Penyesuaian Tarif Listrik Picu Inflasi April di Jateng
A
A
A
SEMARANG - Penyesuaian tarif untuk pelanggan 900 VA nonsubsidi menjadi salah satu pemicu terjadinya inflasi pada April 2017. BPS mencatat inflasi Jawa Tengah pada April 2017 mencapai 0,15%.
Kepala Bidang Statistik Distribusi, Sri Herawati mengatakan, pemberlakuan kebijakan 900 VA non subsidi mulai Maret 2017. "Sehingga bulan April mulai pembayaran dengan tarif baru dan memicu inflasi," katanya, Selasa (2/5/2017).
Badan Pusat Statistik mencatat Kota Semarang mengalami inflasi tertinggi dibandingkan 35 kabupaten/kota lain di provinsi ini. Inflasi April 2017 lebih tinggi dibandingkan Maret 2017 yang mengalami deflasi 0,12% dengan IHK 126,65.
"Inflasi tertinggi di Kota Semarang sebesar 0,22% dengan IHK 126,63 dan inflasi terendah terjadi di Kota Cilacap sebesar 0,01% dengan IHK sebesar 130,60," jelasnya.
Dia menambahkan, deflasi terjadi di Kota Purwokerto sebesar 0,04% dengan IHK 125,17. Laju inflasi tahun kalender April 2017 sebesar 1,71%, lebih tinggi dibandingkan inflasi tahun kalender April 2016 sebesar 0,71%. Demikian pula laju inflasi 'year on year' April 2017 sebesar 3,93% lebih tinggi dibandingkan laju inflasi 'year on year' April 2016 sebesar 3,56%.
Sri melanjutkan, komoditas penyumbang inflasi adalah tarif listrik, bawang putih, angkutan udara, daging ayam ras dan ayam goreng. Inflasi disebabkan naiknya harga ditunjukkan dengan kenaikan indeks pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 1,09%.
"Komoditas volatile food patut diwaspadai karena diprediksi naik menjelang Hari Raya. Namun, kami mengharapkan kenaikan tidak signifikan karena beberapa bulan terakhir harga stabil. Komoditas yang diprediksi naik, cabai merah, cabai rawit, bawang," katanya.
Sedangkan kelompok terendah pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,06%. Deflasi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 1%.
Sedangkan, lanjut dia, komoditas yang berkontribusi terjadinya deflasi adalah bawang merah, cabai rawit, cabai merah, gula pasir dan minyak goreng.
Wakil Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jawa Tengah, Hamid Ponco Wibowo mengatakan, menjelang Ramadhan, beberapa komoditas diprediksi mengalami peningkatan. Diantaranya harga gula, beras, bawang merah dan cabai. Hal ini bisa diantisipasi dengan punya stok dan menilik periode panen.
"Saya sudah mengobrol dengan kepala dinas terkait ini dan dipastikan aman. Harga pasti akan naik karena permintaan di atas normal. Tentu akan membuat komoditas banyak dicari konsumen sehingga memicu kenaikan harga. Terkait harga belum bisa diprediksi," terangnya.
Kepala Bidang Statistik Distribusi, Sri Herawati mengatakan, pemberlakuan kebijakan 900 VA non subsidi mulai Maret 2017. "Sehingga bulan April mulai pembayaran dengan tarif baru dan memicu inflasi," katanya, Selasa (2/5/2017).
Badan Pusat Statistik mencatat Kota Semarang mengalami inflasi tertinggi dibandingkan 35 kabupaten/kota lain di provinsi ini. Inflasi April 2017 lebih tinggi dibandingkan Maret 2017 yang mengalami deflasi 0,12% dengan IHK 126,65.
"Inflasi tertinggi di Kota Semarang sebesar 0,22% dengan IHK 126,63 dan inflasi terendah terjadi di Kota Cilacap sebesar 0,01% dengan IHK sebesar 130,60," jelasnya.
Dia menambahkan, deflasi terjadi di Kota Purwokerto sebesar 0,04% dengan IHK 125,17. Laju inflasi tahun kalender April 2017 sebesar 1,71%, lebih tinggi dibandingkan inflasi tahun kalender April 2016 sebesar 0,71%. Demikian pula laju inflasi 'year on year' April 2017 sebesar 3,93% lebih tinggi dibandingkan laju inflasi 'year on year' April 2016 sebesar 3,56%.
Sri melanjutkan, komoditas penyumbang inflasi adalah tarif listrik, bawang putih, angkutan udara, daging ayam ras dan ayam goreng. Inflasi disebabkan naiknya harga ditunjukkan dengan kenaikan indeks pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 1,09%.
"Komoditas volatile food patut diwaspadai karena diprediksi naik menjelang Hari Raya. Namun, kami mengharapkan kenaikan tidak signifikan karena beberapa bulan terakhir harga stabil. Komoditas yang diprediksi naik, cabai merah, cabai rawit, bawang," katanya.
Sedangkan kelompok terendah pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,06%. Deflasi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 1%.
Sedangkan, lanjut dia, komoditas yang berkontribusi terjadinya deflasi adalah bawang merah, cabai rawit, cabai merah, gula pasir dan minyak goreng.
Wakil Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jawa Tengah, Hamid Ponco Wibowo mengatakan, menjelang Ramadhan, beberapa komoditas diprediksi mengalami peningkatan. Diantaranya harga gula, beras, bawang merah dan cabai. Hal ini bisa diantisipasi dengan punya stok dan menilik periode panen.
"Saya sudah mengobrol dengan kepala dinas terkait ini dan dipastikan aman. Harga pasti akan naik karena permintaan di atas normal. Tentu akan membuat komoditas banyak dicari konsumen sehingga memicu kenaikan harga. Terkait harga belum bisa diprediksi," terangnya.
(ven)