Pemerintah Kerja Sama Penyediaan Bahan Baku Serat Kapas
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Pertanian (Kementan), dan Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menandatangani nota kesepahaman bersama (MoU) tentang Program Pengembangan IKM Tenun Melalui Penyediaan Bahan Baku Serat Kapas di Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT.
Dirjen Industri Kecil Menengah (IKM) Kemenperin Gati Wibawaningsih mengatakan, bahan baku selalu menjadi masalah utama IKM di Indonesia. Oleh karena itu, dengan adanya kerja sama ini diharapkan ketersedian bahan baku tidak menjadi kendala.
"Industri tanpa bahan baku tidak akan jalan. Dengan adanya MoU ini, IKM tenun di Timor Tengah Selatan akan mendapat pasokan bahan baku kapas sehingga tidak mengganggu proses produksi," ujarnya di Jakarta, Selasa (13/6/2017).
Dia menambahkan, pihaknya juga akan memberikan bantuan pendampingan desain dan bantuan peralatan mesin gining dan mesin tenun kepada sentra tenun di Kabupaten Timor Tengah Selatan yang merupakan tindak lanjut dari program pendampingan pada tahun 2016.
"Anggaran yang disediakan untuk bantuan peralatan mesin sekitar Rp400 juta. Itu kita berikan, kalau sudah berhasil akan kita suplai ke seluruh Indonesia karena di Timor Tengah Selatan ini pusatnya," ungkapnya.
Sentra tenun berjumlah 430 tersebar di seluruh wilayah Indonesia termasuk di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hampir seluruh Kabupaten/Kota di NTT adalah penghasil tenun di mana terdapat 115 sentra IKM dengan 3.506 perajin yang memiliki ciri khas masing-masing daerah. Pada umumnya, bahan baku yang digunakan merupakan benang kapas yang diwarnai dengan pewarna tesktil dan pewarna alami.
Dirjen Perkebunan Kementan Bambang mengatakan, pihaknya akan melakukan penanaman kapas di lahan seluas 13 hektar di Kecamatan Mollo Barat. Sebelumnya pada Mei lalu telah dibuat demplot oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Kementan dilahan seluas 3 hektar di kecamatan yang sama.
"Dengan benih unggul dan teknologi yang lebih modern, kapas yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang baik dengan waktu yang relatif efektif," tuturnya.
Bupati Timor Tengah Selatan Paulus Victor Rolland Mella mengatakan, selama ini produksi sentra tenun yang ada di wilayahnya masih menggunakan cara tradisional. "Produk tenun kami sudah di ekspor ke Malaysia, Singapura, Australia, Eropa, hanya masih terbatas karena bahan bakunya. Sekarang dengan proses produksinya yang juga semakin efisien, proses pengerjaannya bisa lebih cepat," ujarnya.
Dirjen Industri Kecil Menengah (IKM) Kemenperin Gati Wibawaningsih mengatakan, bahan baku selalu menjadi masalah utama IKM di Indonesia. Oleh karena itu, dengan adanya kerja sama ini diharapkan ketersedian bahan baku tidak menjadi kendala.
"Industri tanpa bahan baku tidak akan jalan. Dengan adanya MoU ini, IKM tenun di Timor Tengah Selatan akan mendapat pasokan bahan baku kapas sehingga tidak mengganggu proses produksi," ujarnya di Jakarta, Selasa (13/6/2017).
Dia menambahkan, pihaknya juga akan memberikan bantuan pendampingan desain dan bantuan peralatan mesin gining dan mesin tenun kepada sentra tenun di Kabupaten Timor Tengah Selatan yang merupakan tindak lanjut dari program pendampingan pada tahun 2016.
"Anggaran yang disediakan untuk bantuan peralatan mesin sekitar Rp400 juta. Itu kita berikan, kalau sudah berhasil akan kita suplai ke seluruh Indonesia karena di Timor Tengah Selatan ini pusatnya," ungkapnya.
Sentra tenun berjumlah 430 tersebar di seluruh wilayah Indonesia termasuk di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hampir seluruh Kabupaten/Kota di NTT adalah penghasil tenun di mana terdapat 115 sentra IKM dengan 3.506 perajin yang memiliki ciri khas masing-masing daerah. Pada umumnya, bahan baku yang digunakan merupakan benang kapas yang diwarnai dengan pewarna tesktil dan pewarna alami.
Dirjen Perkebunan Kementan Bambang mengatakan, pihaknya akan melakukan penanaman kapas di lahan seluas 13 hektar di Kecamatan Mollo Barat. Sebelumnya pada Mei lalu telah dibuat demplot oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Kementan dilahan seluas 3 hektar di kecamatan yang sama.
"Dengan benih unggul dan teknologi yang lebih modern, kapas yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang baik dengan waktu yang relatif efektif," tuturnya.
Bupati Timor Tengah Selatan Paulus Victor Rolland Mella mengatakan, selama ini produksi sentra tenun yang ada di wilayahnya masih menggunakan cara tradisional. "Produk tenun kami sudah di ekspor ke Malaysia, Singapura, Australia, Eropa, hanya masih terbatas karena bahan bakunya. Sekarang dengan proses produksinya yang juga semakin efisien, proses pengerjaannya bisa lebih cepat," ujarnya.
(akr)