Buka Keran Impor, Kebutuhan Garam Konsumsi Mendesak
![Buka Keran Impor, Kebutuhan...](https://a-cdn.sindonews.net/dyn/732/content/2017/08/03/34/1226907/buka-keran-impor-kebutuhan-garam-konsumsi-mendesak-A9d-thumb.jpg)
Buka Keran Impor, Kebutuhan Garam Konsumsi Mendesak
A
A
A
SURABAYA - Kebutuhan garam konsumsi di tingkat masyarakat saat ini begitu mendesak. Pemerintah dituntut untuk bisa memenuhi kebutuhan pasar guna mencukupi semua kebutuhan. Keran impor pun menjadi jalan prematur untuk bisa mencukupi kebutuhan garam dalam negeri.
Kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Timur, Ardi Prasetiawan menuturkan, kenaikan harga garam saat ini memang tidak bisa ditahan. Stok yang ada di pasaran terus menipis dan habis. Kondisi itu semakin terpuruk dengan produksi industri garam dalam negeri yang masih rendah dan terus berkurang karena kondisi cuaca yang tak menentu.
“Sekarang yang mendesak kan kebutuhan garam untuk konsumsi. Jadi mereka harus bisa dipenuhi dengan segera,” ujar Ardi, Kamis (3/8/2017).
Ia melanjutkan, pemerintah pusat pun rencananya akan mengimpor garam untuk kebutuhan konsumsi masyarakat sebesar 75 ribu ton dari Australia. Rencana impor garam tersebut untuk memenuhi kebutuhan garam nasional. Namun hal ini belum menjadi keputusan resmi dan masih dibahas di Kementerian Perdagangan dan Kemenko Perekonomian di Jakarta.
Saat ini, katanya, dengan naiknya harga garam yang cukup tinggi Pemprov Jatim, belum bisa dilakukan operasi pasar (OP) garam karena tidak ada persediaan garam. Gubernur Jatim Soekarwo sendiri telah mengirim surat kepada Menteri Perdagangan dan Menteri Koordinator bidang Perekonomian untuk segera melakukan impor garam, khususnya garam konsumsi.
“Garam konsumsi selain untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga, seperti memasak juga untuk industri kecil berskala UMKM,” ungkapnya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim Teguh Pramono menjelaskan, pada Juli 2017, harga garam mengalami kenaikan 18,36% dan bisa mempengaruhi inflasi. Akibat naiknya harga garam ini membuat industri kecil yang bergerak di sektor perikanan, khususnya pengasinan ikan ikut merasakan dampaknya.
Kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Timur, Ardi Prasetiawan menuturkan, kenaikan harga garam saat ini memang tidak bisa ditahan. Stok yang ada di pasaran terus menipis dan habis. Kondisi itu semakin terpuruk dengan produksi industri garam dalam negeri yang masih rendah dan terus berkurang karena kondisi cuaca yang tak menentu.
“Sekarang yang mendesak kan kebutuhan garam untuk konsumsi. Jadi mereka harus bisa dipenuhi dengan segera,” ujar Ardi, Kamis (3/8/2017).
Ia melanjutkan, pemerintah pusat pun rencananya akan mengimpor garam untuk kebutuhan konsumsi masyarakat sebesar 75 ribu ton dari Australia. Rencana impor garam tersebut untuk memenuhi kebutuhan garam nasional. Namun hal ini belum menjadi keputusan resmi dan masih dibahas di Kementerian Perdagangan dan Kemenko Perekonomian di Jakarta.
Saat ini, katanya, dengan naiknya harga garam yang cukup tinggi Pemprov Jatim, belum bisa dilakukan operasi pasar (OP) garam karena tidak ada persediaan garam. Gubernur Jatim Soekarwo sendiri telah mengirim surat kepada Menteri Perdagangan dan Menteri Koordinator bidang Perekonomian untuk segera melakukan impor garam, khususnya garam konsumsi.
“Garam konsumsi selain untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga, seperti memasak juga untuk industri kecil berskala UMKM,” ungkapnya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim Teguh Pramono menjelaskan, pada Juli 2017, harga garam mengalami kenaikan 18,36% dan bisa mempengaruhi inflasi. Akibat naiknya harga garam ini membuat industri kecil yang bergerak di sektor perikanan, khususnya pengasinan ikan ikut merasakan dampaknya.
(ven)