Hunian Hotel di Yogyakarta Selama Ramadan Anjlok
A
A
A
YOGYAKARTA - Memasuki pekan kedua bulan Ramadan, tingkat hunian hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) anjlok. Saat ini, kalangan perhotelan tidak bisa mengharapkan tamu hotel yang menginap. Mereka hanya bergantung pada tamu MICE yang mengadakan acara buka bersama.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Istidjab Danunagoro mengatakan, Ramadan memang merupakan salah satu periode di mana perhotelan mengalami masa low season. Jumlah tamu yang menginap mengalami penurunan drastis mengingat tidak adanya kegiatan MICE serta masyarakat yang berlibur sangat minim. "Akibatnya, tamu yang menginap anjlok," ujarnya, Minggu (11/6/2017).
Menurutnya, Ramadan memang menjadi momen yang sepi bagi industri ini, sebab, masyarakat memilih lebih banyak menghabiskan waktu di rumah daripada berwisata. Kegiatan pertemuan juga hanya sebatas buka bersama.
Memasuki pekan kedua Ramadan ini, dia memperkirakan tingkat hunian hotel tinggal 30%-40%. Okupansi tersebut baru terjaga pada hotel yang berada di ring I dan ring II, atau di seputaran Malioboro. Sementara di Ring III yang jauh dari kawasan Malioboro justru lebih parah lagi.
Dia mengungkapkan, untuk hunian ring III ini pihaknya mencatat terjadi penurunan cukup drastis bahkan tinggal 10%-20% dari kamar yang tersedia. Kemungkinan besar tingkat okupansi akan kembali membaik mulai H-5 Lebaran. Di mana para pemudik sudah mulai memasuki wilayah ini.
"Tidak sedikit pemudik yang memilih tinggal di hotel kendati kampung halamannya di DIY," ungkapnya.
Perlahan-lahan tingkat hunian hotel akan membaik dan puncaknya akan terjadi saat hari H Lebaran di mana kamar-kamar hotel kembali ramai digunakan untuk menginap. Pihaknya memperkirakan okupansi kembali membaik dan mencapai angka di atas 90%.
Hingga H+5, tingkat okupansi hotel akan tetap terjaga. Bahkan di Ring I, tingkat okupansi akan terjaga rata-rata mulai dari 90% hingga 100%. Saat Lebaran inilah menjadi waktu mendulang rupiah dari para tamu domestik, karena revenue mereka mengalami peningkatan.
"Lebaran biasanya revenue hotel bintang naik. Bintang empat misalnya bisa mencapai minimal Rp100 juta per hari," ungkapnya.
Ketua Asita DIY Udi Sudiyanto mengakui jika Ramadan ini jumlah wisatawan yang masuk ke DIY turun drastis terutama wisatawan lokal. Kendati demikian pihaknya masih melihat adanya geliat dari wisatawan mancanegara karena bertepatan dengan musim liburan di negara asal mereka. "Sebenarnya ramadan bisa dikemas menjadi wisata religi," ujarnya.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Istidjab Danunagoro mengatakan, Ramadan memang merupakan salah satu periode di mana perhotelan mengalami masa low season. Jumlah tamu yang menginap mengalami penurunan drastis mengingat tidak adanya kegiatan MICE serta masyarakat yang berlibur sangat minim. "Akibatnya, tamu yang menginap anjlok," ujarnya, Minggu (11/6/2017).
Menurutnya, Ramadan memang menjadi momen yang sepi bagi industri ini, sebab, masyarakat memilih lebih banyak menghabiskan waktu di rumah daripada berwisata. Kegiatan pertemuan juga hanya sebatas buka bersama.
Memasuki pekan kedua Ramadan ini, dia memperkirakan tingkat hunian hotel tinggal 30%-40%. Okupansi tersebut baru terjaga pada hotel yang berada di ring I dan ring II, atau di seputaran Malioboro. Sementara di Ring III yang jauh dari kawasan Malioboro justru lebih parah lagi.
Dia mengungkapkan, untuk hunian ring III ini pihaknya mencatat terjadi penurunan cukup drastis bahkan tinggal 10%-20% dari kamar yang tersedia. Kemungkinan besar tingkat okupansi akan kembali membaik mulai H-5 Lebaran. Di mana para pemudik sudah mulai memasuki wilayah ini.
"Tidak sedikit pemudik yang memilih tinggal di hotel kendati kampung halamannya di DIY," ungkapnya.
Perlahan-lahan tingkat hunian hotel akan membaik dan puncaknya akan terjadi saat hari H Lebaran di mana kamar-kamar hotel kembali ramai digunakan untuk menginap. Pihaknya memperkirakan okupansi kembali membaik dan mencapai angka di atas 90%.
Hingga H+5, tingkat okupansi hotel akan tetap terjaga. Bahkan di Ring I, tingkat okupansi akan terjaga rata-rata mulai dari 90% hingga 100%. Saat Lebaran inilah menjadi waktu mendulang rupiah dari para tamu domestik, karena revenue mereka mengalami peningkatan.
"Lebaran biasanya revenue hotel bintang naik. Bintang empat misalnya bisa mencapai minimal Rp100 juta per hari," ungkapnya.
Ketua Asita DIY Udi Sudiyanto mengakui jika Ramadan ini jumlah wisatawan yang masuk ke DIY turun drastis terutama wisatawan lokal. Kendati demikian pihaknya masih melihat adanya geliat dari wisatawan mancanegara karena bertepatan dengan musim liburan di negara asal mereka. "Sebenarnya ramadan bisa dikemas menjadi wisata religi," ujarnya.
(izz)