Listrik Melimpah, Investasi Bergairah
A
A
A
JAKARTA - Dua tahun telah berlalu sejak program pembangunan pembangkit listrik 35.000 megawatt (MW) dimulai. Dalam rentang waktu relatif singkat itu, sektor kelistrikan nasional tumbuh pesat.
Tak kurang dari 14.593 MW pembangkit baru tengah dalam fase konstruksi. Data yang dilansir PT Perusahaan Listrik Negara (persero)/PLN menyebutkan, hingga Juli 2017 pembangkit yang sudah dalam tahap commercial operation date (COD) mencapai 758 MW, disusul lebih dari 14.000 MW lainnya yang tengah dibangun dan segera masuk ke sistem.
Artinya, hingga paruh pertama tahun ini, sekitar 43% dari total 35.826 MW kapasitas pembangkit dalam megaproyek yang dikerjakan hingga 2019 itu telah terealisasi. Sementara itu, 8.150 MW pembangkit tengah dalam tahap penandatanganan jual-beli listrik (power purchase agreement/PPA), 5.355 MW lainnya dalam proses pengadaan dan 6.970 MW dalam tahap perencanaan.
Pembangunan pembangkit-pembangkit yang tersebar dari Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara hingga Papua itu membawa perubahan besar. Satu hal yang pasti, di sejumlah daerah, cadangan listrik saat ini sudah cukup besar sehingga yang tadinya mengalami defisit, kini mulai surplus pasokan listrik. Sebagai contoh, di Jawa cadangan listrik kini mencapai 7.432 MW, di Sumatera bagian utara cadangan listrik tersedia hingga 413 MW, dan di Sumatera bagian selatan cadangannya mencapai 531 MW.
Di beberapa daerah, cadanganlistrikkinibahkanmencapai30% hingga50%. SepertidaerahBangka-Belitung(Babel) yangkini cadangan listriknya surplus 30%. Kondisi ini jauh lebih baik dibanding tahun 2014 di mana defisit listrik mencapai 15%. Atau, Nias yang pada 2014 hanya surplus 1% kini cadangan listriknya melonjak hingga 54%. Hal yang sama terjadi di sistem besar di Kalimantan serta kawasan timur Indonesia.
Daerah-daerah tersebut juga telah siap menampung masuknya investor, seperti Ambon yang kini sudah mengantongi cadangan listrik lebih dari 100%. Bertambahnya cadangan memang tak semata meningkatkan keandalan pasokan listrik bagi masyarakat, namun juga menjadi peluang bagi daerah-daerah untuk membuka pintu bagi masuknya investasi baru.
Investor diyakini akan semakin rajin mengintai potensi- potensi bisnis di daerah-daerah setelah kini pasokan energi tak lagi menjadi kendala. Capaian itu bahkan tampak pada laporan yang dilansir Bank Dunia mengenai kemudahan berbisnis awal tahun ini. Indonesia didapuk sebagai satu dari 10 negara dengan kenaikan terbesar pada peringkat kemudahan berbisnis.
Peringkat negara ini naik dari 106 menjadi 91, di mana salah satu aspek reformasi yang dilakukan Indonesia terkait perbaikan iklim usaha adalah kemudahan memperoleh sambungan listrik. Tak heran jika Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Andy Noorsaman Sommeng memberikan apresiasi atas perkembangan positif di ranah kelistrikan nasional tersebut.
“Dengan demikian, daerah siap menanti masuknya investor-investor baru. Juga para pelanggan yang akan menambah kapasitas konsumsi listriknya,” ujar Andy baru-baru ini. Meningkatnya cadangan listrik menjadi harapan besar bagi para kepala daerah untuk menggerakkan ekonomi daerahnya masing-masing.
Di wilayah Bangka-Belitung yang potensial sebagai daerah tujuan wisata, misalnya, setelah mengantongi cadangan masing- masing 30,85 MW dan 30,1 MW di sistem kelistrikannya, PLN menyebut sudah ada beberapa hotel dan operator lapangan golf yang siap untuk menyerap tambahan pasokan listrik tersebut. Wakil Bupati Kabupaten Belitung Erwandi A Rani pun optimistis tambahan pasokan listrik serta jaringan transmisi PLN hingga pulau-pulau terluar di bakal menambah geliat ekonomi masyarakat wilayahnya.
“Contohnya di Pulau Sumedang, dengan adanya listrik dari PLN nanti nelayan bisa mengolah ikan sehingga ada nilai tambahnya. Selama ini mereka hanya mengandalkan es yang didatangkan dari Belitung yang perjalanan lautnya saja bisa empat jam,” tuturnya saat ditemui KORAN SINDO beberapa waktu lalu. Di bagian lain, PLN telah menyatakan kesiapannya mendukung masuknya investasi baru dengan layanan terbaiknya.
