UNSP Bukukan Penjualan Rp1,57 Triliun
A
A
A
JAKARTA - PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) berhasil membukukan penjualan Rp1,57 triliun sepanjang tahun 2016. Penjualan ini ditopang dari komoditas sawit dengan nilai penjualan Rp1,15 triliun dan komoditas karet Rp419 miliar.
Direktur Utama UNSP, M. Iqbal Zainuddin mengatakan, Perseroan akan terus bekerja keras melakukan serangkaian program revitalisasi perkebunan dan fasilitas produksi untuk menjaga produktivitas kebun inti sawit dan karet, di tengah diskon harga jual CPO (Crude Palm Oil) domestik akibat kebijakan CPO Fund Pemerintah memungut USD50 per ton CPO untuk subsidi program biodiesel nasional, dan El-Nino yaitu kondisi cuaca ekstrim udara kering dan kurangnya curah hujan yang menyebabkan kemarau panjang dan kekeringan.
“Kami bekerja keras dengan sebaik-baiknya mengatasi kondisi air di kebun akibat cuaca ekstrim El-Nino tahun lalu, untuk menjaga produktivitas kebun inti sawit dan karet," katanya dalam siaran pers, Jumat (5/5/2017).
Sesuai siklus tahunan, peningkatan produksi sawit mulai terlihat di kuartal III-2016 dan penurunan produksi sawit inti Perseroan sepanjang 2016 akibat El-Nino sesuai rata-rata nasional 10%.
Gross Profit Margin di sepanjang 2016 membaik ke 30,4% dari 25,6% di 2015. Optimalisasi produktivitas pabrik juga dilakukan dengan pembelian sawit dan karet dari petani yang tidak memiliki pabrik sekaligus membantu kesejahteraan mereka.
Menurut Direktur & Investor Relation Andi W. Setianto, harga komoditas sawit utama yaitu CPO membaik dari level bulanan terendah USD530 per ton FOB Malaysia di Januari ke level tertinggi USD710 di Desember 2016.
Lebih lanjut, Andi menyebut, kondisi El-Nino ditahun 2015 dan program biodiesel domestik menyebabkan berkurangnya ekspor pasokan sawit dunia untuk tahun 2016, dan kondisi itu menjadi katalis perbaikan harga CPO di semester kedua 2016.
Di sisi lain, kebijakan pungutan CPO Fund USD50 per ton untuk subsidi program biodiesel nasional menyebabkan diskon harga CPO domestik yang diterima Perseroan dan petani dari menjual CPO dan FFB (Fresh Fruit Bunch) di pasar lokal.
"Pajak ekspor CPO yang kembali dipungut pemerintah pada Oktober-November 2016 lalu, juga menambah diskon harga jual CPO dan FFB domestik yang diterima Perseroan dan petani," katanya.
Ke depan, strategi peningkatan produktivitas berkelanjutan yang sedang dilakukan akan lebih banyak lagi dirasakan dampak positifnya dalam jangka menengah dan panjang.
Melanjuti fokus peningkatan produktivitas kebun dan pabrik, Perseroan akan lanjutkan dengan langkah konkret peningkatan produktivitas aset lainnya dan perbaikan struktur permodalan.
"Kami optimistis dalam jangka menengah dan panjang nanti, perusahaan ini akan kembali bangkit menemukan momentum yang terbaik menjadi salah satu perusahaan perkebunan yang memiliki fundamental bisnis yang kuat,” katanya.
Direktur Utama UNSP, M. Iqbal Zainuddin mengatakan, Perseroan akan terus bekerja keras melakukan serangkaian program revitalisasi perkebunan dan fasilitas produksi untuk menjaga produktivitas kebun inti sawit dan karet, di tengah diskon harga jual CPO (Crude Palm Oil) domestik akibat kebijakan CPO Fund Pemerintah memungut USD50 per ton CPO untuk subsidi program biodiesel nasional, dan El-Nino yaitu kondisi cuaca ekstrim udara kering dan kurangnya curah hujan yang menyebabkan kemarau panjang dan kekeringan.
“Kami bekerja keras dengan sebaik-baiknya mengatasi kondisi air di kebun akibat cuaca ekstrim El-Nino tahun lalu, untuk menjaga produktivitas kebun inti sawit dan karet," katanya dalam siaran pers, Jumat (5/5/2017).
Sesuai siklus tahunan, peningkatan produksi sawit mulai terlihat di kuartal III-2016 dan penurunan produksi sawit inti Perseroan sepanjang 2016 akibat El-Nino sesuai rata-rata nasional 10%.
Gross Profit Margin di sepanjang 2016 membaik ke 30,4% dari 25,6% di 2015. Optimalisasi produktivitas pabrik juga dilakukan dengan pembelian sawit dan karet dari petani yang tidak memiliki pabrik sekaligus membantu kesejahteraan mereka.
Menurut Direktur & Investor Relation Andi W. Setianto, harga komoditas sawit utama yaitu CPO membaik dari level bulanan terendah USD530 per ton FOB Malaysia di Januari ke level tertinggi USD710 di Desember 2016.
Lebih lanjut, Andi menyebut, kondisi El-Nino ditahun 2015 dan program biodiesel domestik menyebabkan berkurangnya ekspor pasokan sawit dunia untuk tahun 2016, dan kondisi itu menjadi katalis perbaikan harga CPO di semester kedua 2016.
Di sisi lain, kebijakan pungutan CPO Fund USD50 per ton untuk subsidi program biodiesel nasional menyebabkan diskon harga CPO domestik yang diterima Perseroan dan petani dari menjual CPO dan FFB (Fresh Fruit Bunch) di pasar lokal.
"Pajak ekspor CPO yang kembali dipungut pemerintah pada Oktober-November 2016 lalu, juga menambah diskon harga jual CPO dan FFB domestik yang diterima Perseroan dan petani," katanya.
Ke depan, strategi peningkatan produktivitas berkelanjutan yang sedang dilakukan akan lebih banyak lagi dirasakan dampak positifnya dalam jangka menengah dan panjang.
Melanjuti fokus peningkatan produktivitas kebun dan pabrik, Perseroan akan lanjutkan dengan langkah konkret peningkatan produktivitas aset lainnya dan perbaikan struktur permodalan.
"Kami optimistis dalam jangka menengah dan panjang nanti, perusahaan ini akan kembali bangkit menemukan momentum yang terbaik menjadi salah satu perusahaan perkebunan yang memiliki fundamental bisnis yang kuat,” katanya.
(ven)