Kemenperin Pacu Sektor Industri Logam Dasar
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat pertumbuhan Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) mengalami penurunan dari tahun 2015 yang sebesar 5,46% menjadi sebesar 3,87% di tahun 2016. Hal ini disebabkan rendahnya pertumbuhan industri logam dasar pada tahun 2016.
Pada 2016, industri logam tumbuh 1,94%, industri mesin tumbuh 2,85%, industri alat transportasi tumbuh 4,52%, dan industri elektronika tumbuh 8,49%. Pertumbuhan ILMATE tersebut memberikan kontribusi sebesar 4,93% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2016.
Dirjen ILMATE Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan, pihaknya akan fokus mengembangkan industri logam dasar sebagai salah satu sektor prioritas melalui peningkatan investasi.
"Tahun 2015 sektor industri logam dasar mencapai 9%, tapi di 2016 hanya tumbuh 2% sehingga menarik pertumbuhan sektor ILMATE yang tadinya 5,46% di tahun 2015 menjadi 3,87% di tahun 2016," ujarnya di Jakarta, Jumat (26/5/2017).
Putu melanjutkan, pada 2016 terjadi perlambatan ekonomi dunia ditambah lagi over suplai baja. Oleh karena itu, di tahun 2017 pihaknya bersama asosiasi akan mengendalikan impor baja supaya tidak terjadi over suplai baja murah yang ditimbun di dalam negeri.
"Kami menargetkan pada tahun 2017 pertumbuhan ILMATE mencapai empat koma sekian persen dengan fokus pengembangan industri logam dasar," ungkapnya.
Putu menambahkan, sektor industri logam dasar menjadi prioritas untuk dikembangkan agar bisa mendorong kemandirian industri baja di dalam negeri.
"Pemurnian dan pengolahan biji nikel dan industri baja, dua sektor itu yang kita dorong karena potensinya nyata. Pertama, karena adanya pelarangan ekspor mineral, dan kedua, kebutuhan baja masih tinggi sekali untuk infrastruktur," jelasnya.
Putu menambahkan, industri prioritas berbasis mineral meliputi empat jenis logam yaitu besi baja, aluminium, tembaga dan nikel. "Hilirisasi mineral bijih besi, bauksit, tembaga dan nikel mempunyai dampak yang signifikan bagi perekonomian melalui investasi dan peningkatan nilai tambah," paparnya.
Selain itu, lanjut Putu, Kemenperin juga fokus melakukan pengembangan industri elektronika dan telematika pada penumbuhan dan pengembangan industri komponen, industri telekomunikasi atau telepon selular dan industri perangkat lunak.
Kemudian pengembangan industri permesinan dan alat mesin pertanian, yang fokus pada industri pembangkit energi, industri alat berat, industri barang modal, komponen, bahan penolong dan jasa industri, dan industri alat kesehatan.
Selanjutnya, pengembangan industri alat transportasi yang fokus pada kendaraan bermotor, industri kedirgantaraan, industri perkapalan dan industri kereta api.
Pada 2016, industri logam tumbuh 1,94%, industri mesin tumbuh 2,85%, industri alat transportasi tumbuh 4,52%, dan industri elektronika tumbuh 8,49%. Pertumbuhan ILMATE tersebut memberikan kontribusi sebesar 4,93% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2016.
Dirjen ILMATE Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan, pihaknya akan fokus mengembangkan industri logam dasar sebagai salah satu sektor prioritas melalui peningkatan investasi.
"Tahun 2015 sektor industri logam dasar mencapai 9%, tapi di 2016 hanya tumbuh 2% sehingga menarik pertumbuhan sektor ILMATE yang tadinya 5,46% di tahun 2015 menjadi 3,87% di tahun 2016," ujarnya di Jakarta, Jumat (26/5/2017).
Putu melanjutkan, pada 2016 terjadi perlambatan ekonomi dunia ditambah lagi over suplai baja. Oleh karena itu, di tahun 2017 pihaknya bersama asosiasi akan mengendalikan impor baja supaya tidak terjadi over suplai baja murah yang ditimbun di dalam negeri.
"Kami menargetkan pada tahun 2017 pertumbuhan ILMATE mencapai empat koma sekian persen dengan fokus pengembangan industri logam dasar," ungkapnya.
Putu menambahkan, sektor industri logam dasar menjadi prioritas untuk dikembangkan agar bisa mendorong kemandirian industri baja di dalam negeri.
"Pemurnian dan pengolahan biji nikel dan industri baja, dua sektor itu yang kita dorong karena potensinya nyata. Pertama, karena adanya pelarangan ekspor mineral, dan kedua, kebutuhan baja masih tinggi sekali untuk infrastruktur," jelasnya.
Putu menambahkan, industri prioritas berbasis mineral meliputi empat jenis logam yaitu besi baja, aluminium, tembaga dan nikel. "Hilirisasi mineral bijih besi, bauksit, tembaga dan nikel mempunyai dampak yang signifikan bagi perekonomian melalui investasi dan peningkatan nilai tambah," paparnya.
Selain itu, lanjut Putu, Kemenperin juga fokus melakukan pengembangan industri elektronika dan telematika pada penumbuhan dan pengembangan industri komponen, industri telekomunikasi atau telepon selular dan industri perangkat lunak.
Kemudian pengembangan industri permesinan dan alat mesin pertanian, yang fokus pada industri pembangkit energi, industri alat berat, industri barang modal, komponen, bahan penolong dan jasa industri, dan industri alat kesehatan.
Selanjutnya, pengembangan industri alat transportasi yang fokus pada kendaraan bermotor, industri kedirgantaraan, industri perkapalan dan industri kereta api.
(ven)