Seperti diungkapkan General Manager PLN Wilayah Babel Susiana Mutia, untuk melayani pelanggan korporasi maka PLN siap bergerak cepat merealisasikan sambungan dalam waktu sekitar 25 hari. Adapun untuk sambungan rumah tangga, penyambungan jaringan bahkan jauh lebih cepat yakni maksimal lima hari. Optimisme yang sama juga disuarakan Gubernur SulawesiSelatan(Sulsel) SyahrulYasinLimpodiMakassar beberapa waktu lalu.
Dengan kondisi surplus listrik saat ini, Syahrul yakin masyarakat dan wilayah Sulsel akan semakin maju, mandiri, dan modern, ditunjang oleh pilar ketersediaan listrik yang disiapkan oleh PLN. “Pilar penting untuk kemajuan adalah ketersediaan listrik. Kenapa Sulsel merupakan daerah yang tepat untuk berinvestasi? Itu karena selain memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi, juga karena adanya ketersediaan listrik,” tegasnya. Syahrul mengaku belum puas.
Surplus sekitar 250 MW saat ini menurutnya masih perlu ditambah untuk mengantisipasi laju perkembangan Sulsel yang cepat. Kebutuhan listrik di Sulsel setiap tahun menurutnya tumbuh sekitar 60 MW sehingga idealnya terdapat cadangan 500 MW. Dengan begitu, kata dia, selain dapat memenuhi kebutuhan perkembangan industri ke depan, listrik untuk masyarakat pun terjamin hingga ke pelosok desa.
Harapan para kepala daerah tersebut sejalan dengan tujuan pemerintah yang memang menyiapkan program 35.000 MW untuk mengakomodasi pertumbuhan nasional dan daerah hingga 2019. Itu pun dibarengi dengan terus dibangunnya jaringan transmisi oleh PLN yang secara total kini telah mencapai sepanjang 46.872 kilometer sirkuit dan terus bertambah.
Kini tinggal lagi mengawal pelaksanaan program 35.000 MW agar terealisasi sesuai rencana, sebab dengan begitu secara bertahap pasokan listrik yang andal dan merata ke depan akan tersedia di seluruh pelosok negeri. Berbarengan dengan itu, peluang-peluang investasi pun akan semakin terbuka, mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi di seluruh nusantara.
Tak kurang dari 14.593 MW pembangkit baru tengah dalam fase konstruksi. Data yang dilansir PT Perusahaan Listrik Negara (persero)/PLN menyebutkan, hingga Juli 2017 pembangkit yang sudah dalam tahap commercial operation date (COD) mencapai 758 MW, disusul lebih dari 14.000 MW lainnya yang tengah dibangun dan segera masuk ke sistem.
Artinya, hingga paruh pertama tahun ini, sekitar 43% dari total 35.826 MW kapasitas pembangkit dalam megaproyek yang dikerjakan hingga 2019 itu telah terealisasi. Sementara itu, 8.150 MW pembangkit tengah dalam tahap penandatanganan jual-beli listrik (power purchase agreement/PPA), 5.355 MW lainnya dalam proses pengadaan dan 6.970 MW dalam tahap perencanaan.
Pembangunan pembangkit-pembangkit yang tersebar dari Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara hingga Papua itu membawa perubahan besar. Satu hal yang pasti, di sejumlah daerah, cadangan listrik saat ini sudah cukup besar sehingga yang tadinya mengalami defisit, kini mulai surplus pasokan listrik. Sebagai contoh, di Jawa cadangan listrik kini mencapai 7.432 MW, di Sumatera bagian utara cadangan listrik tersedia hingga 413 MW, dan di Sumatera bagian selatan cadangannya mencapai 531 MW.
Di beberapa daerah, cadanganlistrikkinibahkanmencapai30% hingga50%. SepertidaerahBangka-Belitung(Babel) yangkini cadangan listriknya surplus 30%. Kondisi ini jauh lebih baik dibanding tahun 2014 di mana defisit listrik mencapai 15%. Atau, Nias yang pada 2014 hanya surplus 1% kini cadangan listriknya melonjak hingga 54%. Hal yang sama terjadi di sistem besar di Kalimantan serta kawasan timur Indonesia.
Daerah-daerah tersebut juga telah siap menampung masuknya investor, seperti Ambon yang kini sudah mengantongi cadangan listrik lebih dari 100%. Bertambahnya cadangan memang tak semata meningkatkan keandalan pasokan listrik bagi masyarakat, namun juga menjadi peluang bagi daerah-daerah untuk membuka pintu bagi masuknya investasi baru.
