Optimalkan Kenaikan Harga Batu Bara, ABM Investama Genjot Produksi
A
A
A
JAKARTA - PT ABM Investama Tbk (ABMM) terus menjaga momentum pertumbuhan bisnis dengan mengoptimalkan potensi pemulihan harga batu bara melalui peningkatan produksi dan meningkatkan efisiensi operasional. Strategi tersebut terbukti efektif dalam memperkuat kinerja perseroan selama tahun 2016 dan berlanjut hingga tahun ini.
Direktur Utama ABM Investama Andi Djajanegara mengatakan, pemulihan batu bara setelah mencapai titik terendah dalam 5 tahun, menjadi katalis utama peningkatan kinerja perseroan pada tahun lalu.
“Pemulihan harga batu bara dan strategi efisiensi yang telah kami lakukan sejak 2014 menjadi kunci dari perbaikan fundamental ABM di tahun 2016. Kami akan meningkatkan produksi batu bara, sehingga kenaikan permintaan di negara besar seperti Tiongkok dan India dapat dioptimalkan,” jelas Andi dalam keterangan resmi, di Jakarta, Rabu (11/5/2017).
Selama tahun 2016, total produksi batubara ABM mencapai 6,4 juta ton/tahun dan akan terus ditingkatkan hingga mencapai 9 juta ton/tahun di tahun 2017 yang akan dipasarkan ke Tiongkok, India dan juga domestik. Pada tahun 2016, ABM Investama mencatat pendapatan sebesar USD590,7 juta dengan EBITDA sebesar USD166,0 juta, atau meningkat sebesar 23,1% dibandingkan tahun 2015.
Pada periode tersebut, Perseroan berhasil meraih laba bersih sebesar USD12,6 juta, yang membaik dibandingkan tahun 2015, dimana ABM mencatat rugi bersih senilai USD38,1 juta. Sepanjang tahun 2016, ABM juga mampu melakukan refinancing utang dan memangkas kewajiban hingga mencapai USD110 juta.
Direktur Keuangan ABM Investama Adrian Erlangga menambahkan, selain meningkatkan kapasitas bisnis batu bara, fokus ABM di tahun 2017 adalah terus memperkuat balance sheet dengan memangkas utang serta meningkatkan utilisasi dan produktifitas aset.
Sesuai dengan strategi jangka panjang ABM untuk melakukan balance portofolio, perseroan juga terus memperkuat bisnis non batubara seperti di sektor ketenaga listrikan dan jasa logistik.
“Sektor logistik akan menjadi salah satu fokus pengembangan bisnis ABM di masa depan. Populasi yang makin besar dan aktivitas ekonomi yang semakin dinamis memberikan peluang pertumbuhan yang sangat besar bagi jasa logistik di Indonesia,” papar Adrian.
Direktur Utama ABM Investama Andi Djajanegara mengatakan, pemulihan batu bara setelah mencapai titik terendah dalam 5 tahun, menjadi katalis utama peningkatan kinerja perseroan pada tahun lalu.
“Pemulihan harga batu bara dan strategi efisiensi yang telah kami lakukan sejak 2014 menjadi kunci dari perbaikan fundamental ABM di tahun 2016. Kami akan meningkatkan produksi batu bara, sehingga kenaikan permintaan di negara besar seperti Tiongkok dan India dapat dioptimalkan,” jelas Andi dalam keterangan resmi, di Jakarta, Rabu (11/5/2017).
Selama tahun 2016, total produksi batubara ABM mencapai 6,4 juta ton/tahun dan akan terus ditingkatkan hingga mencapai 9 juta ton/tahun di tahun 2017 yang akan dipasarkan ke Tiongkok, India dan juga domestik. Pada tahun 2016, ABM Investama mencatat pendapatan sebesar USD590,7 juta dengan EBITDA sebesar USD166,0 juta, atau meningkat sebesar 23,1% dibandingkan tahun 2015.
Pada periode tersebut, Perseroan berhasil meraih laba bersih sebesar USD12,6 juta, yang membaik dibandingkan tahun 2015, dimana ABM mencatat rugi bersih senilai USD38,1 juta. Sepanjang tahun 2016, ABM juga mampu melakukan refinancing utang dan memangkas kewajiban hingga mencapai USD110 juta.
Direktur Keuangan ABM Investama Adrian Erlangga menambahkan, selain meningkatkan kapasitas bisnis batu bara, fokus ABM di tahun 2017 adalah terus memperkuat balance sheet dengan memangkas utang serta meningkatkan utilisasi dan produktifitas aset.
Sesuai dengan strategi jangka panjang ABM untuk melakukan balance portofolio, perseroan juga terus memperkuat bisnis non batubara seperti di sektor ketenaga listrikan dan jasa logistik.
“Sektor logistik akan menjadi salah satu fokus pengembangan bisnis ABM di masa depan. Populasi yang makin besar dan aktivitas ekonomi yang semakin dinamis memberikan peluang pertumbuhan yang sangat besar bagi jasa logistik di Indonesia,” papar Adrian.
(akr)