Sri Mulyani Waspadai Gejolak Situasi Eropa
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mewaspadai kondisi global, terutama Eropa yang akan kembali bergejolak dalam beberapa bulan mendatang. Penyebabnya, defisit anggaran Yunani yang membengkak dan pemilu di beberapa negara Eropa berpotensi menimbulkan ketidakpastian.
"Dalam tiga bulan ke depan, mungkin tidak akan mengagetkan kalau kita akan melihat perdebatan tentang kondisi perekonomian Yunani yang akan mengambil alih seluruh perhatian dunia," kata Sri Mulyani di Gedung DPR, Senin (20/2/2017).
Dia menerangkan defisit fiskal Yunani yang mencapai 4,2% terhadap produk domestik bruto (PDB) tahun lalu mengancam posisi total utang negara itu yang sudah mendekati 200% terhadap PDB. Kondisi itu membuat negara-negara Uni Eropa melakukan perdebatan apakah akan kembali memberikan suntikan dana talangan (bail out) atau tidak.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu pun menambahkan, situasi Yunani pun semakin pelik mengingat tiga negara Uni Eropa, yakni Jerman, Belanda, Perancis, akan mengadakan pemilihan umum tahun ini. Tren politik sayap kanan sedang mengemuka sehingga bisa mengancam posisi Yunani di Uni Eropa.
"Ini akan jadi ketidakpastian hingga sekitar Juni-Juli yang akan datang," ujarnya.
Sri Mulyani menyebut, ketidakpastian global akan senantiasa menghantui negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Pemerintah, kata dia, akan terus memperbaiki kondisi fundamental ekonomi dengan melakukan reformasi struktural yang konsisten sehingga kuat terhadap goncangan dari eksternal.
Sebelumnya Bank Indonesia (BI) juga mewaspadai situasi geopolitik di Eropa sebagai salah satu sumber ketidakpastian global. Pemilu di tiga negara Eropa dikhawatirkan bisa memicu situasi berulang layaknya Inggris yang memutuskan keluar dari Uni Eropa. Kondisi tersebut membuat otoritas moneter berhati-hati dan menahan suku bunga 7-day repo rate pada rapat dewan gubernur (RDG) BI bulan ini sebesar 4,75%.
"Dalam tiga bulan ke depan, mungkin tidak akan mengagetkan kalau kita akan melihat perdebatan tentang kondisi perekonomian Yunani yang akan mengambil alih seluruh perhatian dunia," kata Sri Mulyani di Gedung DPR, Senin (20/2/2017).
Dia menerangkan defisit fiskal Yunani yang mencapai 4,2% terhadap produk domestik bruto (PDB) tahun lalu mengancam posisi total utang negara itu yang sudah mendekati 200% terhadap PDB. Kondisi itu membuat negara-negara Uni Eropa melakukan perdebatan apakah akan kembali memberikan suntikan dana talangan (bail out) atau tidak.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu pun menambahkan, situasi Yunani pun semakin pelik mengingat tiga negara Uni Eropa, yakni Jerman, Belanda, Perancis, akan mengadakan pemilihan umum tahun ini. Tren politik sayap kanan sedang mengemuka sehingga bisa mengancam posisi Yunani di Uni Eropa.
"Ini akan jadi ketidakpastian hingga sekitar Juni-Juli yang akan datang," ujarnya.
Sri Mulyani menyebut, ketidakpastian global akan senantiasa menghantui negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Pemerintah, kata dia, akan terus memperbaiki kondisi fundamental ekonomi dengan melakukan reformasi struktural yang konsisten sehingga kuat terhadap goncangan dari eksternal.
Sebelumnya Bank Indonesia (BI) juga mewaspadai situasi geopolitik di Eropa sebagai salah satu sumber ketidakpastian global. Pemilu di tiga negara Eropa dikhawatirkan bisa memicu situasi berulang layaknya Inggris yang memutuskan keluar dari Uni Eropa. Kondisi tersebut membuat otoritas moneter berhati-hati dan menahan suku bunga 7-day repo rate pada rapat dewan gubernur (RDG) BI bulan ini sebesar 4,75%.
(akr)