Hingga 2020, Agen Bank Akan Bertambah 700 Ribu
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah bakal menambah agen bank untuk menunjang sistem layanan inklusi keuangan hingga 2020, sebanyak 700.000 agen. Saat ini jumlah agen layanan keuangan tanpa kantor berjumlah 300.000.
Hal ini disampaikan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman Hadad. Muliaman menyatakan, hingga 2020, total agen yang ditargetkan berjumlah 1 juta jika penambahannya sampai 700.000.
Penambahan tersebut diusahakan ke titik-titik daerah yang memang jauh dari jangkauan bank. Tujuannya agar masyarakatnya bisa menikmati akses dan layanan perbankan, serta belajar untuk menabung.
"Target kita di 2020 ada satu juta agen. Tambahannya kan 700.000. Kita tempatkan agen-agen itu di kampung-kampung. Nanti rumah mereka pun bisa jadi kantor," jelas Muliaman di Jakarta, Selasa (23/5/2017).
Agen yang dinamai Laku Pandai ini, dijelaskan Muliaman, punya peranan penting dalam pengetahuan masyarakat untuk mengenal perbankan. Mereka tidak hanya melayani transaksi tabungan dan pembayaran lainnya juga harus melakukan sosialisasi terhadap produk perbankan kepada maayarakat sekitar tempat tinggalnya.
"Mereka nanti akan diberikan pemahaman khusus dulu soal dunia perbankan sebelum menjadi agen bank. Harapannya nantinya bisa diteruskan kepada masyarakat sekitar. Maka mereka harus betul-betul berdaya kemampuan yang memadai, melakukan sosialisasi masyarakat di sekitar kampung," lanjut Muliaman.
Menjadi seorang agen bank juga mendapatkan keuntungan materi dari setiap transaksi yang dilakukan. Terlebih lagi jenis transaksi yang bisa dilakukan di agen bank kian beragam.
Sayangnya, wilayah Indonesia timur masih belum banyak ditemui agen bank dengan minimnya infrastruktur pendukung seperti pemancar sinyal telekomunikasi. Hal ini yang menjadi tantangan OJK dan bank dalam memperluas akses keuangan di timur Indonesia.
"Ini masalahnya agen butuh sinyal yang kuat, (yang sedikit) di Indonesia timur," tandas Muliaman.
Hal ini disampaikan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman Hadad. Muliaman menyatakan, hingga 2020, total agen yang ditargetkan berjumlah 1 juta jika penambahannya sampai 700.000.
Penambahan tersebut diusahakan ke titik-titik daerah yang memang jauh dari jangkauan bank. Tujuannya agar masyarakatnya bisa menikmati akses dan layanan perbankan, serta belajar untuk menabung.
"Target kita di 2020 ada satu juta agen. Tambahannya kan 700.000. Kita tempatkan agen-agen itu di kampung-kampung. Nanti rumah mereka pun bisa jadi kantor," jelas Muliaman di Jakarta, Selasa (23/5/2017).
Agen yang dinamai Laku Pandai ini, dijelaskan Muliaman, punya peranan penting dalam pengetahuan masyarakat untuk mengenal perbankan. Mereka tidak hanya melayani transaksi tabungan dan pembayaran lainnya juga harus melakukan sosialisasi terhadap produk perbankan kepada maayarakat sekitar tempat tinggalnya.
"Mereka nanti akan diberikan pemahaman khusus dulu soal dunia perbankan sebelum menjadi agen bank. Harapannya nantinya bisa diteruskan kepada masyarakat sekitar. Maka mereka harus betul-betul berdaya kemampuan yang memadai, melakukan sosialisasi masyarakat di sekitar kampung," lanjut Muliaman.
Menjadi seorang agen bank juga mendapatkan keuntungan materi dari setiap transaksi yang dilakukan. Terlebih lagi jenis transaksi yang bisa dilakukan di agen bank kian beragam.
Sayangnya, wilayah Indonesia timur masih belum banyak ditemui agen bank dengan minimnya infrastruktur pendukung seperti pemancar sinyal telekomunikasi. Hal ini yang menjadi tantangan OJK dan bank dalam memperluas akses keuangan di timur Indonesia.
"Ini masalahnya agen butuh sinyal yang kuat, (yang sedikit) di Indonesia timur," tandas Muliaman.
(ven)