Bank Dunia Minta RI Waspadai Ketidakpastian Global dan Domestik
A
A
A
JAKARTA - Ekonom Utama Bank Dunia untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik Sudhir Shetty menyatakan, meskipun Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi negara berkembang dalam lingkup ASEAN ke arah positif hingga 2018, namun proyeksi tersebut tetap harus diwaspadai. Dia mengungkapkan, perlu adanya kebijakan untuk ekonomi yang stabil dari pemangku kepentingan atau pemerintah
"Terlepas dari proyeksi yang positif, ketahanan wilayah tetap tergantung oleh keputusan pembuat kebijakan yang mempertimbangkan dan menyesuaikan ketidakpastian global dan kerentanan domestik," ujar dia dalam teleconference Bank Dunia, Jakarta, Kamis (13/4/2017)
Menurut dia, pembuat kebijakan harus memprioritaskan kebijakan yang mengatasi kebijakan global yang dapat mengancam ketersediaan dan biaya keuangan eksternal, serta pertumbuhan ekspor. "Perlu ada upaya untuk memperkuat kebijakan dan kerangka insititusional untuk mempercepat pertumbuhan produktivitas," sambungnya.
Bank Dunia, lanjut dia, juga menyerukan adanya kehati-hatian makroekonomi untuk mengatasi risiko besar bagi prospek perekonomian di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Peningkatan pendapatan fiskal dapat membantu pemerintahan di seluruh kawasan untuk mendanai program yang bisa meningkatkan pertumbuhan dan memperkuat inklusivitas, serta pada saat yang sama mengurangi risiko terhadap kesinambungan fiskal.
Dia menambahkan beberapa negara lebih kecil dengan ekonomi yang berbasis ekspor komoditas harus mengambil langkah untuk meningkatkan kemampuan fiskal. "Dengan naiknya inflasi, meski dari tingkat yang rendah dan kemungkinan pernasukan arus modal yang lebih bergejolak, laporan ini mengatakan pembuat kebijakan harus menyesuaikan kebijakan keuangan mereka," pungkasnya.
"Terlepas dari proyeksi yang positif, ketahanan wilayah tetap tergantung oleh keputusan pembuat kebijakan yang mempertimbangkan dan menyesuaikan ketidakpastian global dan kerentanan domestik," ujar dia dalam teleconference Bank Dunia, Jakarta, Kamis (13/4/2017)
Menurut dia, pembuat kebijakan harus memprioritaskan kebijakan yang mengatasi kebijakan global yang dapat mengancam ketersediaan dan biaya keuangan eksternal, serta pertumbuhan ekspor. "Perlu ada upaya untuk memperkuat kebijakan dan kerangka insititusional untuk mempercepat pertumbuhan produktivitas," sambungnya.
Bank Dunia, lanjut dia, juga menyerukan adanya kehati-hatian makroekonomi untuk mengatasi risiko besar bagi prospek perekonomian di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Peningkatan pendapatan fiskal dapat membantu pemerintahan di seluruh kawasan untuk mendanai program yang bisa meningkatkan pertumbuhan dan memperkuat inklusivitas, serta pada saat yang sama mengurangi risiko terhadap kesinambungan fiskal.
Dia menambahkan beberapa negara lebih kecil dengan ekonomi yang berbasis ekspor komoditas harus mengambil langkah untuk meningkatkan kemampuan fiskal. "Dengan naiknya inflasi, meski dari tingkat yang rendah dan kemungkinan pernasukan arus modal yang lebih bergejolak, laporan ini mengatakan pembuat kebijakan harus menyesuaikan kebijakan keuangan mereka," pungkasnya.
(akr)