Pengusaha Ramal Industri Ritel Semester II Merosot
A
A
A
JAKARTA - Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Tutum Rahanta memprediksi industri ritel semester II akan melorot tajam. Paslanya, faktor pendorong pertumbuhan fasenya ada di semester pertama.
Dia menjelaskan, pendorong pertumbuhan sektor ritel pada momen puasa dan Lebaran, sert liburan sekolah, yakni semater pertama. Ironisnya pencapaian pertumbuhan ritel hanya di angka 3,7%.
"Padahal tahun lalu semester I angka pertumbuhan sektor ritel mencapai kisaran 11,1%. Makanya, saya katakan cukup sulit pertumbuhan ritel di semester II," kata dia saat Kongkow Bisnis bertema 'Anomali Perekonomian Indoensia' di Hotel Ibis Jakarta, Rabu (9/8/2017).
Pihaknya sudah melakukan pendataan sendiri secara langsung. Di antaranya, laporan pemilik minimarket, supermaret, hypermarket, departement store dan wholesale atau kulakan.
Tutum menolak menyebutkan kisaran angka pertumbuhan ekonomi sektor ritel. Alasannya, stimulus kenaikan belum terlihat dilakukan pemerintah, sehingga pada semester II hanya liburan natal dan tahun baru.
"Saya tidak bisa menyebutkan, sangat sulit memprediksi. Tetapi kami sampaikan, sangat sulit memenuhi ekspektasi pemerintah sektor ritel tumbuh untuk memenuhi kekurangan semsater I," ungkap dia.
Kondisi tersebut, lanjut Tutum, karena daya beli memang menurun, akibat masyarakat rata-rata tidak memilih saving. Hal itu dipicu sektor pendapatan masyarakat memang menurun.
Atas dasar itu, pertumhuhan sektor ritel semester II dapat naik dari semester I, dengan syarat ada intervensi pemerintah atau ada serbuan masyarakat dari luar ke Indonesia.
Dia menjelaskan, pendorong pertumbuhan sektor ritel pada momen puasa dan Lebaran, sert liburan sekolah, yakni semater pertama. Ironisnya pencapaian pertumbuhan ritel hanya di angka 3,7%.
"Padahal tahun lalu semester I angka pertumbuhan sektor ritel mencapai kisaran 11,1%. Makanya, saya katakan cukup sulit pertumbuhan ritel di semester II," kata dia saat Kongkow Bisnis bertema 'Anomali Perekonomian Indoensia' di Hotel Ibis Jakarta, Rabu (9/8/2017).
Pihaknya sudah melakukan pendataan sendiri secara langsung. Di antaranya, laporan pemilik minimarket, supermaret, hypermarket, departement store dan wholesale atau kulakan.
Tutum menolak menyebutkan kisaran angka pertumbuhan ekonomi sektor ritel. Alasannya, stimulus kenaikan belum terlihat dilakukan pemerintah, sehingga pada semester II hanya liburan natal dan tahun baru.
"Saya tidak bisa menyebutkan, sangat sulit memprediksi. Tetapi kami sampaikan, sangat sulit memenuhi ekspektasi pemerintah sektor ritel tumbuh untuk memenuhi kekurangan semsater I," ungkap dia.
Kondisi tersebut, lanjut Tutum, karena daya beli memang menurun, akibat masyarakat rata-rata tidak memilih saving. Hal itu dipicu sektor pendapatan masyarakat memang menurun.
Atas dasar itu, pertumhuhan sektor ritel semester II dapat naik dari semester I, dengan syarat ada intervensi pemerintah atau ada serbuan masyarakat dari luar ke Indonesia.
(izz)