Kinerja MYOH di Kuartal I 2017 Terkendala Curah Hujan dan Harga BBM
A
A
A
JAKARTA - PT Samindo Resources Tbk (MYOH), emiten jasa pertambangan batubara terintegrasi di Indonesia, menutup kuartal I tahun 2017 dengan membukukan kinerja yang sedikit berada di bawah zona positif.
Investor Relations MYOH Zaki mengatakan sisi operasional cukup menantang karena tingginya curah hujan selama kuartal I 2017 menjadi hambatan terbesar dalam kegiatan operasional. Terutama untuk kegiatan pemindahan batuan penutup dan produksi batubara.
“Berdasarkan target yang telah ditetapkan manajemen, pencapaian Perseroan pada akhir kuartal pertama tahun 2017 masih berada pada jalur yang ditetapkan,” ujar Zaki dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (28/4/2017).
Sampai dengan akhir kuartal I tahun 2017, volume batuan penutup dan batubara yang dihasilkan Perseroan masing-masing sebesar 11,2 bcm dan 2,5 juta ton.
Perseroan telah mempertimbangkan berbagai faktor-faktor eksternal yang akan menjadi hambatan dalam kegiatan operasional. “Oleh karenanya target di kuartal pertama relatif lebih rendah dibandingkan kuartal berikutnya,” ujarnya.
Dari sisi keuangan, faktor utama yang menganjal kinerja keuangan Perseroan adalah naiknya harga bahan bakar. Sejak dari kuartal II tahun 2016 harga BBM perlahan mulai merangkak naik, bahkan dipertengahan 2016 harga BBM sempat mencapai Rp6.000 per liter.
Naiknya harga bahan bakar ini otomatis meningkatkan biaya pokok Perseroan. Biaya bahan bakar sendiri memiliki kontribusi yang sangat signifikan, hampir 50% dari total biaya bahan baku Perseroan merupakan biaya bahan bakar. Kondisi ini otomatis mendorong naiknya total biaya pokok Perseroan sebesar 3.1%.
Perseroan telah memprediksi tren kenaikan harga bahan bakar akan terus berlanjut hingga 2017, oleh karenanya menjelang akhir tahun 2016, manajemen telah memberikan arahan untuk menaikan jumlah stok bahan bakar, dalam rangka mengurangi dampak dari kenaikan harga bahan bakar.
“Namun demikian, dampak dari pembelian tersebut belum terlalu dirasakan pada kuartal pertama 2017, dikarenakan di awal tahun 2016, harga BBM berada pada pada level Rp4.000, sedangkan pembelian bahan bakar dalam jumlah besar baru dilakukan mendekati akhir 2016, dimana harga telah mencapai Rp5.000,” ujarnya.
Investor Relations MYOH Zaki mengatakan sisi operasional cukup menantang karena tingginya curah hujan selama kuartal I 2017 menjadi hambatan terbesar dalam kegiatan operasional. Terutama untuk kegiatan pemindahan batuan penutup dan produksi batubara.
“Berdasarkan target yang telah ditetapkan manajemen, pencapaian Perseroan pada akhir kuartal pertama tahun 2017 masih berada pada jalur yang ditetapkan,” ujar Zaki dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (28/4/2017).
Sampai dengan akhir kuartal I tahun 2017, volume batuan penutup dan batubara yang dihasilkan Perseroan masing-masing sebesar 11,2 bcm dan 2,5 juta ton.
Perseroan telah mempertimbangkan berbagai faktor-faktor eksternal yang akan menjadi hambatan dalam kegiatan operasional. “Oleh karenanya target di kuartal pertama relatif lebih rendah dibandingkan kuartal berikutnya,” ujarnya.
Dari sisi keuangan, faktor utama yang menganjal kinerja keuangan Perseroan adalah naiknya harga bahan bakar. Sejak dari kuartal II tahun 2016 harga BBM perlahan mulai merangkak naik, bahkan dipertengahan 2016 harga BBM sempat mencapai Rp6.000 per liter.
Naiknya harga bahan bakar ini otomatis meningkatkan biaya pokok Perseroan. Biaya bahan bakar sendiri memiliki kontribusi yang sangat signifikan, hampir 50% dari total biaya bahan baku Perseroan merupakan biaya bahan bakar. Kondisi ini otomatis mendorong naiknya total biaya pokok Perseroan sebesar 3.1%.
Perseroan telah memprediksi tren kenaikan harga bahan bakar akan terus berlanjut hingga 2017, oleh karenanya menjelang akhir tahun 2016, manajemen telah memberikan arahan untuk menaikan jumlah stok bahan bakar, dalam rangka mengurangi dampak dari kenaikan harga bahan bakar.
“Namun demikian, dampak dari pembelian tersebut belum terlalu dirasakan pada kuartal pertama 2017, dikarenakan di awal tahun 2016, harga BBM berada pada pada level Rp4.000, sedangkan pembelian bahan bakar dalam jumlah besar baru dilakukan mendekati akhir 2016, dimana harga telah mencapai Rp5.000,” ujarnya.
(ven)