfasilitasi peningkatan kapasitas pelaku pasar, sehingga semua pelaku pasar akan memiliki pengetahuan yang sebanding dan keterampilan di antara mereka.
"Kami berharap pasar repo mampu melayani kebutuhan likuiditas manajemen dari semua agen ekonomi, termasuk non-bank keuangan lembaga" tambah Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara.
Ke depan, BI meyakini bahwa keberhasilan pembangunan keuangan tidak bisa lepas dari peran menjaga lingkungan ekonomi makro.
"Saya optimistis, bauran kebijakan yang diambil otoritas, serta koordinasi dan sinergi antara kewenangan untuk menjaga stabilitas makro dan keuangan akan membuka jalan untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif dan membawa Indonesia menjadi salah satu ekonomi terkemuka," papar Mirza.
"Dengan demikian, pangsa sektor keuangan lebih besar dalam perekonomian berarti kesempatan lebih besar juga untuk penghematan yang disalurkan untuk kegiatan ekonomi produktif serta untuk tujuan investasi, membuat pembiayaan menjadi lebih efisien," kata Gubernur BI Agus DW Martowardojo di Jakarta, Senin (19/9/2016).
Saat ini, sudah banyak negara yang telah memperoleh manfaat dari efisiensi ini, seperti kasus negara maju di seluruh dunia yakni Amerika Serikat, Inggris, Australia dan lainnya.
Menurut dia, ukuran aset keuangan Indonesia terhadap PDB (sebagai ukuran pembiayaan ekonomi) relatif rendah dibanding negara lain. Di pasar modal, pasar ekuitas kurang dari 50% dari PDB dan account pasar obligasi untuk 15% dari PDB.
Di sisi lain, sumber pembiayaan ekonomi dari kredit perbankan juga relatif lebih tinggi. Dalam hal ini, BI berkoordinasi dengan otoritas terkait lainnya, mendorong pasar modal untuk memainkan peran lebih besar dalam memberikan pembiayaan kepada ekonomi tanpa mengorbankan keuangan stabilitas.
"Karena itu, BI mendorong pasar modal untuk memainkan peranan yang lebih besar dalam upaya pendalaman pasar keuangan," ungkap Agus.
Pasar modal memberikan alternatif pendanaan selain pinjaman dari sektor perbankan dan pengeluaran investasi dari pemerintah. Bahkan, peran pasar modal memiliki signifikan meningkat di banyak negara berkembang, terutama di Asia. "Saya yakin Indonesia akan beable untuk mengembangkan pasar keuangan," ucapnya.
Untuk memberikan dukungan untuk pendalaman pasar keuangan, beberapa langkah untuk mengembangkan pasar uang dan pasar valuta asing telah diambil. Berkenaan dengan pasar uang, kerangka baru moneter operasi yang menggunakan BI 7 hari tarif reverse repo sebagai kebijakan baru rate.
Sementara, mengenai acuan suku bunga pasar uang Indonesia, yang dikenal sebagai JIBOR, Bank Indonesia telah membuat beberapa perbaikan pada terkait regulasi pada semester pertama tahun ini untuk lebih meningkatkan kredibilitas dari JIBOR.
Sedangkan berkenaan dengan pasar repo, BI telah membuat inisiatif untuk memfasilitasi peningkatan kapasitas pelaku pasar, sehingga semua pelaku pasar akan memiliki pengetahuan yang sebanding dan keterampilan di antara mereka.
"Kami berharap pasar repo mampu melayani kebutuhan likuiditas manajemen dari semua agen ekonomi, termasuk non-bank keuangan lembaga" tambah Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara.
Ke depan, BI meyakini bahwa keberhasilan pembangunan keuangan tidak bisa lepas dari peran menjaga lingkungan ekonomi makro.
"Saya optimistis, bauran kebijakan yang diambil otoritas, serta koordinasi dan sinergi antara kewenangan untuk menjaga stabilitas makro dan keuangan akan membuka jalan untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif dan membawa Indonesia menjadi salah satu ekonomi terkemuka," papar Mirza.
(izz)