Prospek Industri Perhiasan Masih Menjanjikan

Senin, 27 Februari 2017 - 22:34 WIB
Prospek Industri Perhiasan...
Prospek Industri Perhiasan Masih Menjanjikan
A A A
SURABAYA - Prospek industri perhiasan di dalam negeri masih cukup menjanjikan. Potensi pengembangan sektor ini didukung oleh populasi penduduk yang besar, pertumbuhan kelas menengah, dan faktor kultur masyarakat Tanah Air.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, industri perhiasan mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional.

"Sektor ini akan kami terus dorong pengembangannya karena padat karya, berorientasi ekspor dan mempunyai daya saing yang kuat,” ujarnya disela-sela kunjungan ke PT Untung Bersama Sejahtera (UBS) di Surabaya, Jawa Timur, Senin (27/2/2017).

Menurutnya, perhiasan menjadi salah satu produk ekspor yang potensial. Tercatat, nilai ekspor produk perhiasan Indonesia ke dunia pada periode 2011-2016 menunjukkan tren peningkatan sebesar 16,85%, dimana nilai ekspor pada tahun 2011 sebesar USD2,59 miliar meningkat menjadi USD5,34 miliar pada tahun 2016.

"Diharapkan nilai ekspornya bisa ditingkatkan secara terus menerus," kata Airlangga.

Airlangga melanjutkan, Provinsi Jawa Timur mempunyai konstribusi ekspor perhiasan sebesar 64,42% terhadap total ekspor produk perhiasan nasional. Ekspor produk perhiasan Provinsi Jawa Timur di tahun 2016 mencapai USD3,44 miliar.

"Untuk jumlah industri perhiasan di Provinsi Jawa Timur, saat ini sebanyak 26 industri berskala besar dan menengah, serta sekitar 1.854 industri berskala kecil yang tersebar di berbagai sentra industri seperti Surabaya, Gresik, Lamongan, Pasuruan, Lumajang dan Pacitan," jelasnya.

Sementara jumlah tenaga kerja yang terserap mencapai 17.600 orang, dimana berdampak pada meningkatnya ekonomi nasional serta mengurangi kemiskinan.

Airlangga menuturkan, negara tujuan ekspor produk perhiasan terbesar dari Jawa Timur pada tahun 2016 adalah Swiss, Jepang, Singapura dan Hong Kong. Namun, negara pesaing utama ekspor produk perhiasan Jawa Timur di pasar internasional datang dari Belgia, Israel, Inggris dan India untuk perhiasan batuan permata.

"Sementara negara Italia, China, Swiss dan Thailand untuk produk perhiasan logam mulia," tuturnya.

Dalam upaya peningkatan daya saing sektor perhiasan khususnya IKM di dalam negeri, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memberikan fasilitas dan dukungan akses pasar melalui program e-smart IKM, pendampingan tenaga ahli desainer produk perhiasan untuk peningkatan kualitas dan desain, serta fasilitasi pameran produk perhiasan baik dalam maupun luar negeri.

Berdasarkan studi Euromonitor International, industri perhiasan di Indonesia pada 2016 tumbuh sekitar 13% dengan nilai transaksi mencapai Rp21 triliun. Sekitar 59% total nilai pasar perhiasan tahun lalu berupa emas, 18% perak, dan 14% kombinasi logam lainnya. Pada tahun ini, industri perhiasan nasional diproyeksikan tumbuh sebesar 15-20%.

Direktur Utama PT UBS Eddy Susanto Yahya mengatakan, industri perhiasan merupakan sektor padat karya, teknologi, dan inovasi. "Meskipun menggunakan teknologi canggih, untuk pembuatan giwang dan anting-anting masih memerlukan kreasi tangan manusia. Oleh karena itu industri ini membutuhkan keterampilan SDM," paparnya.

Eddy melanjutkan, UBS telah mampu melakukan ekspor ke negara-negara besar seperti Hong Kong, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat. 'Yang membanggakan, kami juga bisa menjual ke Italia. Padahal Italia itu kiblatnya produk perhiasan," ungkapnya.

Menurutnya, industri perhiasan Indonesia unggul karena pasarnya sudah mature, desain dan produknya berkualitas baik, serta harganya kompetitif. Untuk itu, pihaknya meminta dukungan kepada pemerintah dalam melakukan ekspor.

"Kami harap bisa dibantu untuk meningkatkan ekspor dengan mempertahankan perjanjian perdagangan dengan Amerika Serikat karena negara ini tujuan ekspor terbesar kita," katanya.

Selain itu, diberikan kemudahan untuk melakukan importasi dari luar negeri untuk pemenuhan bahan baku maupun mesin bekas. Eddy juga berharap adanya pengurangan tarif bea masuk untuk intan.

"Bahan baku yang dipakai tidak umum dan tidak mudah diperoleh di Indonesia. Bahan baku yang digunakan banyak categori Lartas (Larangan Terbatas). Pengurangan biaya importasi bahan baku akan membuat kita menjadi lebih kompetitif," tandasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0850 seconds (0.1#10.140)