Sean Conlon, Tukang Cat Apartemen yang Jadi Maestro Real Estat AS
A
A
A
MEMILIKI rumah merupakan hak asasi manusia. Hanya saja dalam mewujudkan ini bukan persoalan mudah, termasuk di negara maju seperti Amerika Serikat. Dalam mendapatkan rumah, banyak orang terbentur dengan masalah finansial, sehingga timbul pertanyaan: antara membeli atau harus menyewa?
Maestro real estat Amerika Serikat Sean Conlon mengatakan, menyewa memang lebih murah namun membeli rumah merupakan cara tercepat mencapai kaya atau hidup lebih nyaman.
Kepada CNBC, Kamis (13/4/2017), Conlon lantas mengatakan menyimpan uang dalam setiap sen untuk membeli rumah pertama adalah hal bijak. “Dan itu masih merupakan jalan tercepat mencapai kekayaan di Amerika Serikat,” katanya. Pasalnya harga rumah, baik rumah tapak atau hunian vertikal terus menanjak setiap waktunya.
Sean yang sekarang pengusaha real estat Conlon & Co, lantas menceritakan masa lalunya ketika datang ke AS dari Irlandia pada tahun 1990. Ketika itu, ia berusia 23 tahun dan bekerja sebagai petugas kebersihan pada siang hari. Pada malam hari, ia bekerja menjadi tukang cat di apartemen. Conlon pun menyisihkan USD500 dari pendapatannya untuk membeli rumah.
Tidak cukup di situ, Conlon pada 1993 akhirnya memilih bergabung di sebuah agen properti di Chicago, Illinois, yaitu Koenig & Strey. Ia lantas menjadi salah satu agen penjual real estat paling banyak dan terkemuka di Negeri Paman Sam. Mengutip dari Wikipedia, Sean bahkan mencetak rekor penjulan tahunan nasional antara agen real estat hingga menembus USD150 juta.
Sukses dari sana, Conlon lantas membuat rumah-rumah kecil dan membangun usahanya pada Januari 2000, dengan membentuk Sussex & Reilly, perusahaan broker real estat yang berbasis di Illinois. Sussex memulai dengan staf 10 orang dan dengan cepat menjadi pemain real estat utama di Chicago.
Enam tahun berselang, Sean telah memiliki 300 karyawan dengan volume penjualan tahunan lebih dari USD1 miliar. Pada tahun itu juga, ia menjual Sussex dan fokus mengembangkan Conlon & Co, sebuah perusahaan pengembang real estat, konsultasi properti dan jasa keuangan.
Tahun ini, Sean meluncurkan Conlon Capital yang berfokus pada pinjaman real estat komersial yang menawarkan berbagai layanan lebih luas, bersaing dengan perusahaan real estat besar lainnya di AS. Bahkan menjadi salah satu yang terkemuka dalam tingkat nasional.
Meski sudah menjadi maestro real estat di AS, Sean Conlon yang kini berusia 47 tahun, tidak pelit berbagi tips kepada anak muda untuk memiliki rumah. Bahkan ia mendorong anak muda untuk membeli rumah ketimbang menyewa sebagai salah satu cara mencapai hidup lebih nyaman.
Bila Sean memotivasi generasi milenial (kaum muda) untuk membeli rumah bukan tanpa sebab. Data yang dirilis Pusat Studi Perumahan AS dan Universitas Harvard menunjukkan, tingkat kepemilikan rumah bagi kalangan milenial (usia di bawah 35 tahun) terus berkurang.
Pada tahun 2005, tingkat kepemilikan rumah bagi kalangan muda sebesar 43%. Namun satu dekade kemudian alias tahun 2015, tingkat kepemilikan rumah di kalangan generasi muda jatuh ke angka 31%. Bahkan dari 19% pasangan rumah tangga milenial yang memiliki rumah hanya 10%.
“Pasangan milenial cenderung fokus untuk menjadi jutawan. Namun memiliki rumah adalah sebuah kewajiban,” katanya. Hal tersebut juga diamini oleh penulis buku “Money: Master the Game” Tony Robbins, yang menyarankan bila Anda tidak mampu membeli rumah, bisa juga mempertimbangkan dengan menginvestasikan uang ke dalam bisnis real estat. Kaum milenium bisa menginvestasikan uangnya dalam Dana Investasi Real Estat alias REITs.
