Credit Suisse: Kepercayaan Konsumen RI Kalahkan China
A
A
A
JAKARTA - Credit Suisse kembali mengeluarkan Emerging Consumer Survey ketujuh. Dalam survey tersebut, menemukan fakta bahwa Indonesia bergerak menuju posisi kedua dalam kartu skor Kepercayaan Konsumen Credit Suisse dan melewati China.
Adanya kenaikan peringkat ini membuktikan kepercayaan konsumen di sejumlah negara berkembang, termasuk Indonesia, telah meningkat dibanding tahun sebelumnya. Hal iuni seiring prospek ekonomi global yang lebih cerah, meningkatnya pasar modal domestik dan menurunnya tekanan di negara-negara yang sensitif terhadap harga komoditas.
"Kami yakin bahwa pertumbuhan konsumsi Indonesia telah siap untuk menanjak kembali setelah bertahan stagnan selama hampir enam kuartal terakhir," ujar Head of Research for Indonesia di Credit Suisse Jahanzeb Nasser dalam rilisnya, Jakarta, Selasa (20/6/2017).
Dia menjelaskan penyebab dari perbaikan yang lemah pada konsumsi di Indonesia adalah belanja pemerintah yang negatif sepanjang tiga kuartal terakhir dan peningkatan tagihan utilitas bagi konsumen segmen bawah.
"Namun, dengan meningkatnya pendapatan negara akhir-akhir ini dan peningkatan tajam pada pendapatan bukan pajak, yang didorong oleh penguatan harga batu bara dan minyak bumi, kami yakin kemampuan dan kemauan pemerintah untuk berbelanja akan meningkat di semester kedua 2017," terangnya.
Selain itu, riset menemukan pola baru dalam pembelian barang-barang konsumsi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Saat ini masyarakat telah fokus pada gaya hidup yang lebih sehat dan ramah lingkungan.
"Hampir 70% konsumen di Indonesia memilih mengkonsumsi makanan rendah gula dan makanan sehat. Indonesia menempati peringkat ketiga di antara kedelapan negara dalam survei ini," jelas dia.
Adanya kenaikan peringkat ini membuktikan kepercayaan konsumen di sejumlah negara berkembang, termasuk Indonesia, telah meningkat dibanding tahun sebelumnya. Hal iuni seiring prospek ekonomi global yang lebih cerah, meningkatnya pasar modal domestik dan menurunnya tekanan di negara-negara yang sensitif terhadap harga komoditas.
"Kami yakin bahwa pertumbuhan konsumsi Indonesia telah siap untuk menanjak kembali setelah bertahan stagnan selama hampir enam kuartal terakhir," ujar Head of Research for Indonesia di Credit Suisse Jahanzeb Nasser dalam rilisnya, Jakarta, Selasa (20/6/2017).
Dia menjelaskan penyebab dari perbaikan yang lemah pada konsumsi di Indonesia adalah belanja pemerintah yang negatif sepanjang tiga kuartal terakhir dan peningkatan tagihan utilitas bagi konsumen segmen bawah.
"Namun, dengan meningkatnya pendapatan negara akhir-akhir ini dan peningkatan tajam pada pendapatan bukan pajak, yang didorong oleh penguatan harga batu bara dan minyak bumi, kami yakin kemampuan dan kemauan pemerintah untuk berbelanja akan meningkat di semester kedua 2017," terangnya.
Selain itu, riset menemukan pola baru dalam pembelian barang-barang konsumsi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Saat ini masyarakat telah fokus pada gaya hidup yang lebih sehat dan ramah lingkungan.
"Hampir 70% konsumen di Indonesia memilih mengkonsumsi makanan rendah gula dan makanan sehat. Indonesia menempati peringkat ketiga di antara kedelapan negara dalam survei ini," jelas dia.
(izz)