AS Temukan Cadangan Minyak 1,2 Miliar Barel di Lereng Utara Alaska
A
A
A
ALASKA - Kabar gembira untuk Amerika Serikat. Negeri Paman Sam mengumumkan penemuan cadangan minyak darat (onshore) terbesar dalam tiga dekade. Melansir dari CNN, Sabtu (11/3/2017), cadangan minyak sebesar 1,2 miliar barel telah ditemukan di Alaska.
Penemuan cadangan minyak besar ini bisa memberi bantuan bagi perekonomian Alaska dan tentunya Amerika Serikat, seiring mulai merosotnya produksi minyak AS di beberapa negara bagian dan mulai menanjaknya harga minyak.
Penemuan baru pada Kamis (9/3) terdapat di Lereng Utara Alaska, yang sebelumnya dipandang sebagai lapangan minyak yang sudah tua.
Eksplorasi tersebut dilakukan perusahaan minyak raksasa Spanyol Repsol (REPYY) dan mitranya dari AS yaitu Armstrong Energy. Keduanya memprediksi produksi di Alaska ini segera dilakukan setelah tahun 2021 dan akan memproduksi 120.000 barel per hari.
Penemuan tersebut berada di 20 mil selatan dari proyek pertama yang dikenal sebagai Pikka, dimana proyek utara sudah dalam pengembangan awal dan 51% dimiliki oleh Armstrong Energy. Sedangkan sisanya milik Repsol.
“Penemuan di Lereng Utara Alaska ini sangat menarik karena sebelumnya tidak diperkirakan. Tetapi malah muncul secara signifikan,” ujar juru bicara Repsol Kristian Rix kepada CNNMoney.
Tentu saja, kabar ini akan semakin meningkatkan produksi dan kekenyangan AS akan minyak. Sementara itu, OPEC dan negara produsen non-OPEC saat ini sedang giat-giatnya memangkas produksi guna mendongkrak kembali harga si emas hitam, setelah dua tahun merosot akibat kelebihan pasokan.
Repsol sendiri telah aktif mengeksplorasi minyak di Alaska sejak 2008 dan memiliki tambahan lain di Teluk Meksiko. Hasil ini membuat saham Repsol melonjak 3% pada penutupan perdagangan di bursa Madrid, Spanyol, pada Jumat kemarin.
Cadangan Lereng Utara Alaska datang kurang enam bulan setelah Caelus Energy dan Apollo Global Management mengumumkan penemuan minyak skala besar di perairan Smith Bay, Alaska. Dan penemuan keduanya merupakan kemenangan besar bagi Alaska.
Selama ini, ekonomi Alaska yang mengandalkan pajak minyak dan gas untuk penerimaan negara bagian, telah terpukul oleh menyusutnya produksi dari ladang-ladang lama. Ditambah merosotnya harga minyak dalam dua tahun belakangan. Dan penemuan ini menjadi kabar gembira bagi pipa Trans-Alaska yang telah lama menganggur.
“Ini berita bagus bagi Negara Bagian Alaska. Kita semua harus bekerja sama untuk mengoperasikan kembali pipa minyak Trans-Alaska,” kata Gubernur Alaska Bill Walker.
Sementara itu, Fox Business, Sabtu (11/3) menulis bahwa penemuan minyak onshore di Lereng Utara Alaska merupakan yang terbesar dalam 30 tahun terakhir. Dan ini menambah kekayaan AS akan minyak. Sebelumnya, pada November lalu, survei geologi AS telah menemukan cadangan minyak shale Permian di Negara Bagian Texas yang berbatasan dengan Negara Bagian New Mexico.
Permian Basin diperkirakan mengandung 20 miliar barel minyak dan 1,6 miliar barel gas alam. Angka-angka baru itu akan membuat kawasan Midland Basin tiga kali lebih besar dari pembentukan Bakken di Dakota Utara.