Maestro real estat Amerika Serikat Sean Conlon mengatakan, menyewa memang lebih murah namun membeli rumah merupakan cara tercepat mencapai kaya atau hidup lebih nyaman.
Kepada CNBC, Kamis (13/4/2017), Conlon lantas mengatakan menyimpan uang dalam setiap sen untuk membeli rumah pertama adalah hal bijak. “Dan itu masih merupakan jalan tercepat mencapai kekayaan di Amerika Serikat,” katanya. Pasalnya harga rumah, baik rumah tapak atau hunian vertikal terus menanjak setiap waktunya.
Sean yang sekarang pengusaha real estat Conlon & Co, lantas menceritakan masa lalunya ketika datang ke AS dari Irlandia pada tahun 1990. Ketika itu, ia berusia 23 tahun dan bekerja sebagai petugas kebersihan pada siang hari. Pada malam hari, ia bekerja menjadi tukang cat di apartemen. Conlon pun menyisihkan USD500 dari pendapatannya untuk membeli rumah.
Tidak cukup di situ, Conlon pada 1993 akhirnya memilih bergabung di sebuah agen properti di Chicago, Illinois, yaitu Koenig & Strey. Ia lantas menjadi salah satu agen penjual real estat paling banyak dan terkemuka di Negeri Paman Sam. Mengutip dari Wikipedia, Sean bahkan mencetak rekor penjulan tahunan nasional antara agen real estat hingga menembus USD150 juta.
Sukses dari sana, Conlon lantas membuat rumah-rumah kecil dan membangun usahanya pada Januari 2000, dengan membentuk Sussex & Reilly, perusahaan broker real estat yang berbasis di Illinois. Sussex memulai dengan staf 10 orang dan dengan cepat menjadi pemain real estat utama di Chicago.
Enam tahun berselang, Sean telah memiliki 300 karyawan dengan volume penjualan tahunan lebih dari USD1 miliar. Pada tahun itu juga, ia menjual Sussex dan fokus mengembangkan Conlon & Co, sebuah perusahaan pengembang real estat, konsultasi properti dan jasa keuangan.
Tahun ini, Sean meluncurkan Conlon Capital yang berfokus pada pinjaman real estat komersial yang menawarkan berbagai layanan lebih luas, bersaing dengan perusahaan real estat besar lainnya di AS. Bahkan menjadi salah satu yang terkemuka dalam tingkat nasional.
Meski sudah menjadi maestro real estat di AS, Sean Conlon yang kini berusia 47 tahun, tidak pelit berbagi tips kepada anak muda untuk memiliki rumah. Bahkan ia mendorong anak muda untuk membeli rumah ketimbang menyewa sebagai salah satu cara mencapai hidup lebih nyaman.
Bila Sean memotivasi generasi milenial (kaum muda) untuk membeli rumah bukan tanpa sebab. Data yang dirilis Pusat Studi Perumahan AS dan Universitas Harvard menunjukkan, tingkat kepemilikan rumah bagi kalangan milenial (usia di bawah 35 tahun) terus berkurang.
Pada tahun 2005, tingkat kepemilikan rumah bagi kalangan muda sebesar 43%. Namun satu dekade kemudian alias tahun 2015, tingkat kepemilikan rumah di kalangan generasi muda jatuh ke angka 31%. Bahkan dari 19% pasangan rumah tangga milenial yang memiliki rumah hanya 10%.
“Pasangan milenial cenderung fokus untuk menjadi jutawan. Namun memiliki rumah adalah sebuah kewajiban,” katanya. Hal tersebut juga diamini oleh penulis buku “Money: Master the Game” Tony Robbins, yang menyarankan bila Anda tidak mampu membeli rumah, bisa juga mempertimbangkan dengan menginvestasikan uang ke dalam bisnis real estat. Kaum milenium bisa menginvestasikan uangnya dalam Dana Investasi Real Estat alias REITs.
(ven)