8 Komitmen Strategis Indonesia-Malaysia Business Networking
A
A
A
JAKARTA - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Putro Sandjojo, menjadi mediator pertemuan bisnis dalam Indonesia-Malaysia Business Networking. Pertemuan Indonesia-Malaysia Business Networking ini menghasilkan delapan komitmen strategis.
Menteri Eko ditunjuk langsung Presiden Joko Widodo sebagai Pejabat Penghubung Investasi untuk Malaysia, memediasi pertemuan para pengusaha Indonesia dengan 12 perusahaan dari Malaysia, di Kuala Lumpur, 20-21 April 2017.
Perusahaan Malaysia itu diantaranya, Tenaga Nasional Berhad (TNB), Khazanah, YTL Corporation Berhad, United Engineers Malaysia (UEM), Axiata, dan CIMB Investment Banking. Sementara 14 perusahaan dari Indonesia di antaranya, PT Pembangunan Perumahan, PT Wijaya Karya, Rajawali Group, Sinarmas Group, PT Sampoerna, Triputra Group, Salim Group, PT Truba Jaya, dan PT Rukun Raharja.
Kedelapan komitmen strategis tersebut, pertama, pertemuan dengan Malaysia External Trade Development Corporation (MATRA), Mendes Eko berkomitmen membantu kelancaran investasi para pelaku bisnis dengan menjelaskan peringkat ease of doing business di Indonesia yang terus membaik, yakni menjadi peringkat 91 di tahun 2016 dari sebelumnya peringkat 106 di tahun 2015. MATRADE juga telah menjalin kerja sama dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.
Kedua, pertemuan dengan Eversendai Corporation Berhad yang merupakan salah satu kontraktor baja terbesar di dunia. Malaysia ingin berinvestasi di Indonesia untuk proyek migas, petrokimia, listrik, dan konstruksi/EPC (Engineering, Procurement, and Construction). Bahkan sejumlah megaproyek telah dikerjakan, diantaranya Petronas Twin Tower 2 dan Burj Al-Khalifa.
Dalam diskusi yang juga dihadiri PT Pembangunan Perumahan, PT Truba Jaya, dan PT Rukun Raharja, beberapa proyek akan dibahas lebih detail bersama Eversendai pada pertemuan lanjutan awal Mei mendatang di Jakarta.
Ketiga, pertemuan dengan YTL Corporation Berhad. Mendes Eko menawarkan YTL untuk berinvestasi pada rencana proyek elektrifikasi untuk sejumlah desa di Indonesia yang masih belum memiliki akses elektrifikasi.
Salah satu proyek investasi YTL Power International Berhad, anak perusahaan dari YTL Corporation Berhad, adalah pembangunan PLTU Tanjung Jati B dengan investasi sebesar Rp32,4 triliun. PLTU tersebut diproyeksikan memiliki kapasitas sebesar 2x600MW.
Prospek kerja sama untuk bidang telekomunikasi dan pendidikan juga akan dimediasi Menteri Eko dengan melibatkan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Sedangkan pertemuan dengan United Engineers Malaysia Group Bhd UEM, sebuah perusahaan infrastruktur dan konstruksi Malaysia, yang telah mengerjakan sejumlah proyek besar di beberapa negara di antaranya di India, Singapura, Australia, dan Selandia Baru. Di Indonesia, saat ini UEM berinvestasi dalam proyek tol Cirebon-Palimanan melalui PT Lintas Marga Sedaya.
Mayoritas saham PT Lintas Marga Sedaya dimiliki oleh UEM (55%). Dalam diskusi tersebut, prospek kerjasama dan investasi yang dapat dilakukan yakni proyek listrik, konstruksi, apartemen,pelabuhan, dan pembangunan jalan tol.
Kelima, pertemuan dengan The Federation Land Development Authority (FELDA), sebuah lembaga yang didirikan pemerintah Malaysia untuk menangani penataan kawasan pedesaan tertinggal dengan tujuan meningkatkan desa menjadi suatu kawasan baru dan berkembang.
Dalam diskusinya bersama Chairman FELDA, Tan Sri Shahrir Abdul Samad, Mendes PDTT Eko Sandjojo menilai sejumlah kisah sukses FELDA dapat menjadi motivasi dan pembelajaran.
