Rekor Tertinggi Dow Jones Berakhir Saat Saham Ritel Turun
A
A
A
NEW YORK - Bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan kemarin waktu setempat berakhir tergelincir, untuk menghentikan tren penguatan beruntun selama 12 hari. Sementara beberapa investor masih menanti pidato Presiden AS Donald Trump di depan kongres.
Keseluruhan dari tiga indeks utama Wall Street tercatat mencetak keuntungan, ketika indeks S&P 500 bertambah hingga 3,7% sepanjang Februari. Beberapa saham terlihat telah meningkat tajam sejak dari pemilihan presiden 8 November, lalu diperkuat oleh janji-janji Trump yang akan melakukan reformasi pajak, memperbesar dana infrastruktur serta memangkas regulasi dan peraturan.
Meski begitu investor mencari lebih spesifik terkait kebijakan tersebut pada bagaimana Presiden Trump akan bisa mewujudkan janji-janjinya. Belum lama ini, Trump saat bertemu dengan para gubernur menyatakan akan menambah anggaran militer AS lebih dari 9%.
Sementara kurangnya rincian kebijakan dari Trump akan bisa mengecewakan beberapa investor. "Ada sejumlah optimisme dan euforia di pasar ini. Saya tidak berharap ada banyak rincian, tapi saya juga tidak yakin market akan kecewa apabila tidak memiliki rincian. Pasar lebih suka adanya harapan," ujar Kepala Strategi Bursa JonesTrading di Greenwich, Michael O'Rourke.
Tercatat Dow Jones Industrial Average (DJI) mengalami penurunan sebesar 25,2 poin atau 0,12% ke level 20.812,24, sedangkan indeks S & P 500 kehilangan 6,11 poin atau setara 0,26% ke 2.363,64. Kejatuhan juga dialami komposit Nasdaq mencapai 36,46 poin atau 0,62% ke level 5.825,44.
Di sisi lain sepanjang bulan ini, Dow Jones meningkat 4,8%, sedangkan Nasdaq memperoleh tambahan 3,8%. Pada perdagangan kali ini indeks S & P ritel turun 0,8% dan indeks SPLRCD berkurang 0,7% untuk jadi hambatan terbesar S & P 500.
Sekitar 7,9 miliar saham diperdagangkan pada pergerakan bursa saham AS kemarin waktu setempat, lebih tinggi dibandingkan rata-rata harian 6,9 miliar dalam 20 sesi menurut data Thomson Reuters
Keseluruhan dari tiga indeks utama Wall Street tercatat mencetak keuntungan, ketika indeks S&P 500 bertambah hingga 3,7% sepanjang Februari. Beberapa saham terlihat telah meningkat tajam sejak dari pemilihan presiden 8 November, lalu diperkuat oleh janji-janji Trump yang akan melakukan reformasi pajak, memperbesar dana infrastruktur serta memangkas regulasi dan peraturan.
Meski begitu investor mencari lebih spesifik terkait kebijakan tersebut pada bagaimana Presiden Trump akan bisa mewujudkan janji-janjinya. Belum lama ini, Trump saat bertemu dengan para gubernur menyatakan akan menambah anggaran militer AS lebih dari 9%.
Sementara kurangnya rincian kebijakan dari Trump akan bisa mengecewakan beberapa investor. "Ada sejumlah optimisme dan euforia di pasar ini. Saya tidak berharap ada banyak rincian, tapi saya juga tidak yakin market akan kecewa apabila tidak memiliki rincian. Pasar lebih suka adanya harapan," ujar Kepala Strategi Bursa JonesTrading di Greenwich, Michael O'Rourke.
Tercatat Dow Jones Industrial Average (DJI) mengalami penurunan sebesar 25,2 poin atau 0,12% ke level 20.812,24, sedangkan indeks S & P 500 kehilangan 6,11 poin atau setara 0,26% ke 2.363,64. Kejatuhan juga dialami komposit Nasdaq mencapai 36,46 poin atau 0,62% ke level 5.825,44.
Di sisi lain sepanjang bulan ini, Dow Jones meningkat 4,8%, sedangkan Nasdaq memperoleh tambahan 3,8%. Pada perdagangan kali ini indeks S & P ritel turun 0,8% dan indeks SPLRCD berkurang 0,7% untuk jadi hambatan terbesar S & P 500.
Sekitar 7,9 miliar saham diperdagangkan pada pergerakan bursa saham AS kemarin waktu setempat, lebih tinggi dibandingkan rata-rata harian 6,9 miliar dalam 20 sesi menurut data Thomson Reuters
(akr)