Konsumen Terlalu Lama Nongkrong Penyebab 7-Eleven Rontok

Rabu, 26 April 2017 - 09:38 WIB
Konsumen Terlalu Lama...
Konsumen Terlalu Lama Nongkrong Penyebab 7-Eleven Rontok
A A A
JAKARTA - Waralaba dan Lisensi Indonesia (Wali) menilai, salah satu pemicu mulai bergugurannya bisnis waralaba 7-Eleven atau yang biasa disebut Sevel berasal dari konsumen mereka sendiri. Pasalnya, konsumen mereka terlalu lama duduk dan nongkrong di meja-meja yang tersedia di gerai Sevel.

(Baca Juga: Penyebab 7-Eleven Mulai Berguguran)

Ketua Wali Levita Supit mengungkapkan, jika merujuk pada konsep restoran maka meja yang tersedia di Sevel memiliki target sendiri setiap harinya. Sementara kenyataannya selama ini, konsumen Sevel bisa duduk berjam-jam di gerai tersebut meski hanya membeli satu atau dua jenis makanan.

"Mungkin ada juga, bukan mereka enggak makan tapi mereka duduknya lama. Kan seperti itu. Biasanya kalau konsep restoran ada target, bahw satu hari satu meja menghasilkan 10 tamu. Tapi kalau konsumennya anak muda, mungkin mereka beli tapi duduknya berjam-jam juga. Itu salah satu faktornya juga," katanya saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Selasa (25/4/2017).

Sementara terkait harga, Levita menilai bahwa harga makanan dan produk lainnya di gerai Sevel tidak terlalu mencekik konsumen. Meskipun sedikit lebih mahal dari ritel modern lain, namun hal tersebut seimbang dengan kenyamanan yang didapat konsumen.

"Kalau lebih mahal sedikit juga saya rasa wajar, kan mereka menyediakan tempat juga. Kalau yang lain Alfamart dia enggak siapin tempat. Orang beli langsung pergi, jadi ada harga yang harus dibayar. Mahal banget juga enggak, dibanding MC-Donald atau lainnya," imbuh dia.

Selain itu, makanan yang disajikan di gerai Sevel pun selalu baru dan fresh setiap harinya. Sebab, mereka memiliki dapur sendiri yang selalu memperbaharui makanan setiap hari.

"Harga masih reasonable, karena Sevel itu mereka makanan baru. Jadi mereka punya dapur dan tiap hari mereka ngedrop ke gerai-gerainya Sevel. Artinya itu kan makan fresh. Tentu terkadang lebih mahal. Kalau di Indomaret kan makanan sudah berhari-hari ya, tapi kalau di Sevel setiap hari ngedrop makanan dari dapur mereka," terangnya.

Sebelumnya diberitakan, adanya aturan larangan minimarket menjual minuman berakhohol diyakini menjadi salah satu penyebab mulai menyusutnya jumlah gerai sevel. Mulai 16 April 2015, minimarket dilarang menjual minumal beralkohol. Larangan itu tertuang dalam Peraturan menteri Perdagangan (Permendag) No. 06/M-DAG/PER/1/2015 tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minumal Beralkohol.

Sejak pelarangan itu, gerai-gerai Sevel dan sejenisnya tak bisa lagi menjual minumal beralkohol. Selain aturan tersebut, semakin ketatnya persaingan juga terimbas terhadap pertumbuhan bisnis Sevel, ketika supermarket sejenis juga menawarkan konsep serupa dengan menyediakan tempat bersantai di tokonya. Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) Roy Mande dalam analisanya menyebutkan pada dasarnya perkembangan bisnis waralaba di Indonesia sedang melambat.

"Sekarang ini, ritel sedang tidak dalam pertumbuhan signifikan. Jadi relokasi menjadi solusi. Dan ini lebih kepada perilaku masyarakat juga yang lebih selektif dalam membeli sesuatu, mereka enggak mau stok-stok banyak barang," terangnya kepada Sindonews di Jakarta, kemarin.

Baca Juga:

Minim Terobosan Baru Bikin Gerai 7-Eleven Ditinggal Konsumen

Kelemahan Konsep Bisnis Sevel di Indonesia
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7166 seconds (0.1#10.140)