Salah satu metode unik yang akan ditelaah lebih jauh untuk memberi terobosan baru pada program transmigrasi yakni pemberian lahan kepada para transmigran dalam bentuk cicilan sangat lunak dengan jangka waktu mencapai 20 tahun.
Keenam, pertemuan dengan Tenaga Nasional Berhad (TNB) yang merupakan perusahaan listrik terbesar di Malaysia dengan total aset USD25,6 miliar. Bisnis utama TNB adalah membangun, mengembangkan dan mengoperasikan tenaga listrik, serta menyalurkan ke pelanggan. Dalam diskusi tersebut, terdapat prospek kerja sama dalam investasi proyek listrik.
Menteri Eko pun menawarkan set up three party meeting dengan PLN, PTBA, dan TNB. Beberapa proyek lain akan dibahas lebih detil di Jakarta awal Mei mendatang dengan melibatkan PT Pembangunan Perumahan, PT Wijaya Karya, PT Truba Jaya, dan PT Rukun Raharja.
Ketujuh, pertemuan dengan AXIATA Berhad. Axiata Group Berhad adalah salah satu grup telekomunikasi terkemuka di Asia. Dalam pertemuan ini, prospek kerja sama yang dapat terjalin yakni melalui program Kiosk XL yang akan ditawarkan kepada CIMB Niaga. Tujuan yang diharapkan yakni transaksi sederhana jasa perbankan di desa dapat terbantu.
Selain itu, prospek kerja sama tersebut juga dapat mengoptimalkan peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Prospek kerja sama untuk memperkuat jaringan telekomunikasi di wilayah Indonesia timur juga dibicarakan.
Kedelapan, pertemuan dengan Ministry of International Trade dan Industry (MITI). Dalam pertemuan ini, dibahas mengenai pentingnya sinergi dan koordinasi secara lebih intensif dari pihak MITI kepada Mendes PDTT Eko Putro Sandjojo.
Selain itu, juga dibicarakan mengenai pembaruan database para pelaku bisnis Malaysia di Indonesia. Sehingga ke depan, pelayanan dan tindaklanjut adanya kesepakatan bisnis dapat dikontrol dengan baik. Sejumlah hal strategis yang juga akan dibahas yakni mengenai (1) TNB dan counterpart PLN dan Bukit Asam; (2) Axiata dengan Telkom; (3) Halal product; dan (4) Perbatasan Tebbedu-Entikong.
Menteri Eko ditunjuk langsung Presiden Joko Widodo sebagai Pejabat Penghubung Investasi untuk Malaysia, memediasi pertemuan para pengusaha Indonesia dengan 12 perusahaan dari Malaysia, di Kuala Lumpur, 20-21 April 2017.
Perusahaan Malaysia itu diantaranya, Tenaga Nasional Berhad (TNB), Khazanah, YTL Corporation Berhad, United Engineers Malaysia (UEM), Axiata, dan CIMB Investment Banking. Sementara 14 perusahaan dari Indonesia di antaranya, PT Pembangunan Perumahan, PT Wijaya Karya, Rajawali Group, Sinarmas Group, PT Sampoerna, Triputra Group, Salim Group, PT Truba Jaya, dan PT Rukun Raharja.
Kedelapan komitmen strategis tersebut, pertama, pertemuan dengan Malaysia External Trade Development Corporation (MATRA), Mendes Eko berkomitmen membantu kelancaran investasi para pelaku bisnis dengan menjelaskan peringkat ease of doing business di Indonesia yang terus membaik, yakni menjadi peringkat 91 di tahun 2016 dari sebelumnya peringkat 106 di tahun 2015. MATRADE juga telah menjalin kerja sama dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.
Kedua, pertemuan dengan Eversendai Corporation Berhad yang merupakan salah satu kontraktor baja terbesar di dunia. Malaysia ingin berinvestasi di Indonesia untuk proyek migas, petrokimia, listrik, dan konstruksi/EPC (Engineering, Procurement, and Construction). Bahkan sejumlah megaproyek telah dikerjakan, diantaranya Petronas Twin Tower 2 dan Burj Al-Khalifa.
Dalam diskusi yang juga dihadiri PT Pembangunan Perumahan, PT Truba Jaya, dan PT Rukun Raharja, beberapa proyek akan dibahas lebih detail bersama Eversendai pada pertemuan lanjutan awal Mei mendatang di Jakarta.
