OJK Pastikan Likuiditas Perbankan Masih Aman
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso memastikan likuiditas perbankan masih aman guna membiayai pemulihan ekonomi. Adapun alat likuiditas perbankan di Bank Indonesia (BI) saat ini mencapai Rp440 triliun dengan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp940 triliun.
"Ini kita bicara agregat dari 110 bank secara umum agregatnya bagus. Jadi kalau kita lihat likuiditas total alat likuiditas perbankan di BI mencapai Rp440 triliun dengan SBN yang dimiliki Rp940 triliun," kata Wimboh di Jakarta, Senin (22/6/2020).
(BACA JUGA: Likuiditas yang Memadai Bisa Dorong Penurunan Suku Bunga Bank)
Menurutnya besaran tersebut cukup mendukung pemulihan pertumbuhan ekonomi sekitar 5%. Sebab, untuk tumbuh dilevel itu, perbankan wajib menyalurkan kredit sekitar Rp500-600 triliun. "Kami simulasi kalau pertumbuhhan kredit di 2021 sekitar Rp500 sampai Rp600 triliun bisa mendukung pertumbuhan ekonomi tadi," kata dia.
Sementara dari permodalan perbankan, imbuhnya, secara agregat masih mencukupi guna mendukung pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Hal itu tercermin dari rasio kecukupan modal Capital (Adequacy Ratio/CAR) yang masih tinggi di atas 22%.
Menurut dia apabila perbankan menggenjot penyaluran kredit menjalankan program restrukturisasi hingga 2021 maka CAR perbankan bisa turun 2%. "Dengan asumsi stance steal tak ada setoran modal baru CAR nya hanya turun 2% dari 22% tadi. Jadi masih jauh dari minimum yang dipersyaratkan yakni 12%," jelasnya.
"Ini kita bicara agregat dari 110 bank secara umum agregatnya bagus. Jadi kalau kita lihat likuiditas total alat likuiditas perbankan di BI mencapai Rp440 triliun dengan SBN yang dimiliki Rp940 triliun," kata Wimboh di Jakarta, Senin (22/6/2020).
(BACA JUGA: Likuiditas yang Memadai Bisa Dorong Penurunan Suku Bunga Bank)
Menurutnya besaran tersebut cukup mendukung pemulihan pertumbuhan ekonomi sekitar 5%. Sebab, untuk tumbuh dilevel itu, perbankan wajib menyalurkan kredit sekitar Rp500-600 triliun. "Kami simulasi kalau pertumbuhhan kredit di 2021 sekitar Rp500 sampai Rp600 triliun bisa mendukung pertumbuhan ekonomi tadi," kata dia.
Sementara dari permodalan perbankan, imbuhnya, secara agregat masih mencukupi guna mendukung pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Hal itu tercermin dari rasio kecukupan modal Capital (Adequacy Ratio/CAR) yang masih tinggi di atas 22%.
Menurut dia apabila perbankan menggenjot penyaluran kredit menjalankan program restrukturisasi hingga 2021 maka CAR perbankan bisa turun 2%. "Dengan asumsi stance steal tak ada setoran modal baru CAR nya hanya turun 2% dari 22% tadi. Jadi masih jauh dari minimum yang dipersyaratkan yakni 12%," jelasnya.
(nng)