Harga Gas untuk Industri Pulp dan Kertas Masih Terasa Berat
A
A
A
JAKARTA - Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) menilai harga gas yang digunakan sebagai bahan bakar untuk industri pulp dan kertas masih terasa berat.
Ketua Umum Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Aryan Warga Dalam mengatakan, saat ini harga gas untuk industri pulp dan kertas berkisar antara USD9-USD11 per MMBTU (Million Metric British Thermal Unit).
"Ini masih dirasakan cukup berat karena kebijakan pemerintah baru mengalokasi untuk tujuh industri. Tapi saat ini yang direalisasikan baru tiga industri," ujarnya usai pengukuhan Kepengurusan APKI 2017 di Jakarta, Senin (30/1/2017).
Direktur Eksekutif APKI Liana Bratasida mengatakan, harga gas industri di negara ASEAN jauh lebih murah dibandingkan Indonesia, di bawah USD6 per MMBTU. "Padahal kita di negara ASEAN adalah penghasil pulp dan kertas terbesar nomor satu. Tentunya kalau harga gas tidak diturunkan maka kita tidak lagi kompetitif. Kita tidak bisa mempertahankan lagi posisi Indonesia di nomor satu," ujarnya.
Liana melanjutkan, industri pulp dan kertas diminta untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dimana sudah tertuang dalam Peraturan Presiden No.61 Tahun 2011. Hal tersebut bisa tercapai jika harga gas turun.
"Karena sudah ada Prepres No.61 tahun 2011. Sedang dalam proses revisi, untuk penurunan emisi gas rumah kaca dimana industri pulp dan kertas diminta untuk menurunkan emisi gas rumah kaca. Itu bisa dicapai kalau harga gas turun, maka kita akan bersih dalam pencemaran gas rumah kaca dan juga kompetitif," ungkapnya.
Ketua Umum Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Aryan Warga Dalam mengatakan, saat ini harga gas untuk industri pulp dan kertas berkisar antara USD9-USD11 per MMBTU (Million Metric British Thermal Unit).
"Ini masih dirasakan cukup berat karena kebijakan pemerintah baru mengalokasi untuk tujuh industri. Tapi saat ini yang direalisasikan baru tiga industri," ujarnya usai pengukuhan Kepengurusan APKI 2017 di Jakarta, Senin (30/1/2017).
Direktur Eksekutif APKI Liana Bratasida mengatakan, harga gas industri di negara ASEAN jauh lebih murah dibandingkan Indonesia, di bawah USD6 per MMBTU. "Padahal kita di negara ASEAN adalah penghasil pulp dan kertas terbesar nomor satu. Tentunya kalau harga gas tidak diturunkan maka kita tidak lagi kompetitif. Kita tidak bisa mempertahankan lagi posisi Indonesia di nomor satu," ujarnya.
Liana melanjutkan, industri pulp dan kertas diminta untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dimana sudah tertuang dalam Peraturan Presiden No.61 Tahun 2011. Hal tersebut bisa tercapai jika harga gas turun.
"Karena sudah ada Prepres No.61 tahun 2011. Sedang dalam proses revisi, untuk penurunan emisi gas rumah kaca dimana industri pulp dan kertas diminta untuk menurunkan emisi gas rumah kaca. Itu bisa dicapai kalau harga gas turun, maka kita akan bersih dalam pencemaran gas rumah kaca dan juga kompetitif," ungkapnya.
(ven)