Ketiga, pertemuan dengan YTL Corporation Berhad. Mendes Eko menawarkan YTL untuk berinvestasi pada rencana proyek elektrifikasi untuk sejumlah desa di Indonesia yang masih belum memiliki akses elektrifikasi.
Salah satu proyek investasi YTL Power International Berhad, anak perusahaan dari YTL Corporation Berhad, adalah pembangunan PLTU Tanjung Jati B dengan investasi sebesar Rp32,4 triliun. PLTU tersebut diproyeksikan memiliki kapasitas sebesar 2x600MW.
Prospek kerja sama untuk bidang telekomunikasi dan pendidikan juga akan dimediasi Menteri Eko dengan melibatkan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Sedangkan pertemuan dengan United Engineers Malaysia Group Bhd UEM, sebuah perusahaan infrastruktur dan konstruksi Malaysia, yang telah mengerjakan sejumlah proyek besar di beberapa negara di antaranya di India, Singapura, Australia, dan Selandia Baru. Di Indonesia, saat ini UEM berinvestasi dalam proyek tol Cirebon-Palimanan melalui PT Lintas Marga Sedaya.
Mayoritas saham PT Lintas Marga Sedaya dimiliki oleh UEM (55%). Dalam diskusi tersebut, prospek kerjasama dan investasi yang dapat dilakukan yakni proyek listrik, konstruksi, apartemen,pelabuhan, dan pembangunan jalan tol.
Kelima, pertemuan dengan The Federation Land Development Authority (FELDA), sebuah lembaga yang didirikan pemerintah Malaysia untuk menangani penataan kawasan pedesaan tertinggal dengan tujuan meningkatkan desa menjadi suatu kawasan baru dan berkembang.
Dalam diskusinya bersama Chairman FELDA, Tan Sri Shahrir Abdul Samad, Mendes PDTT Eko Sandjojo menilai sejumlah kisah sukses FELDA dapat menjadi motivasi dan pembelajaran.
Salah satu metode unik yang akan ditelaah lebih jauh untuk memberi terobosan baru pada program transmigrasi yakni pemberian lahan kepada para transmigran dalam bentuk cicilan sangat lunak dengan jangka waktu mencapai 20 tahun.
Keenam, pertemuan dengan Tenaga Nasional Berhad (TNB) yang merupakan perusahaan listrik terbesar di Malaysia dengan total aset USD25,6 miliar. Bisnis utama TNB adalah membangun, mengembangkan dan mengoperasikan tenaga listrik, serta menyalurkan ke pelanggan. Dalam diskusi tersebut, terdapat prospek kerja sama dalam investasi proyek listrik.
Menteri Eko pun menawarkan set up three party meeting dengan PLN, PTBA, dan TNB. Beberapa proyek lain akan dibahas lebih detil di Jakarta awal Mei mendatang dengan melibatkan PT Pembangunan Perumahan, PT Wijaya Karya, PT Truba Jaya, dan PT Rukun Raharja.
Ketujuh, pertemuan dengan AXIATA Berhad. Axiata Group Berhad adalah salah satu grup telekomunikasi terkemuka di Asia. Dalam pertemuan ini, prospek kerja sama yang dapat terjalin yakni melalui program Kiosk XL yang akan ditawarkan kepada CIMB Niaga. Tujuan yang diharapkan yakni transaksi sederhana jasa perbankan di desa dapat terbantu.
Selain itu, prospek kerja sama tersebut juga dapat mengoptimalkan peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Prospek kerja sama untuk memperkuat jaringan telekomunikasi di wilayah Indonesia timur juga dibicarakan.
Kedelapan, pertemuan dengan Ministry of International Trade dan Industry (MITI). Dalam pertemuan ini, dibahas mengenai pentingnya sinergi dan koordinasi secara lebih intensif dari pihak MITI kepada Mendes PDTT Eko Putro Sandjojo.
Selain itu, juga dibicarakan mengenai pembaruan database para pelaku bisnis Malaysia di Indonesia. Sehingga ke depan, pelayanan dan tindaklanjut adanya kesepakatan bisnis dapat dikontrol dengan baik. Sejumlah hal strategis yang juga akan dibahas yakni mengenai (1) TNB dan counterpart PLN dan Bukit Asam; (2) Axiata dengan Telkom; (3) Halal product; dan (4) Perbatasan Tebbedu-Entikong.
(ven)