Produsen minyak AS, yaitu ExxonMobil (XOM) dan Noble Energy (NBL) telah meningkatkan investasinya di Permian, dengan membayar USD6,6 miliar untuk 275.000 hektare tanah di Permian. Wilayah Texas sendiri dikenal sebagai produsen minyak besar di Amerika, diikuti oleh Dakota Utara dan California. Dan sekarang Alaska kembali memberi persaingan besar.
Penemuan cadangan minyak besar ini bisa memberi bantuan bagi perekonomian Alaska dan tentunya Amerika Serikat, seiring mulai merosotnya produksi minyak AS di beberapa negara bagian dan mulai menanjaknya harga minyak.
Penemuan baru pada Kamis (9/3) terdapat di Lereng Utara Alaska, yang sebelumnya dipandang sebagai lapangan minyak yang sudah tua.
Eksplorasi tersebut dilakukan perusahaan minyak raksasa Spanyol Repsol (REPYY) dan mitranya dari AS yaitu Armstrong Energy. Keduanya memprediksi produksi di Alaska ini segera dilakukan setelah tahun 2021 dan akan memproduksi 120.000 barel per hari.
Penemuan tersebut berada di 20 mil selatan dari proyek pertama yang dikenal sebagai Pikka, dimana proyek utara sudah dalam pengembangan awal dan 51% dimiliki oleh Armstrong Energy. Sedangkan sisanya milik Repsol.
“Penemuan di Lereng Utara Alaska ini sangat menarik karena sebelumnya tidak diperkirakan. Tetapi malah muncul secara signifikan,” ujar juru bicara Repsol Kristian Rix kepada CNNMoney.
Tentu saja, kabar ini akan semakin meningkatkan produksi dan kekenyangan AS akan minyak. Sementara itu, OPEC dan negara produsen non-OPEC saat ini sedang giat-giatnya memangkas produksi guna mendongkrak kembali harga si emas hitam, setelah dua tahun merosot akibat kelebihan pasokan.
Repsol sendiri telah aktif mengeksplorasi minyak di Alaska sejak 2008 dan memiliki tambahan lain di Teluk Meksiko. Hasil ini membuat saham Repsol melonjak 3% pada penutupan perdagangan di bursa Madrid, Spanyol, pada Jumat kemarin.
Cadangan Lereng Utara Alaska datang kurang enam bulan setelah Caelus Energy dan Apollo Global Management mengumumkan penemuan minyak skala besar di perairan Smith Bay, Alaska. Dan penemuan keduanya merupakan kemenangan besar bagi Alaska.
Selama ini, ekonomi Alaska yang mengandalkan pajak minyak dan gas untuk penerimaan negara bagian, telah terpukul oleh menyusutnya produksi dari ladang-ladang lama. Ditambah merosotnya harga minyak dalam dua tahun belakangan. Dan penemuan ini menjadi kabar gembira bagi pipa Trans-Alaska yang telah lama menganggur.
“Ini berita bagus bagi Negara Bagian Alaska. Kita semua harus bekerja sama untuk mengoperasikan kembali pipa minyak Trans-Alaska,” kata Gubernur Alaska Bill Walker.
Sementara itu, Fox Business, Sabtu (11/3) menulis bahwa penemuan minyak onshore di Lereng Utara Alaska merupakan yang terbesar dalam 30 tahun terakhir. Dan ini menambah kekayaan AS akan minyak. Sebelumnya, pada November lalu, survei geologi AS telah menemukan cadangan minyak shale Permian di Negara Bagian Texas yang berbatasan dengan Negara Bagian New Mexico.
Permian Basin diperkirakan mengandung 20 miliar barel minyak dan 1,6 miliar barel gas alam. Angka-angka baru itu akan membuat kawasan Midland Basin tiga kali lebih besar dari pembentukan Bakken di Dakota Utara.
Produsen minyak AS, yaitu ExxonMobil (XOM) dan Noble Energy (NBL) telah meningkatkan investasinya di Permian, dengan membayar USD6,6 miliar untuk 275.000 hektare tanah di Permian. Wilayah Texas sendiri dikenal sebagai produsen minyak besar di Amerika, diikuti oleh Dakota Utara dan California. Dan sekarang Alaska kembali memberi persaingan besar.
(ven)