Minat Caplok Blok Masela 10%, Menteri ESDM Minta Medco Izin ke Konsorsium
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan Medco Energi Internasional tertarik masuk konsorsium Blok Masela menggantikan Shell Upstream Overseas Ltd yang hengkang dua tahun lalu. Shell memiliki 35% hak partisipasi di Blok Masela, bersama Inpex Corporation yang mengantongi 65% saham senilai USD 20 miliar atau setara Rp 287 triliun.
"Medco consider 10% tetapi dari pemerintah sih mau saja tergantung dari konsorsium saja maunya bagaimana kan ada 35% nih," ungkap Arifin saat ditemui di acara IPA Convex, di JCC Senayan, Rabu (21/9/2022).
Menurutnya pemerintah tidak keberatan jika Medco ingin masuk dalam konsorsium, tergantung kesepakatan dari Inpex Corporation dan Pertamina yang disebut akan turut serta dalam konsorsium. "Kalau pemerintah boleh saja, tergantung dari konsorsiumnya. Kan ada 35% yang lowong," jelasnya.
Dia optimistis Blok Masela tetap bisa on stream sesuai target di 2027 walaupun ada potensi keterlambatan akibat Shell meninggalkan blok tersebut. Ia pun menargetkan pencarian mitra pengganti Shell rampung tahun ini. Di sisi lain, Arifin memastikan apabila Pertamina bisa masuk ke dalam konsorsium, dengan porsi hak partisipasi yang belum ditentukan.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan Inpex sebagai pemimpin konsorsium masih mengevaluasi tambahan belanja modal (capital expenditure/capex) Blok Masela lantaran adanya masuknya teknologi Carbon Capture, Utilizaton and Storage (CCUS). "Harga gas juga sudah lebih tinggi. Kita targetkan mereka menyampaikan revisi review dari POD (Plan Of Development) itu di Desember," ungkapnya.
Dia menjelaskan final investment decision (FID) dari Blok Masela diharapkan dapat rampung setidaknya di akhir 2023. Namun demikian, pemerintah harus menemukan mitra pengganti Shell di blok tersebut. "Sebelum FID kan POD dulu difinalkan dan itu mudah-mudahan di akhir tahun ini dan di awal tahun depan finalisasi POD dan mereka tentu desain pre-feed untuk mendapatkan FID nanti. Kita yakin dalam jalan paralel ini konsorsium baru bisa didapat," katanya.
"Medco consider 10% tetapi dari pemerintah sih mau saja tergantung dari konsorsium saja maunya bagaimana kan ada 35% nih," ungkap Arifin saat ditemui di acara IPA Convex, di JCC Senayan, Rabu (21/9/2022).
Menurutnya pemerintah tidak keberatan jika Medco ingin masuk dalam konsorsium, tergantung kesepakatan dari Inpex Corporation dan Pertamina yang disebut akan turut serta dalam konsorsium. "Kalau pemerintah boleh saja, tergantung dari konsorsiumnya. Kan ada 35% yang lowong," jelasnya.
Dia optimistis Blok Masela tetap bisa on stream sesuai target di 2027 walaupun ada potensi keterlambatan akibat Shell meninggalkan blok tersebut. Ia pun menargetkan pencarian mitra pengganti Shell rampung tahun ini. Di sisi lain, Arifin memastikan apabila Pertamina bisa masuk ke dalam konsorsium, dengan porsi hak partisipasi yang belum ditentukan.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan Inpex sebagai pemimpin konsorsium masih mengevaluasi tambahan belanja modal (capital expenditure/capex) Blok Masela lantaran adanya masuknya teknologi Carbon Capture, Utilizaton and Storage (CCUS). "Harga gas juga sudah lebih tinggi. Kita targetkan mereka menyampaikan revisi review dari POD (Plan Of Development) itu di Desember," ungkapnya.
Dia menjelaskan final investment decision (FID) dari Blok Masela diharapkan dapat rampung setidaknya di akhir 2023. Namun demikian, pemerintah harus menemukan mitra pengganti Shell di blok tersebut. "Sebelum FID kan POD dulu difinalkan dan itu mudah-mudahan di akhir tahun ini dan di awal tahun depan finalisasi POD dan mereka tentu desain pre-feed untuk mendapatkan FID nanti. Kita yakin dalam jalan paralel ini konsorsium baru bisa didapat," katanya.
(nng)