Aerocity Bandara NYIA Harus Jadi Aset Turisme Baru
A
A
A
YOGYAKARTA - Konsep pembangunan bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) yang juga menyatu dengan kota penyangga alias Aerocity menjadi pembeda dengan bandara yang lain di Indonesia. Sejumlah insan pariwisata di Kota Gudeg berharap Aerocity juga menjadi aset turisme bagi industri pariwisata.
Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Imam Patandi mengharapkan aerocity yang nanti dibangun diharapkan mampu menjadi aset pariwisata baru di wilayahnya.
Selain mendatangkan wisatawan baru, aerocity juga bisa menahan wisatawan lebih lama lagi di Yogyakarta yang saat ini masih singkat. "Intinya kalau bisa aerocity itu nyaman untuk wisatawan," ujarnya, Selasa (25/4/2017).
Imam mengatakan, Yogyakarta masih menjadi andalan untuk mendatangkan wisatawan di Tanah Air. Dibandingkan dengan Semarang ataupun Solo, Yogyakarta masih unggul diantara keduanya. Berdasarkan analisis dari Bank Indonesia yang ia dapatkan belum lama ini, turis mancanegara masih menganggap 80% living culture itu ada di Yogyakarta.
Oleh karena itu, potensi apapun sebenarnya bisa dimaksimalkan untuk mendatangkan wisatawan mancanegara. Kendala utama selama ini memang masih minimnya kapasitas pintu masuk ke wilayah ini. Bandara sebagai gerbang utama masuk ke Yogyakarta masih sangat kecil sehingga direct flight dari mancanegara ke wilayah ini juga minim.
Ia berharap konsep aerocity juga tidak lepas dari kaidah Yogyakarta. Seni dan budaya Yogyakarta juga harus diakomodir dalam konsep aerocity agar ketika wisatawan keluar dari bandara langsung merasakan aura Yogyakarta yang nyaman untuk berwisata dan ditinggali.
Terlebih kawasan ini nanti juga akan ada beberapa akses langsung yang melewatinya. "Jalan tol, jalur jalan lintas selatan-selatan (JJLS) menjadi pengungkit lain dari pariwisata," tambahnya.
Ketua Asita Yogyakarta, Udi Sudiyanta berharap pemerintah juga mengkonsep destinasi baru di seputaran bandara baru dengan segala fasilitasnya. Pemerintah membentuk digital village yaitu sebuah kawasan layaknya desa wisata yang dilengkapi dengan koneksi internet memadai.
Sehingga ketika wisatawan tinggal di kawasan tersebut masih bisa menjalankan aktivitasnya berselancar di dunia maya. "Harus dilakukan konsep baru. Agar nilai jual Yogyakarta semakin meningkat," tuturnya.
Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Imam Patandi mengharapkan aerocity yang nanti dibangun diharapkan mampu menjadi aset pariwisata baru di wilayahnya.
Selain mendatangkan wisatawan baru, aerocity juga bisa menahan wisatawan lebih lama lagi di Yogyakarta yang saat ini masih singkat. "Intinya kalau bisa aerocity itu nyaman untuk wisatawan," ujarnya, Selasa (25/4/2017).
Imam mengatakan, Yogyakarta masih menjadi andalan untuk mendatangkan wisatawan di Tanah Air. Dibandingkan dengan Semarang ataupun Solo, Yogyakarta masih unggul diantara keduanya. Berdasarkan analisis dari Bank Indonesia yang ia dapatkan belum lama ini, turis mancanegara masih menganggap 80% living culture itu ada di Yogyakarta.
Oleh karena itu, potensi apapun sebenarnya bisa dimaksimalkan untuk mendatangkan wisatawan mancanegara. Kendala utama selama ini memang masih minimnya kapasitas pintu masuk ke wilayah ini. Bandara sebagai gerbang utama masuk ke Yogyakarta masih sangat kecil sehingga direct flight dari mancanegara ke wilayah ini juga minim.
Ia berharap konsep aerocity juga tidak lepas dari kaidah Yogyakarta. Seni dan budaya Yogyakarta juga harus diakomodir dalam konsep aerocity agar ketika wisatawan keluar dari bandara langsung merasakan aura Yogyakarta yang nyaman untuk berwisata dan ditinggali.
Terlebih kawasan ini nanti juga akan ada beberapa akses langsung yang melewatinya. "Jalan tol, jalur jalan lintas selatan-selatan (JJLS) menjadi pengungkit lain dari pariwisata," tambahnya.
Ketua Asita Yogyakarta, Udi Sudiyanta berharap pemerintah juga mengkonsep destinasi baru di seputaran bandara baru dengan segala fasilitasnya. Pemerintah membentuk digital village yaitu sebuah kawasan layaknya desa wisata yang dilengkapi dengan koneksi internet memadai.
Sehingga ketika wisatawan tinggal di kawasan tersebut masih bisa menjalankan aktivitasnya berselancar di dunia maya. "Harus dilakukan konsep baru. Agar nilai jual Yogyakarta semakin meningkat," tuturnya.
(ven)