BI 7 Day Repo Rate Bisa Turun jika Inflasi Terkendali
A
A
A
JAKARTA - Chief Economist SKHA Institute for Global Competitiveness (SIGC) Eric Alexander Sugandi mengatakan, sepanjang tahun ini diperkirakan BI 7 day repo rate masih ada ruang untuk turun 25 basis points (bps) jika inflasi terkendali dan rupiah tidak tertekan tajam.
"Namun, kalaupun tidak turun, saya perkirakan BI 7 day repo rate akan stay tahun ini di 4.75%," ujarnya saat dihubungi, Kamis (16/3/2017).
Tetapi, menurut Eric, BI 7 day repo rate tidak akan naik tahun ini. "BI 7 day repo rate tidak naik tahun ini karena bank sentral ingin bantu pemerintah dorong pertumbuhan," papar dia.
Walaupun ternyata rupiah dan mata uang negara-negara lain justru menguat setelah suku bunga The Fed naik--karena pernyataan Yellen--namun menurut Eric, Bank Indonesia tidak ambil resiko dulu dengan menjaga BI 7 day repo rate tidak berubah sambil lihat perkembangan inflasi dan pergerakan rupiah.
"Rupiah dan mata uang negara-negara Asia menguat walau suku bunga The Fed naik hari ini karena Yellen mengatakan The Fed bersedia menjalankan kebijakan moneter yang "akomodatif" (artinya tidak secara agresif mengetatkan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga) dan bahwa FFR bisa menoleransi inflasi sedikit di atas target inflasi 2% untuk sementara waktu," jelas dia.
Dengan pernyataan seperti ini, lanjut dia, mungkin The Fed naiknya tidak agresif tahun ini. "Kalaupun naik, hanya naik 25 bps dan kemungkinan di triwulan IV-2017," tutup Eric.
"Namun, kalaupun tidak turun, saya perkirakan BI 7 day repo rate akan stay tahun ini di 4.75%," ujarnya saat dihubungi, Kamis (16/3/2017).
Tetapi, menurut Eric, BI 7 day repo rate tidak akan naik tahun ini. "BI 7 day repo rate tidak naik tahun ini karena bank sentral ingin bantu pemerintah dorong pertumbuhan," papar dia.
Walaupun ternyata rupiah dan mata uang negara-negara lain justru menguat setelah suku bunga The Fed naik--karena pernyataan Yellen--namun menurut Eric, Bank Indonesia tidak ambil resiko dulu dengan menjaga BI 7 day repo rate tidak berubah sambil lihat perkembangan inflasi dan pergerakan rupiah.
"Rupiah dan mata uang negara-negara Asia menguat walau suku bunga The Fed naik hari ini karena Yellen mengatakan The Fed bersedia menjalankan kebijakan moneter yang "akomodatif" (artinya tidak secara agresif mengetatkan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga) dan bahwa FFR bisa menoleransi inflasi sedikit di atas target inflasi 2% untuk sementara waktu," jelas dia.
Dengan pernyataan seperti ini, lanjut dia, mungkin The Fed naiknya tidak agresif tahun ini. "Kalaupun naik, hanya naik 25 bps dan kemungkinan di triwulan IV-2017," tutup Eric.
(ven)