Program Biodiesel B20 Topang Harga CPO Tahun Depan
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan optimistis harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) tahun depan akan lebih baik dibandingkan tahun ini. Sejumlah faktor mendorong peningkatan harga CPO ini, salah satunya program mandatory biodiesel yang akan dilaksanakan pemerintah Indonesia sebesar 20% (B20) dan Malaysia (B10).
"Secara umum, proyeksi harga tahun depan lebih baik dibandingkan tahun ini," ujarnya di Jakarta, Senin (21/11/2016).
Fadhil menyampaikan hal ini menjelang penyelenggaraan 12th IPOC (Indonesian Palm Oil Conference) and 2017 Price Outlook, pada 23-25 November 2016, di Nusa Dua Bali. IPOC merupakan konferensi tahunan yang diselenggarakan oleh GAPKI dan merupakan konferensi minyak sawit terbesar di dunia.
Menurut Fadhil, berdasarkan analisis supply and demand, tren harga CPO tahun depan akan membaik pada semester pertama. Kemudian, harga tersebut akan turun pada semester kedua.
Meski demikian, overall sepanjang 2017 harga CPO akan lebih tinggi. "Pemerintah Indonesia akan mengenakan program B20 untuk non PSO. Jadi konsumsi dalam negeri akan meningkat. Sementara itu, Malaysia akan menerapkan B10," kata Fadhil, yang juga menjadi salah satu pembicara dalam 12th IPOC and 2017 Price Outlook ini.
Sementara itu, kata Fadhil, harga minyak mentah pada 2017 juga akan lebih tinggi dibandingkan tahun ini. Meskipun tren harga minyak mentah dan CPO tidak selalu pararel, namun kenaikan harga minyak ini bisa mengerek harga CPO lebih tinggi.
"Faktor lain yang akan mempengaruhi harga CPO tahun depan adalah produksi yang kembali normal meskipun dampak el nino tahun lalu masih akan sedikit terasa di beberapa wilayah. Sedangkan dari sisi global demand, masih belum membaik karena pertumbuhan ekonomi China yang masih stagnan dan kondisi ekonomi dunia yang masih rentan," katanya.
Sementara itu, Ketua Bidang Advokasi GAPKI Susanto mengatakan, dari sisi suplai, produksi Indonesia tahun 2017 akan membaik. "Dampak el nino sudah berkurang, sehingga saya perkirakan produksi minyak sawit Indonesia bisa mencapai 34 juta ton," kata Susanto.
CEO PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMART) wilayah Kalimantan Barat ini, memperkirakan harga CPO tahun depan akan bergerak pada kisaran MYR (Malaysia Ringgit) 2.800 sampai 3.000.
Terkait tema IPOC 2016, "Pengembangan Minyak Sawit: Harmonisasi Kepentingan Pasar, Masyarakat, dan Negara", Susanto menerangkan, tema ini sengaja diangkat untuk menunjukkan kepada dunia bahwa perkebunan kelapa sawit Indonesia memberikan peran besar dalam upaya pengentasan kemiskinan, menciptakan lapangan kerja, serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
"Bayangkan besarnya kontribusi sektor perkebunan kelapa sawit, ada 26 juta warga Indoensia yang menggantungkan hidupnya dari sektor ini," tandas Susanto.
"Secara umum, proyeksi harga tahun depan lebih baik dibandingkan tahun ini," ujarnya di Jakarta, Senin (21/11/2016).
Fadhil menyampaikan hal ini menjelang penyelenggaraan 12th IPOC (Indonesian Palm Oil Conference) and 2017 Price Outlook, pada 23-25 November 2016, di Nusa Dua Bali. IPOC merupakan konferensi tahunan yang diselenggarakan oleh GAPKI dan merupakan konferensi minyak sawit terbesar di dunia.
Menurut Fadhil, berdasarkan analisis supply and demand, tren harga CPO tahun depan akan membaik pada semester pertama. Kemudian, harga tersebut akan turun pada semester kedua.
Meski demikian, overall sepanjang 2017 harga CPO akan lebih tinggi. "Pemerintah Indonesia akan mengenakan program B20 untuk non PSO. Jadi konsumsi dalam negeri akan meningkat. Sementara itu, Malaysia akan menerapkan B10," kata Fadhil, yang juga menjadi salah satu pembicara dalam 12th IPOC and 2017 Price Outlook ini.
Sementara itu, kata Fadhil, harga minyak mentah pada 2017 juga akan lebih tinggi dibandingkan tahun ini. Meskipun tren harga minyak mentah dan CPO tidak selalu pararel, namun kenaikan harga minyak ini bisa mengerek harga CPO lebih tinggi.
"Faktor lain yang akan mempengaruhi harga CPO tahun depan adalah produksi yang kembali normal meskipun dampak el nino tahun lalu masih akan sedikit terasa di beberapa wilayah. Sedangkan dari sisi global demand, masih belum membaik karena pertumbuhan ekonomi China yang masih stagnan dan kondisi ekonomi dunia yang masih rentan," katanya.
Sementara itu, Ketua Bidang Advokasi GAPKI Susanto mengatakan, dari sisi suplai, produksi Indonesia tahun 2017 akan membaik. "Dampak el nino sudah berkurang, sehingga saya perkirakan produksi minyak sawit Indonesia bisa mencapai 34 juta ton," kata Susanto.
CEO PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMART) wilayah Kalimantan Barat ini, memperkirakan harga CPO tahun depan akan bergerak pada kisaran MYR (Malaysia Ringgit) 2.800 sampai 3.000.
Terkait tema IPOC 2016, "Pengembangan Minyak Sawit: Harmonisasi Kepentingan Pasar, Masyarakat, dan Negara", Susanto menerangkan, tema ini sengaja diangkat untuk menunjukkan kepada dunia bahwa perkebunan kelapa sawit Indonesia memberikan peran besar dalam upaya pengentasan kemiskinan, menciptakan lapangan kerja, serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
"Bayangkan besarnya kontribusi sektor perkebunan kelapa sawit, ada 26 juta warga Indoensia yang menggantungkan hidupnya dari sektor ini," tandas Susanto.
(dmd)