BKPM Incar Investasi dari India, Timur Tengah dan Afrika

Rabu, 31 Mei 2017 - 15:34 WIB
BKPM Incar Investasi...
BKPM Incar Investasi dari India, Timur Tengah dan Afrika
A A A
JAKARTA - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong mengincar investasi dari India, Timur Tengah, dan Afrika. Hal in yang menjadi alasan BKPM menggandeng Standard Chartered Bank Indonesia (Stanchart) untuk mengembangkan investasi, karena memiliki jaringan luas di seluruh dunia.

Selain itu, posisi Standard Chartered di negara-negara berkembang sangat kuat. Sehingga, semakin banyak pula arus modal yang masuk ke negara-negara berkembang. (Baca Juga: Tingkatkan Arus Modal ke Indonesia, BKPM Gandeng Standard Chartered).

"Standard Chartered ini perintis yang sudah lama bergerak di negara seperti India, Timur Tengah, dan Afrika. Itu yang kita incar sekarang," kata Thomas di Kantornya, Jakarta, Rabu (31/5/2017).

Thomas juga teringat arahan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mencari prospek investasi ke wilayah-wilayan yang baru, yang memiliki potensi besar untuk lakukan investasi.

"Arahan Pak Presiden, tolong jangan terus rutin kepada (negara) yang lazim, tapi cari prospek yang baru, destinasi yang istilah Pak Presiden nontradisional. Seperti di Timur Tengah, Rusia, India, dan Afrika," tuturnya.

Meski demikian, pemerintah Indonesia juga tidak melupakan investasi di Asia Timur yang sama potensialnya. Di Jepang, Korea, China tentunya akan tetap berjalan terus.

"Saya kira dari sisi jumlah, kalau mau ngomong kuantitas yang besar memang dari Asia Timur, Jepang, Korea, Tiongkok. Tapi juga ada investasi-investasi yang sangat strategis dari Eropa, Amerika. Mungkin jumlahnya tidak sebesar Korea atau Jepang tapi bawa teknologi baru, bawa jaringan, bawa prospek baru," terang Lembong.

Dia juga sempat menyayangkan pemerintahan sebelumnya yang tidak melirik potensi dari negara Timur Tengah dan Rusia. Padahal mereka memiliki modal sangat besar.

"Masih banyak skali potensi investasi dari Timur Tengah, Rusia, yang dulu enggak pernah digarap. Padahal mereka punya jumlah modal yang sangat besar. Jadi mereka tergolong capital rich yang punya basis modal sangat besar tapi belum pernah digarap secara sistematis," ujar dia.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7922 seconds (0.1#10.140)