Kerja Sama Energi RI dan Arab Saudi Ditindaklanjuti
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan menindaklanjuti kerja sama investasi di sektor energi dengan Arab Saudi terutama pengembangan kilang bahan bakar minyak (BBM). Hal itu sehubungan dengan sejumlah penandatangan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) yang disepakati bersamaan dengan kunjungan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud di Indonesia.
“Kehadiran Arab Saudi memberikan legitimasi investasi di Indonesia perlu ditindaklanjuti. Kita harapkan sejumlah investasi di sektor energi terutama pengembangan kilang dapat terealisasi sehingga kita punya nilai tambah,” ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmadja Puja saat diskusi bertajuk Menangkap Peluang Investasi Kilang Sehubungan Kedatangan Raja Arab di Indonesia, di Dewan Pers, Jakarta.
Dia mengatakan terdapat komitmen kerja sama pengembangan kilang dengan perusahaan minyak nasional Arab Saudi yaitu Saudi Aramco yang perlu ditindaklanjuti selain pengembangan kilang minyak di Cilacap, Jawa Tengah senilai USD6 miliar atau setara Rp80,2 triliun dengan PT Pertamina (Persero).
“Untuk investasi Saudi Aramco di Kilang Cilacap sudah jelas dan prosesnya memang sudah lama. Selanjutnya yang perlu ditindaklanjuti ialah pengembangan kilang yang belum dikerjasamakan atau digarap sendiri,” ungkapnya.
Menurutnya pembangunan kilang harus diwujudkan guna mengurangi impor BBM serta menciptakan nilai tambah di dalam negeri. Pihaknya menyebut kebutuhan BBM nasional saat ini mencapai 1,6 juta barel per hari sedangkan kapasitas secara nyata di dalam negeri hanya sanggup menampung minyak sebesar 800.000 barel per hari. Padahal kebutuhan BBM pada 2022 diperkirakan akan meningkat seginifikan mencapai 2,22 juta barel per hari.
Dia juga menyebut pembangunan kilang tidak hanya semata-mata mencukupi kebutuhan BBM akan tetapi tapi juga akan diintegrasikan dengan industri penunjang yaitu petrokimia. Pihaknya menyadari tantangan menarik investasi kilang tidaklah mudah karena selain padat modal juga berisiko tinggi sehingga diperlukan kemudahan berinvestasi. Namun sejauh ini Indonesia diuntungkan dengan stabilitas ekonomi dan politik sehingga menjadi modal penting dalam hal menarik investasi.
“Jadi tidak salah jika salah satunya Arab Saudi melihat Indonesia karena stabilitas ekonomi dan politik relatif stabil. Dari sisi izin, siapapun yang invetasi dihilir kami langsung berikan izin niaga,” paparnya.
“Kehadiran Arab Saudi memberikan legitimasi investasi di Indonesia perlu ditindaklanjuti. Kita harapkan sejumlah investasi di sektor energi terutama pengembangan kilang dapat terealisasi sehingga kita punya nilai tambah,” ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmadja Puja saat diskusi bertajuk Menangkap Peluang Investasi Kilang Sehubungan Kedatangan Raja Arab di Indonesia, di Dewan Pers, Jakarta.
Dia mengatakan terdapat komitmen kerja sama pengembangan kilang dengan perusahaan minyak nasional Arab Saudi yaitu Saudi Aramco yang perlu ditindaklanjuti selain pengembangan kilang minyak di Cilacap, Jawa Tengah senilai USD6 miliar atau setara Rp80,2 triliun dengan PT Pertamina (Persero).
“Untuk investasi Saudi Aramco di Kilang Cilacap sudah jelas dan prosesnya memang sudah lama. Selanjutnya yang perlu ditindaklanjuti ialah pengembangan kilang yang belum dikerjasamakan atau digarap sendiri,” ungkapnya.
Menurutnya pembangunan kilang harus diwujudkan guna mengurangi impor BBM serta menciptakan nilai tambah di dalam negeri. Pihaknya menyebut kebutuhan BBM nasional saat ini mencapai 1,6 juta barel per hari sedangkan kapasitas secara nyata di dalam negeri hanya sanggup menampung minyak sebesar 800.000 barel per hari. Padahal kebutuhan BBM pada 2022 diperkirakan akan meningkat seginifikan mencapai 2,22 juta barel per hari.
Dia juga menyebut pembangunan kilang tidak hanya semata-mata mencukupi kebutuhan BBM akan tetapi tapi juga akan diintegrasikan dengan industri penunjang yaitu petrokimia. Pihaknya menyadari tantangan menarik investasi kilang tidaklah mudah karena selain padat modal juga berisiko tinggi sehingga diperlukan kemudahan berinvestasi. Namun sejauh ini Indonesia diuntungkan dengan stabilitas ekonomi dan politik sehingga menjadi modal penting dalam hal menarik investasi.
“Jadi tidak salah jika salah satunya Arab Saudi melihat Indonesia karena stabilitas ekonomi dan politik relatif stabil. Dari sisi izin, siapapun yang invetasi dihilir kami langsung berikan izin niaga,” paparnya.
(akr)