Kondisi Migas Indonesia Timpang
A
A
A
PALEMBANG - Pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi mendorong konsumsi minyak dan gas (migas), namun tidak diiringi dengan peningkatan produksi maupun penemuan cadangan migas baru.
Staf Humas SKK Migas Adit Cahya Utama mengatakan, bahwa kondisi migas saat ini timpang, karena produksi yang hanya 830.000 barel lebih, sangat jauh di bawah konsumsi yang mencapai 1,6 juta barel per day (bpd).
"Minyak itu paling 11 tahun lagi, dan gas 40 tahun," katanya dalam sharing section usai pembukaan media gathering, seminar hulu migas dan pembukaan media kompetisi 2017 di Belitung, Bangka Belitung, kemarin.
Menurutnya, jika kondisi tersebut berlangsung terus menerus maka Indonesia terancam mengalami krisis energi. Untuk itu, semua pihak harus bijaksana. Pemerintah melalui SKK Migas terus mencari potensi cadangan migas di sejumlah daerah di Indonesia. "Semua pihak harus mendukung termasuk media," imbuhnya.
Ketimpangan migas ini, karena beberapa hal, di antaranya 72% lapangan migas sudah tua berusia lebih dari 30 tahun. Lalu fasilitas produksi juga sudah uzur, di mana mayoritas sudah berusia 30 tahun lebih.
"Cadangan migas menipis dan iklim investasi migas terjelek di Asia Tenggara. Itu terkait tingginya pajak, kondisi politik, keamanan dan lainnya," kata dia.
Sementara itu, Kepala Bagian Humas SKK Migas Sumbagsel Dian Sulistiawan mengatakan, berdasarkan data pada 2015, cadangan minyak 3,6 miliar barel atau setara 0,02% cadangan dunia.
"Konsumsi lebih tinggi dari produksi," ucapnya.
Staf Humas SKK Migas Adit Cahya Utama mengatakan, bahwa kondisi migas saat ini timpang, karena produksi yang hanya 830.000 barel lebih, sangat jauh di bawah konsumsi yang mencapai 1,6 juta barel per day (bpd).
"Minyak itu paling 11 tahun lagi, dan gas 40 tahun," katanya dalam sharing section usai pembukaan media gathering, seminar hulu migas dan pembukaan media kompetisi 2017 di Belitung, Bangka Belitung, kemarin.
Menurutnya, jika kondisi tersebut berlangsung terus menerus maka Indonesia terancam mengalami krisis energi. Untuk itu, semua pihak harus bijaksana. Pemerintah melalui SKK Migas terus mencari potensi cadangan migas di sejumlah daerah di Indonesia. "Semua pihak harus mendukung termasuk media," imbuhnya.
Ketimpangan migas ini, karena beberapa hal, di antaranya 72% lapangan migas sudah tua berusia lebih dari 30 tahun. Lalu fasilitas produksi juga sudah uzur, di mana mayoritas sudah berusia 30 tahun lebih.
"Cadangan migas menipis dan iklim investasi migas terjelek di Asia Tenggara. Itu terkait tingginya pajak, kondisi politik, keamanan dan lainnya," kata dia.
Sementara itu, Kepala Bagian Humas SKK Migas Sumbagsel Dian Sulistiawan mengatakan, berdasarkan data pada 2015, cadangan minyak 3,6 miliar barel atau setara 0,02% cadangan dunia.
"Konsumsi lebih tinggi dari produksi," ucapnya.
(izz)