Nilai Akuisisi 7-Eleven Rp1 Triliun Disebut Kemahalan
A
A
A
JAKARTA - PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), melalui anak usaha PT Charoen Pokphand Restu Indonesia (CPRI) mengakuisisi kepemilikan jaringan waralaba modern 7-Eleven (Sevel) dari PT Modern Sevel Indonesia (MSI), anak usaha dari PT Modern Internasional Tbk (MDRN). Nilai akuisisi 7-Eleven senilai Rp1 triliun itu dinilai kemahalan.
Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang mengatakan, harga yang harus dibayar CPIN cukup mahal. Sebab, banyak gerai 7-Eleven masih berupa gedung sewa. "Sepintas agak kemahalan kalau misalnya gedungnya sewa dan barangnya kan konsinyasi," ujarnya kepada Sindonews di Jakarta, Selasa (25/4/2017).
(Baca Juga: Charoen Pokphand Akuisisi 7-Eleven Indonesia Rp1 Triliun
Dia menerangkan, Charoen Pokphand harus lebih detil lagi dalam melihat sebuah 7-Eleven. Sebelumnya, juga banyak gerai 7-Eleven yang tutup karena omzet menurun. "Makanya diperlukan detil apakah tempat sevel tersebut milik sendiri atau sewa," katanya.
Jika ingin 7-Eleven kembali bangkit dan meraih keuntungan besar, dia menyarankan CPIN harus mengubah pola bisnisnya. Harga yang mahal dibandingkan pesaing juga jadi salah satu sorotan.
"Salah satu hal yang perlu diganti atau diubah yakni sevel perlu mengganti konsep barang (makanan dan minuman) yang lebih lower harganya karena barang yang dijual sevel agak premium dibandingkan pesaing," pungkasnya.
Sebelumnya, dilansir dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (24/4), penandatanganan business acquisition agreement kedua perusahaan dilakukan pada 19 April 2017. CPRI menyetujui pengambilalihan kegiatan usaha MSI bidang rumah makan dan toko modern (convenience store) beserta aset-aset terkait sistem waralaba senilai Rp1 Triliun. Transaksi direncanakan selesai sebelum atau pada 30 Juni 2017.
Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang mengatakan, harga yang harus dibayar CPIN cukup mahal. Sebab, banyak gerai 7-Eleven masih berupa gedung sewa. "Sepintas agak kemahalan kalau misalnya gedungnya sewa dan barangnya kan konsinyasi," ujarnya kepada Sindonews di Jakarta, Selasa (25/4/2017).
(Baca Juga: Charoen Pokphand Akuisisi 7-Eleven Indonesia Rp1 Triliun
Dia menerangkan, Charoen Pokphand harus lebih detil lagi dalam melihat sebuah 7-Eleven. Sebelumnya, juga banyak gerai 7-Eleven yang tutup karena omzet menurun. "Makanya diperlukan detil apakah tempat sevel tersebut milik sendiri atau sewa," katanya.
Jika ingin 7-Eleven kembali bangkit dan meraih keuntungan besar, dia menyarankan CPIN harus mengubah pola bisnisnya. Harga yang mahal dibandingkan pesaing juga jadi salah satu sorotan.
"Salah satu hal yang perlu diganti atau diubah yakni sevel perlu mengganti konsep barang (makanan dan minuman) yang lebih lower harganya karena barang yang dijual sevel agak premium dibandingkan pesaing," pungkasnya.
Sebelumnya, dilansir dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (24/4), penandatanganan business acquisition agreement kedua perusahaan dilakukan pada 19 April 2017. CPRI menyetujui pengambilalihan kegiatan usaha MSI bidang rumah makan dan toko modern (convenience store) beserta aset-aset terkait sistem waralaba senilai Rp1 Triliun. Transaksi direncanakan selesai sebelum atau pada 30 Juni 2017.
(akr)