Sentra Bisnis Glodok Rugi Rp10 Miliar di Tengah Aksi 212

Jum'at, 02 Desember 2016 - 20:08 WIB
Sentra Bisnis Glodok Rugi Rp10 Miliar di Tengah Aksi 212
Sentra Bisnis Glodok Rugi Rp10 Miliar di Tengah Aksi 212
A A A
JAKARTA - Tutupnya sejumlah toko pada sentra bisnis Glodok ketika aksi damai 2 Desember digelar, membuat sejumlah pedagang merugi. Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Jakarta Barat mencatat kerugian mencapai sekitar Rp10 miliar.

Meski demikian, kawasan sentra bisnis Glodok tidak tutup secara keseluruhan, lantaran masih ada beberapa pedagang yang tetap buka. "Ada sekitar Rp10 miliar kerugiannya, ini akibat banyak toko tidak buka. Palingan sekitar 20% saja yang buka tadi pagi," tutur Ketua HIPMI Jakarta Barat, Ade Putra Kurniawan, Jumat (2/12/2016).

Di sisi lain dirinya membantah bahwa HIPMI telah menyebarkan surat terkait banyaknya toko yang tutup. Dia menegaskan penutupan lebih pada keinginan pedagang sendiri dengan catatan ada sekitar 1.000 pedagang yang memilih untuk tidak berjualan. "Kalo buka dipastikan sedikit," tuturnya.

Pantauan dilapangan, kondisi kawasan glodok Jakarta Barat sepi senyap, toko di kawasan Lindeteves, Harco, Blustru, Asemka, Perniagaan hingga Pinangsia tutup. Mereka memilih tidak beroperasi lantaran isu makar telah lebih dahulu muncul berbarengan dengan aksi damai 212.

Pada sejumlah toko terlihat tertutup rapat dengan tralis besi. Sedangkan beberapa di antara jejeran toko terlihat sejumlah aparat keamanan yang melakukan penjagaan. Mereka berada dibeberapa titik, ada diluar pusat perbelanjaan, lengkap dengan menggunakan senjata api. "Ia kita ngga dagang, semuanya sepakat begitu," tutur Anton, 46, salah satu pedagang di kawasan Perniagaan, Tambora, Jakarta Barat.

Dia mengatakan penutupan di kawasan itu lebih pada internal pedagang, dimana mereka memilih untuk tidak berdagang lantaran mengantisipasi kericuhan seperti Jumat (4/11) lalu. "Jaga-jaga aja mas," tambahnya

Hal senada juga disampaikan Rahmat (39) yang merupakan pedagang di kawasan LTC Glodok. Dirinya mengaku terpaksa menutup toko karena takut potensi kerusahan yang terjadi saat di kawasan penjaringan. "Dari pada kita jadi korban. Mending di tutup," ujarnya.

Kadivhumas Mabes Polri, Irjen Pol Boy Rafli Amar menegaskan tidak pernah memberikan himbauan untuk menutup toko. Adanya toko yang tutup lebih kepada keinginan pedagang. Sekalipun demikian, Boy menegaskan kepolisian dan TNI lebih dahulu melakukan penjagaan di beberapa pusat bisnis, tak hanya glodok. Tanah Abang, Blok M, dan Sarinah, hingga titik lainnya juga di tempat pasukan dengan jumlah 1 SSK di setiap kawasan.

"Kita mengantisipasi adanya orang yang berbuat onar," tutupnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5524 seconds (0.1#10.140)