Investor diyakini akan semakin rajin mengintai potensi- potensi bisnis di daerah-daerah setelah kini pasokan energi tak lagi menjadi kendala. Capaian itu bahkan tampak pada laporan yang dilansir Bank Dunia mengenai kemudahan berbisnis awal tahun ini. Indonesia didapuk sebagai satu dari 10 negara dengan kenaikan terbesar pada peringkat kemudahan berbisnis.
Peringkat negara ini naik dari 106 menjadi 91, di mana salah satu aspek reformasi yang dilakukan Indonesia terkait perbaikan iklim usaha adalah kemudahan memperoleh sambungan listrik. Tak heran jika Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Andy Noorsaman Sommeng memberikan apresiasi atas perkembangan positif di ranah kelistrikan nasional tersebut.
“Dengan demikian, daerah siap menanti masuknya investor-investor baru. Juga para pelanggan yang akan menambah kapasitas konsumsi listriknya,” ujar Andy baru-baru ini. Meningkatnya cadangan listrik menjadi harapan besar bagi para kepala daerah untuk menggerakkan ekonomi daerahnya masing-masing.
Di wilayah Bangka-Belitung yang potensial sebagai daerah tujuan wisata, misalnya, setelah mengantongi cadangan masing- masing 30,85 MW dan 30,1 MW di sistem kelistrikannya, PLN menyebut sudah ada beberapa hotel dan operator lapangan golf yang siap untuk menyerap tambahan pasokan listrik tersebut. Wakil Bupati Kabupaten Belitung Erwandi A Rani pun optimistis tambahan pasokan listrik serta jaringan transmisi PLN hingga pulau-pulau terluar di bakal menambah geliat ekonomi masyarakat wilayahnya.
“Contohnya di Pulau Sumedang, dengan adanya listrik dari PLN nanti nelayan bisa mengolah ikan sehingga ada nilai tambahnya. Selama ini mereka hanya mengandalkan es yang didatangkan dari Belitung yang perjalanan lautnya saja bisa empat jam,” tuturnya saat ditemui KORAN SINDO beberapa waktu lalu. Di bagian lain, PLN telah menyatakan kesiapannya mendukung masuknya investasi baru dengan layanan terbaiknya.
Seperti diungkapkan General Manager PLN Wilayah Babel Susiana Mutia, untuk melayani pelanggan korporasi maka PLN siap bergerak cepat merealisasikan sambungan dalam waktu sekitar 25 hari. Adapun untuk sambungan rumah tangga, penyambungan jaringan bahkan jauh lebih cepat yakni maksimal lima hari. Optimisme yang sama juga disuarakan Gubernur SulawesiSelatan(Sulsel) SyahrulYasinLimpodiMakassar beberapa waktu lalu.
Dengan kondisi surplus listrik saat ini, Syahrul yakin masyarakat dan wilayah Sulsel akan semakin maju, mandiri, dan modern, ditunjang oleh pilar ketersediaan listrik yang disiapkan oleh PLN. “Pilar penting untuk kemajuan adalah ketersediaan listrik. Kenapa Sulsel merupakan daerah yang tepat untuk berinvestasi? Itu karena selain memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi, juga karena adanya ketersediaan listrik,” tegasnya. Syahrul mengaku belum puas.
Surplus sekitar 250 MW saat ini menurutnya masih perlu ditambah untuk mengantisipasi laju perkembangan Sulsel yang cepat. Kebutuhan listrik di Sulsel setiap tahun menurutnya tumbuh sekitar 60 MW sehingga idealnya terdapat cadangan 500 MW. Dengan begitu, kata dia, selain dapat memenuhi kebutuhan perkembangan industri ke depan, listrik untuk masyarakat pun terjamin hingga ke pelosok desa.
Harapan para kepala daerah tersebut sejalan dengan tujuan pemerintah yang memang menyiapkan program 35.000 MW untuk mengakomodasi pertumbuhan nasional dan daerah hingga 2019. Itu pun dibarengi dengan terus dibangunnya jaringan transmisi oleh PLN yang secara total kini telah mencapai sepanjang 46.872 kilometer sirkuit dan terus bertambah.
Kini tinggal lagi mengawal pelaksanaan program 35.000 MW agar terealisasi sesuai rencana, sebab dengan begitu secara bertahap pasokan listrik yang andal dan merata ke depan akan tersedia di seluruh pelosok negeri. Berbarengan dengan itu, peluang-peluang investasi pun akan semakin terbuka, mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi di seluruh nusantara.
(akr)