Kredit Perbankan di Yogyakarta 2016 Melambat

Senin, 02 Januari 2017 - 00:38 WIB
Kredit Perbankan di Yogyakarta 2016 Melambat
Kredit Perbankan di Yogyakarta 2016 Melambat
A A A
YOGYAKARTA - Bank Indonesia mengungkapkan, pertumbuhan kredit perbankan di Daerah Istimewa Yogyakarta secara umum pada 2016, mengalami perlambatan dibanding dengan tahun 2015. Perlambatan tersebut masih berkaitan dengan tekanan ekonomi global yang berimbas pada tekanan ekonomi lokal.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta, Arief Budi Santosa mengakui jika saat ini kredit perbankan masih mengalami perlambatan akibat kondisi ekonomi yang belum pulih. Masih melambatnya ekonomi global yang berdampak pada penurunan daya beli masyarakat memang berimbas pada iklim usaha di tingkat lokal. "Pertumbuhan kredit memang ada korelasinya dengan pertumbuhan ekonomi," terangnya, Minggu (1/1/2017).

Melambatnya pertumbuhan kredit tersebut sebenarnya sudah terlihat dari awal tahun, dimana pertumbuhannya selalu lebih rendah dibanding dengan pertumbuhan kredit tahun 2015. Perlambatan tersebut semakin ditegaskan pada kondisi pertumbuhan kredit para triwulan terakhit tahun 2016 yang lalu.

Pihaknya mencatat, pertumbuhan kredit pada triwulan ketiga tahun 2015 mencapai angka 7,2%, namun pada triwulan ketiga tahun 2016 yang lalu justru melambat menjadi 6,21%. Perlambatan pertumbuhan kredit tersebut juga berdampak pada penurunan loan deposit Ratio pada perbankan di Yogyakarta.

Loan Deposit Ratio perbankan di Yogyakarta pada triwulan ketiga tahun 2016 yang lalu mencapai 61,9%. Imbasnya, non performance loan perbankan di Yogyakarta juga mengalami peningkatan cukup drastis. Pada triwulan ketiga tahun 2015 yang lalu, nilai Non Performance Loan (NPL) perbankan di Yogyakarta hanya sekitar 2,95% naik menjadi 3,11%. "Masih di bawah ambang batas lima persen," kilahnya.

Hanya saja, lanjutnya, perlambatan pertumbuhan kredit secara umum tersebut justru tidak terjadi pada kredit untuk Usaha Kecil Mikro (UKM). Hingga triwulan III tahun 2016 kemarin kredit UKM mampu tumbuh sekitar 11,55%. Padahal periode yang sama tahun 2015, pertumbuhan kredit UKM hanya 7,61%.

Pangsa pasar kredit UKM sendiri selama ini memang berkontribusi besar terhadap pertumbuhan kredit di wilayah ini. Setidaknya 45% kredit yang disalurkan oleh kalangan perbankan untuk sektor UKM. Sektor perdagangan, hotel dan restoran, industri konstruksi dan juga pertanian masih mendominasi sector kredit UKM. "Sekali lagi, kekuatan Yogyakarta memang berada di UKM," tambahnya.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Muliaman D Hadad dalam rilisnya menyampaikan, secara nasional kredit perbankan per November 2016 tumbuh sebesar 8,46% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pihaknya mencatat kredit yang berhasil disalurkan oleh perbankan mencapai Rp 4,285 triliun. "Kredit rupiah mendominasi dan tumbuh sebesar 9,41 persen. Sedangkan kredit valas tumbuh sebesar 3,35 persen," paparnya.

Dilihat dari penggunaannya, kredit investasi tumbuh paling tinggi yaitu 11,75%, diikuti kredit konsumtif tumbuh sebanyak 7,39% dan kredit modal kerja tumbuh sebesar 7,34%. Empat sektor yang tumbuh dominan untuk penyaluran kredit di antarnaya adalah sektor listrik tumbuh 40,17%, sektor konstruksi tumbuh 21,42%, sektor administrasi pemerintahan tumbuh 18,38% dan sektor pertanian tumbuh 16,67%.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6401 seconds (0.1#10.140)