Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Juli 2017 Stabil, Ini Paparan OJK

Rabu, 23 Agustus 2017 - 18:12 WIB
Stabilitas Sektor Jasa...
Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Juli 2017 Stabil, Ini Paparan OJK
A A A
JAKARTA - Rapat Dewan Komisioner (RDK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan di tengah kondisi global yang bergejolak, namun risiko kredit lembaga jasa keuangan Juli 2017 relatif stabil. Hal ini ditandai rasio NPL gross perbankan dan NPF perusahaan pembiayaan per Juli 2017 masing-masing berada pada level 3,00% dan 3,45% (Juni’17: 2,96% dan 3,47%).

Plt. Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik OJK Anto Prabowo mengatakan, perbankan telah melakukan pencadangan yang memadai sehingga rasio NPL net masih rendah di level 1,32% (Juni’17: 1,35%). “Hingga tanggal 23 Agustus 2017 kami menilai bahwa stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia hingga Juli 2017 dalam kondisi normal," terangnya dalam siaran pers di Jakarta, Rabu (23/8/2017).

"Profil risiko industri jasa keuangan secara umum berada dalam kondisi terjaga, ditunjukkan oleh risiko kredit, risiko pasar dan risiko likuiditas lembaga jasa keuangan yang manageable. Permodalan industri jasa keuangan juga tercatat memadai,” sambung Anto.

Risiko pasar industri jasa keuangan terpantau rendah. IHSG dan nilai tukar Rupiah pada Juli 2017 terpantau stabil (masing-masing menguat tipis 0,2% dan 0,01% mtm) dan ditutup pada level 5.840,93 dan Rp13.324/USD. Dari sisi bid-ask spread di pasar saham, rata-rata spread kembali menyempit menjadi 3,3% (Juni’17: 3,4%).

Sementara itu, pergerakan pasar SBN mixed dengan yield SBN tenor jangka pendek turun sebesar 0,3 bps, sedangkan yield SBN tenor jangka menengah dan panjang naik masing-masing sebesar 12 bps dan 2 bps.

Risiko likuiditas industri jasa keuangan tercatat masih manageable. Meski terjadi net sell nonresiden di pasar modal pada Juli 2017 sebesar Rp5,6 triliun (net buy di pasar SBN sebesar Rp5 triliun dan net sell di pasar saham sebesar Rp10,6 triliun), indikator likuiditas bank, baik AL/NCD (rasio alat likuiditas dibanding non core deposit) dan AL/DPK (rasio alat likuiditas dibanding DPK) masih relatif tinggi. AL/NCD dan AL/DPK tercatat sebesar 103,84% (threshold: 50%) dan 21,56% (threshold: 10%).

Gearing ratio (jumlah pinjaman dibandingkan modal sendiri) perusahaan pembiayaan Juli 2017 relatif stabil sebesar 2,99 kali (Juni’17: 3,05 kali). Rasio Kecukupan Investasi secara industri baik asuransi umum dan asuransi jiwa juga terjaga di atas threshold 100%.

Kondisi permodalan industri jasa keuangan terpantau masih memadai. CAR masih dalam tren kenaikan dan Juli 2017 berada pada level 23,37% (Juni’17: 22,74%). RBC perusahaan asuransi per Juli 2017 juga masih berada di atas threshold 120%. RBC asuransi umum dan asuransi jiwa tercatat masing-masing sebesar 277% dan 500% (Juni’17: 279% dan 491%).

Di sisi lain, kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan tumbuh moderat. Pertumbuhan kredit perbankan Juli 2017 meningkat menjadi 8,20% yoy (Juni’17: 7,75% yoy). Pertumbuhan piutang pembiayaan masih dalam tren meningkat dan pada Juli 2017 tercatat sebesar 9,57% yoy (Juni’17: 8,95% yoy).

Sedangkan kinerja penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh 9,76% yoy (Juni’17: 10,30% yoy), sedangkan pendapatan premi asuransi jiwa tercatat meningkat menjadi 26,07% yoy (Juni’17: 20,63%).

Penghimpunan dana di pasar modal juga terus meningkat dan diperkirakan sampai akhir tahun akan melebihi level tahun 2016. Pada periode Januari hingga 18 Agustus 2017, penghimpunan dana di pasar modal telah mencapai Rp159 triliun (ytd 2016: Rp101 triliun). Jumlah emiten yang melakukan aksi korporasi juga terus meningkat menjadi 24 perusahaan dari 13 perusahaan pada periode yang sama tahun lalu.

“Ke depan, OJK akan terus mendorong pemanfaatan pasar modal untuk mendorong pembiayaan pembangunan nasional, khususnya pembiayaan program strategis pemerintah. OJK juga akan terus memantau masih meningkatnya risiko kredit dan merumuskan langkah-langkah yang tepat untuk memitigasi pergerakan risiko kredit seiring dengan masih moderatnya pertumbuhan ekonomi dan relatif rendahnya harga komoditas,” paparnya.
(akr)
Berita Terkait
OECD/INFE - OJK Conference...
OECD/INFE - OJK Conference di Bali
OJK Gelar Edukasi Keuangan...
OJK Gelar Edukasi Keuangan untuk Pelajar
OJK Pastikan Sektor...
OJK Pastikan Sektor Jasa Keuangan Pada Level Terkendali
OJK Menyadari Pentingnya...
OJK Menyadari Pentingnya GRC Terintegrasi di Sektor Jasa Keuangan
Bikin Cemas Banyak Orang,...
Bikin Cemas Banyak Orang, Ini Detail Aturan Main POJK Stimulus Covid-19
OJK Beri Dua Stimulus...
OJK Beri Dua Stimulus Lanjutan Bagi Sektor Industri Keuangan Non Bank
Berita Terkini
Standard Chartered Uji...
Standard Chartered Uji Agunan Kripto dengan OKX
2 jam yang lalu
Pengamat Energi: Blending...
Pengamat Energi: Blending BBM Sepenuhnya Legal dan Sesuai SNI
2 jam yang lalu
Senator AS Minta Trump...
Senator AS Minta Trump Diselidiki Atas Dugaan Insider Trading
6 jam yang lalu
Penjualan Emas Melesat,...
Penjualan Emas Melesat, Hartadinata Abadi Cetak Kenaikan Laba 44,60% di 2024
7 jam yang lalu
AS-China Perang Dagang,...
AS-China Perang Dagang, Prabowo: Indonesia Netral dan Siap Jadi Jembatan
7 jam yang lalu
Jumlah Pemudik Lebaran...
Jumlah Pemudik Lebaran 2025 Turun, AHY Sebut Dinamika Wajar
8 jam yang lalu
Infografis
Solidaritas Antar Anggota...
Solidaritas Antar Anggota Retak, Ini 3 Tanda Kehancuran NATO
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved