Harga Cabai Sulit Turun hingga Tembus Rp200.000/Kg

Rabu, 15 Februari 2017 - 21:03 WIB
Harga Cabai Sulit Turun hingga Tembus Rp200.000/Kg
Harga Cabai Sulit Turun hingga Tembus Rp200.000/Kg
A A A
PALEMBANG - Harga komoditi cabai masih tinggi di sejumlah pasar tradisional. Meski bukan lagi menjadi penyumbang inflansi daerah namun harga cabai masih sulit kembali normal.

Dikatakan Sumiah, pedagang sayur di pasar Perumnas, harga cabai masih berada di level yang mahal, terutama jenis cabai burung. Cabai yang biasa dipergunakan untuk sambal mentah karena rasa pedasnya yang lebih tinggi ini masih dijual di harga Rp200.000/kg. Harga tersebut masih tinggi dibandingkan pada sebelumnya,

“Ini sudah jadi tradisi terus menerus, jika musim hujan maka cabai mahal. Jadi memang harga cabai akan sulit turun,” katanya, Rabu (15/2/2017).

Pedagang asli Jawa ini berpendapat tingginya harga cabai di Palembang ini disebabkan karena pasokan menurun. Sejumlah wilayah produksi cabai di Jawa mengalami gagal panen karena musim hujan, belum lagi transportasi yang terganggu akibat banjir.

“Jadi jika cabai mahal di musim hujan, memang seolah jadi tradisi. Ini yang diubah oleh pemerintah daerah,” sambungnya.

Tercatat sejumlah cabai yang masih mahal yakni cabai burung, dan cabai rawit. Cabai rawit masih dijual dengan harga Rp120.000-Rp150.000/kg. Padahal, pada saat normal atau tidak musim hujan, harga cabai tersebut berada dibawah Rp100.000/kg, sedangkan untuk cabai keriting dan cabai KT masih berada di harga Rp80.000/kg.

Sementara salah satu pedagang cabai di pasar Cinde Ida mengungkapkan, hal yang sama dimana harga cabai masih tinggi sejak musim hujan beberapa bulan lalu. Meski pemerintah melaksanakan operasi pasar pada komoditi cabai, namun harga cabai masih tergolong tinggi.

Dia berpendapat, cabai berada di pasar Palembang ini lebih banyak dari luar Sumatera Selatan (Sumsel). Karena itu, pasokan cabai akan sangat tergantung dengan pasokan dari daerah luar. Pada beberapa pekan ini, cabai dari Pagar Alam juga tidak banyak masuk ke Palembang,

“Setiap kita beli di pasar Jakabaring, dikatakan dari Jawa. Cabai dari Pagar Alam sudah berkurang karena musim hujan,” katanya.

Karena itu, konsumen juga melakukan pilihan dengan mengurangi konsumsi cabai. Dia menambahkan jumlah pembeli cabai juga berkurang akibat mahalnya harga cabai yang berada di pasaran. Selain itu, pembeli malah juga mengurangi jumlah cabai yang akan dibeli saat ini.

“Ini masalah sudah lama-lama, harga mahal jika barang kosong. Yang membeli cabai juga makin mengurangi jumlah pembeliannya,” pungkasnya.

Di sisi lain pemerintah menegaskan sudah sudah melakukan upaya pengendalian supaya harga cabai tidak menjulang tinggi. Selain operasi pasar, pemerintah juga menargetkan produksi cabai program menanam cabai di perkarangan rumah pada sejumlah kabupaten. Malah, dalam tim pengendalian inflansi, pemerintah juga menyarankan masyarakat menggunakan cabai olahan atau cabai kering,

“Cabai ini komoditi yang rawan, misalnya rawan busuk saat musim hujan, termasuk rawan gagal tanam jika terus diterpa banjir, sehingga mempengaruhi pasokan. Beberapa langkah sudah dilakukan,” ujar Plt Sekda Sumsel Joko Imam Santoso yang juga mengetuai Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumsel.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8036 seconds (0.1#10.140)