Sri Mulyani Jelaskan Penyebab Ekonomi Dunia 2017 Masih Lemah
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menjelaskan penyebab perekonomian dunia 2017 masih lemah, salah satunya harga komoditas belum pulih. Sehingga, angka pertumbuhan ekonomi global terus direvisi.
(Baca: Sri Mulyani Pantau Kebijakan Ekonomi AS Usai Trump Dilantik)
Mantan direktur pelaksana Bank Dunia ini menuturkan, pengaruh lainnya datang dari negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia yakni China. Ekonomi Negeri Tirai Bambu dinilai masih dalam proses konsolidasi.
"Faktor yang pengaruhi lemahnya ekonomi dunia dari sisi permintaan, ekonomi negara besar masih proses konsolidasi yang sebabkan harga komoditas belum pulih karena permintaan lemah. Kita masih lihat China sebagai ekonomi terbesar kedua masih proses rebalancing, proses pertumbuhan ekonomi China akan terus menerus diperhatikan dunia karena pengaruhi banyak dari sisi permintaan," ujarnya di DPR, Jakarta, Rabu (18/1/2017).
Selain itu, lanjut dia, ada sedikit gangguan dari Inggris yang keluar dari Uni Eropa atau lebih dikenal dengan Brexit. Masih belum jelas apakah mereka akan melakukannya secara drastis atau bertahap.
"Kita lihat Brexit, keputusan apakah dilakukan segera, drastis atau gradual. Ini akan ada pengaruhnya ke perekonomian tak hanya Inggris, Eropa tapi seluruh dunia," kata Sri.
Menkeu menjelaskan, pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun ini hanya akan berada di level 3,4%. Perkiraan ini sudah direvisi dari sebelumnya sebesar 3,7%.
"Kalau kita lihat pertumbuhan secara umum, pertumbuhan ekonomi dunia, kita lihat perekonomian masih alami tekanan yang sebabkan kinerja pertumbuhan ekonomi dunia 2016 dikoreksi jadi 3,1% dari semula 3,8%. Pada 2017 juga sudah revisi ke bawah 3,7% jadi 3,4%," pungkasnya.
(Baca: Sri Mulyani Pantau Kebijakan Ekonomi AS Usai Trump Dilantik)
Mantan direktur pelaksana Bank Dunia ini menuturkan, pengaruh lainnya datang dari negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia yakni China. Ekonomi Negeri Tirai Bambu dinilai masih dalam proses konsolidasi.
"Faktor yang pengaruhi lemahnya ekonomi dunia dari sisi permintaan, ekonomi negara besar masih proses konsolidasi yang sebabkan harga komoditas belum pulih karena permintaan lemah. Kita masih lihat China sebagai ekonomi terbesar kedua masih proses rebalancing, proses pertumbuhan ekonomi China akan terus menerus diperhatikan dunia karena pengaruhi banyak dari sisi permintaan," ujarnya di DPR, Jakarta, Rabu (18/1/2017).
Selain itu, lanjut dia, ada sedikit gangguan dari Inggris yang keluar dari Uni Eropa atau lebih dikenal dengan Brexit. Masih belum jelas apakah mereka akan melakukannya secara drastis atau bertahap.
"Kita lihat Brexit, keputusan apakah dilakukan segera, drastis atau gradual. Ini akan ada pengaruhnya ke perekonomian tak hanya Inggris, Eropa tapi seluruh dunia," kata Sri.
Menkeu menjelaskan, pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun ini hanya akan berada di level 3,4%. Perkiraan ini sudah direvisi dari sebelumnya sebesar 3,7%.
"Kalau kita lihat pertumbuhan secara umum, pertumbuhan ekonomi dunia, kita lihat perekonomian masih alami tekanan yang sebabkan kinerja pertumbuhan ekonomi dunia 2016 dikoreksi jadi 3,1% dari semula 3,8%. Pada 2017 juga sudah revisi ke bawah 3,7% jadi 3,4%," pungkasnya.
(izz)