Ekonom Sebut Redenominasi Rupiah Belum Tepat Direalisasikan
A
A
A
JAKARTA - Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono menilai, redenominasi memerlukan stabilitas ekonomi dalam tempo yang relatif panjang.
(Baca Juga: BI Tunggu Restu Jokowi Soal Redenominasi Rupiah)
Menurutnya, situasi saat ini baru nampak baik dari sisi inflasi yang relatif rendah. Namun dari indikator ekonomi yang lain, masih ada dinamika dan ketidakpastian.
"Saya pendukung redenominasi, namun saya melihat saat ini bukan waktu yang tepat. Juga ini bukanlah hal yang terlalu urgent," kata dia saat dihubungi, Selasa (18/7/2017).
Dia mengatakan, kalau redenominasi tidak dilakukan dengan persiapan matang dan environment/timing tidak kondusif, hasilnya bisa kontradiktif.
"Itu jika tidak dilakukan dengan matang, maka bisa timbul kepanikan, inflasi meroket, capital outflow, dan lain-lain. Risiko terburuk seperti ini selalu mengintai," ujarnya.
Terpisah, Ekonom Indef Eko Listyanto mengatakan, prasyarat makro ekonomi terutama dari sisi indikator moneter memang relatif cukup stabil saat ini.
"Persoalannya di sisi fiskal masih cukup banyak tantangan yang kesemuanya dapat bermuara pada terganggunya stabilitas makro jika tidak dikelola dengan hati-hati (mulai dari target penerimaan, defisit primer APBN, hingga risiko kenaikan harga minyak dunia bagi anggaran dan daya beli masyarakat)," terang dia.
Dengan demikian, rencana redenominasi dapat saja mulai disosialisasikan pada saat ini. Namun, eksekusinya perlu mempertimbangkan stabilitas sisi fiskal yang sedang menghadapi tantangan tidak ringan tersebut.
Baca Juga:
Redenominasi Rupiah Butuh Waktu Tujuh Tahun
Redenominasi Akan Masuk dalam Prolegnas Prioritas 2017
(Baca Juga: BI Tunggu Restu Jokowi Soal Redenominasi Rupiah)
Menurutnya, situasi saat ini baru nampak baik dari sisi inflasi yang relatif rendah. Namun dari indikator ekonomi yang lain, masih ada dinamika dan ketidakpastian.
"Saya pendukung redenominasi, namun saya melihat saat ini bukan waktu yang tepat. Juga ini bukanlah hal yang terlalu urgent," kata dia saat dihubungi, Selasa (18/7/2017).
Dia mengatakan, kalau redenominasi tidak dilakukan dengan persiapan matang dan environment/timing tidak kondusif, hasilnya bisa kontradiktif.
"Itu jika tidak dilakukan dengan matang, maka bisa timbul kepanikan, inflasi meroket, capital outflow, dan lain-lain. Risiko terburuk seperti ini selalu mengintai," ujarnya.
Terpisah, Ekonom Indef Eko Listyanto mengatakan, prasyarat makro ekonomi terutama dari sisi indikator moneter memang relatif cukup stabil saat ini.
"Persoalannya di sisi fiskal masih cukup banyak tantangan yang kesemuanya dapat bermuara pada terganggunya stabilitas makro jika tidak dikelola dengan hati-hati (mulai dari target penerimaan, defisit primer APBN, hingga risiko kenaikan harga minyak dunia bagi anggaran dan daya beli masyarakat)," terang dia.
Dengan demikian, rencana redenominasi dapat saja mulai disosialisasikan pada saat ini. Namun, eksekusinya perlu mempertimbangkan stabilitas sisi fiskal yang sedang menghadapi tantangan tidak ringan tersebut.
Baca Juga:
Redenominasi Rupiah Butuh Waktu Tujuh Tahun
Redenominasi Akan Masuk dalam Prolegnas Prioritas 2017
(izz)