Temui CEO Inpex, Luhut Negosiasikan Insentif Blok Masela
A
A
A
JAKARTA - Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Luhut Binsar Pandjaitan baru saja menyelesaikan rangkaian kunjungan kerjanya ke Jepang. Dalam kunjungan kerjanya tersebut, Luhut sempat melakukan makan malam bersama dengan Chief Executive Officer (CEO) Inpex Corporation Toshiaki Kitamura, guna membicarakan mengenai proyek Blok Masela, Maluku.
(Baca Juga: Menko Luhut Ajak Arcandra Tahar ke Jepang Bahas Blok Masela)
Dalam pertemuannya dengan Bos Inpex tersebut, mantan Menkopolhukam ini mengaku telah menegosiasikan insentif yang diminta Inpex untuk menggarap proyek Blok Masela, dengan skema kilang darat (onshore). Belum lama ini, perusahaan migas asal Negeri Sakura itu memang meminta beberapa insentif lantaran skema pembangunan kilang diubah menjadi onshore.
"Semua itu dinegosiasikan (insentif Blok Masela) dan kedua belah pihak sepakat mencari jalan tengah. Kita tidak mengerjakan secara sekuensial, tapi kita mengerjakan secara paralel. Sehingga kita berharap construction dari Masela itu kita mulai anytime 2019," katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (11/10/2016).
Dalam pertemuan tersebut, mantan Kepala Staf Kepresidenan ini juga mendiskusikan mengenai rencana pengembangan kilang yang akan dibagi menjadi dua proyek. Dimana proyek pertama adalah pengeboran minyak dan gasnya, serta proyek kedua adalah hilirisasi dengan pembangunan pabrik petrokimia.
"Saya makan malam dengan President/CEO nya Inpex. Dan mereka sangat apresiasi progres dari pembicaraan Masela. Masela nanti akan dibagi dua, satu proyek nanti mengebor minyaknya sampai kemudian kita mengembangkan hilirisasinya sampai petrochemical plus pabrik pupuk. Dan itu sudah disepakati dan lagi dihitung detail oleh kedua belah pihak pertemuan insentif 2-3 kali satu minggu," tandasnya.
Sebagai informasi setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan pengembangan Blok Masela menggunakan skema darat, Inpex masih mengkaji ulang proposal rencana pengembangan lapangan (PoD) blok kaya gas di Laut Arafura itu. Tapi perusahaan asal Jepang ini meminta beberapa insentif melalui surat yang disampaikan kepada Luhut.
Pertama, moratorium masa kontrak selama 10 tahun. Dengan begitu, kontrak Blok Masela yang seharusnya berakhir 2028, bisa diperpanjang menjadi 2038. Moratorium ini belum dihitung dengan peluang perpanjangan kontrak.
Kedua, Inpex meminta jaminan mendapatkan tingkat pengembalian investasi (Internal Rate of Return/IRR) sebesar 15%, dengan penambahan kapasitas menjadi 95 ton per tahun (mtpa).
Ketiga, meminta biaya yang sudah dikeluarkan Inpex saat mengerjakan studi di Blok Masela sejak 1998 hingga 2016 sebesar USD 1,2 miliar dapat dikembalikan melalui sistem cost recovery atau pemulihan biaya operasi.
(Baca Juga: Menko Luhut Ajak Arcandra Tahar ke Jepang Bahas Blok Masela)
Dalam pertemuannya dengan Bos Inpex tersebut, mantan Menkopolhukam ini mengaku telah menegosiasikan insentif yang diminta Inpex untuk menggarap proyek Blok Masela, dengan skema kilang darat (onshore). Belum lama ini, perusahaan migas asal Negeri Sakura itu memang meminta beberapa insentif lantaran skema pembangunan kilang diubah menjadi onshore.
"Semua itu dinegosiasikan (insentif Blok Masela) dan kedua belah pihak sepakat mencari jalan tengah. Kita tidak mengerjakan secara sekuensial, tapi kita mengerjakan secara paralel. Sehingga kita berharap construction dari Masela itu kita mulai anytime 2019," katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (11/10/2016).
Dalam pertemuan tersebut, mantan Kepala Staf Kepresidenan ini juga mendiskusikan mengenai rencana pengembangan kilang yang akan dibagi menjadi dua proyek. Dimana proyek pertama adalah pengeboran minyak dan gasnya, serta proyek kedua adalah hilirisasi dengan pembangunan pabrik petrokimia.
"Saya makan malam dengan President/CEO nya Inpex. Dan mereka sangat apresiasi progres dari pembicaraan Masela. Masela nanti akan dibagi dua, satu proyek nanti mengebor minyaknya sampai kemudian kita mengembangkan hilirisasinya sampai petrochemical plus pabrik pupuk. Dan itu sudah disepakati dan lagi dihitung detail oleh kedua belah pihak pertemuan insentif 2-3 kali satu minggu," tandasnya.
Sebagai informasi setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan pengembangan Blok Masela menggunakan skema darat, Inpex masih mengkaji ulang proposal rencana pengembangan lapangan (PoD) blok kaya gas di Laut Arafura itu. Tapi perusahaan asal Jepang ini meminta beberapa insentif melalui surat yang disampaikan kepada Luhut.
Pertama, moratorium masa kontrak selama 10 tahun. Dengan begitu, kontrak Blok Masela yang seharusnya berakhir 2028, bisa diperpanjang menjadi 2038. Moratorium ini belum dihitung dengan peluang perpanjangan kontrak.
Kedua, Inpex meminta jaminan mendapatkan tingkat pengembalian investasi (Internal Rate of Return/IRR) sebesar 15%, dengan penambahan kapasitas menjadi 95 ton per tahun (mtpa).
Ketiga, meminta biaya yang sudah dikeluarkan Inpex saat mengerjakan studi di Blok Masela sejak 1998 hingga 2016 sebesar USD 1,2 miliar dapat dikembalikan melalui sistem cost recovery atau pemulihan biaya operasi.
(akr)