Permintaan Meningkat, Industri Sawit Indonesia Makin Menggeliat

Jum'at, 02 Juni 2017 - 05:17 WIB
Permintaan Meningkat,...
Permintaan Meningkat, Industri Sawit Indonesia Makin Menggeliat
A A A
JAKARTA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyatakan, lima kawasan tujuan ekspor terbesar minyak sawit Indonesia adalah India (5,78 juta ton), Uni Eropa (4,37 juta ton), Republik Rakyat Tiongkok (3,22 juta ton), Pakistan (2,06 juta ton), dan negara-negara Timur Tengah (1,97 juta ton). Permintaan dari negara-negara tersebut tercatat terus meningkat.

Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono mengatakan, selain itu juga ada tambahan permintaan dari berbagai negara tujuan ekspor baru seperti Amerika Serikat dan Eropa Timur. Dari aspek permintaan, dengan terus mengembangkan sektor kelapa sawit, Indonesia akan terus menjadi produsen minyak sawit terbesar dunia.

"Meskipun berbagai kampanye negatif, termasuk dari Uni Eropa yang notabene juga konsumen minyak sawit Indonesia, permintaan global akan minyak sawit akan tetap tinggi bahkan cenderung terus meningkat," ujarnya melalui keterangan resmi di Jakarta.

Pada April tahun 2017, permintaan minyak sawit (CPO dan turunannya) dari Uni Eropa justru naik 8% dari 446,92 ribu ton pada bulan Maret tahun 2017 menjadi 482,95 ribu ton. Permintaan dari negara-negara lain juga mencatat kenaikan yang sama, kecuali dari China yang turun karena program pengembangan peternakan sehingga lebih banyak mengimpor kedelai untuk pakan ternak dan mendapatkan minyak dari proses crushing kedelai tersebut.

Pasar minyak nabati dunia dijelaskan Joko adalah pasar yang terbuka lebar dan sudah ada di depan mata. Namun, bagaimana Indonesia bisa menangkap peluang pasar tersebut ketika ruang pengembangan lahan untuk perkebunan kelapa sawit semakin terbatas.

"Atau lebih tepatnya semakin dibatasi. Tidak ada pilihan lain kecuali pelaku usaha sektor perkebunan kelapa sawit fokus pada upaya peningkatan produktivitas melalui berbagai program intensifikasi. Bagi pelaku usaha perkebunan besar, baik swasta maupun BUMN, program intensifikasi sudah berjalan dan menjadi fokus utama dalam tata kelola usaha perkebunan mereka saat ini," katanya.

Bahkan, lanjut dia, beberapa perusahaan telah mengembangkan bidang Research and Development (R&D) sendiri untuk menghasilkan benih-benih unggul. Tantangannya adalah bagaimana upaya peningkatan produktivitas ini juga bisa dilakukan oleh para petani atau perkebunan rakyat.

"Untuk diketahui, merujuk data dari Kementerian Pertanian tahun 2016, disebutkan bahwa dari 11,5 juta hektar perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini, 42% atau sekitar 4,83 juta hektar dimiliki oleh masyarakat atau petani (smallholders). Karena itu, keberhasilan intensifikasi perkebunan rakyat berarti juga keberhasilan sektor perkebunan kelapa sawit nasional dalam meningkatkan produktivitas," pungkasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8171 seconds (0.1#10.140)